21 februari 2020
"Anetta?!" Pekik Stella kencang karena diacuhkan.
"Kau memanggilku?" Tanya Arnetta ragu dengan panggilan 'ma' tadi.
"Hanya kau yang bernama Arnetta." Ketus Stella.
"Iya sayang, kenapa?"
"Bolehkah aku pergi sebentar? Jagain Oma ya Ma," pinta Stella dengan begitu manis, kali ini Stella memaksakan diri ber-drama demi mendapatkan izin keluar rumah sakit sebentar.
"Oh, tentu. Aku akan menjaga Oma. Kamu mau kemana?" Tanya Arnetta penasaran, sepertinya Arnetta adalah tipikal orang yang kepo.
"Mungkin aku akan membeli kopi dan beberapa coklat." Jawab Stella asal, dia benar-benar ingin pergi dari situ sekarang juga. Rasanya engap, dadanya sesak, tak bisa kah semesta memisahkan Stella dengan Arnetta selamanya saja?.
Mendapatkan pancaran dari matahari yang sama hanya akan membuat tubuh Stella semakin panas. Stella sudah membentengi diri dari Arnetta, ingin tak bicara namun tak mungkin. Bicara secukupnya, namun rasanya Arnetta tak ada cukupnya jika sudah berbicara.
Arnetta tidak melakukan banyak hal, tapi Stella benar-benar tak nyaman sekarang. Jantungnya seperti dipompa tiga kali lipat dari biasanya, ketika orang lain punya rindu untuk ibunya yang sudah lama tak bertemu Stella tak punya itu. Bahkan, pertemuan antara Stella dan Arnetta adalah kesialan. Seperti angka empat, yang dianggap sial bagi orang-orang Cina kebanyakan. Oma adalah chinese dia seringkali bercerita tentang angka empat yang dipautkan dengan angka sial atau angka kematian.
Biasa disebut Feng Shui atau menghindari angka empat. Feng Shui merupakan ilmu pengaturan topografi atau keseimbangan yang berasal dari negara tirai bambu, Cina.
Feng Shui dianggap sebagai tanda kematian, empat dalam bahasa mandarin "shi" yang sama artinya dengan "mati".Oma seringkali menghindari angka itu, mulai dari jumlah sesuatu yang dia punya tidak boleh berjumlah empat. Harus tiga atau lima. Oma juga tidak bepergian di tanggal itu, menjauhi gedung, lantai, dan segala sesuatu yang mengandung unsur angka empat.
Stella mengingat sesuatu yaitu Arnetta mengalami tetraphobia. Ketakutan yang berlebih tentang angka empat, bahkan mungkin kini Arnetta jantungnya akan meledak. Dia memiliki kepanikan luar biasa atas hal-hal yang berhubungan dengan angka empat.
Padahal dia sendiri yang mengurus semuanya. Rumah sakit dan pengobatan Oma.
Pikiran Stella tidak bisa jernih sekarang, bergegas menjauh dari Arnetta adalah sebuah kebaikan.
"Ya sudah, kamu akan diantar sopir. Jangan lama-lama ya." Ucap Arnetta menghalus, seperti itukah ibu mengakhawatirkan anaknya?
"Oke." Stella menyanggupi.
Setelah Stella bergegas meninggalkan Oma dan Arnetta. Keduanya berada dalam keheningan. Keheningan yang didalamnya terdapat kekhawatiran luar biasa.
Arnetta menyuruh asistennya menunggu diluar, kini dia hanya bersama Oma.
"Ma, pulanglah." Pinta Arnetta dengan penuh harap Ibunya mau menuruti perkataannya.
"Aku belum pulih, bagaimana jika terjadi sesuatu?" Tanya Oma dengan raut wajah kesal, Arnetta dari dulu sering membuat Oma kesal. Bahkan marah saja tidak akan membuat kekesalannya pergi. Arnetta semenyebalkan itu.
"Ma, aku kirimkan dokter buat rawat di Jakarta atau di rumahku. Apa yang harus kamu khawatirkan?" Kini Arnetta tak mampu merayu Oma. Rasanya Oma ini sama dengan Stella, keras kepala.
"Aku tidak akan mati hari ini." Bentak Oma, matanya berair. Dadamya mulai terasa sesak, namun Oma menahannya.
"Ma,--" ucap Arnetta menggantung.
"Apa?" Jawaban Oma benar-benar ketus, kasar dan kesal. Di luar sifat keseharian Oma yang begitu halus, apalagi kepada Stella. Arnetta menahan tangisnya.
"Aku bahkan melahirkan Stella disini! Dilantai ini, nomor ruangan ini, bahkan ditanggal ini!" Teriak Arnetta dengan rasa kesalnya. Kemudian, dengan segenap emosi yang mencuat dia meninggalkan Oma sendiri diruangan itu.
________
Penasaran kan??
Update setiap hari!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Broken
RomanceGadis cantik berambut pirang yang selalu tersenyum itu bernama Stella. Hidupnya yang terlihat biasa saja menjadi berbeda setelah mengenal Faki Hamzani, lelaki tampan yang membuatnya jatuh hati. Namun, Faki bukanlah lelaki yang mudah ditebak. Bahkan...