3 Februari 2020Kini Stella, Fanda, lelaki yang menabraknya dan temannya berada dalam mobil menuju rumah Stella. Perjalanan begitu hening tanpa ada yang membuka suara, tiba-tiba Faki, lelaki yang menabrak Stella berucap
" Nanti aku bakal minta maaf ke orangtuamu, ini sudah terlalu larut bagimu pulang kuliah. Pasti orang tuamu khawatir." Ucapnya menenangkan.Jantung Stella berpacu dengan sangat cepat, berbeda dengan sebelumnya. Dia sedang memikirkan nasibnya sekarang. Bagaimana kalau Oma tahu, semua akan terasa begitu ribet.
"Mungkin gapapa Stell, melihat luka di keningmu juga tak akan membuatmu lolos dari pertanyaan Omamu yang cukup cerewet itu." Seloroh Fanda dengan mukanya yang tak lesu meskipun sudah malam. Dia adalah sahabat terbaik, memang. Dalam kondisi apapun, entah bagaimana pasti dialah yang berada di sisi Stella.
Stella terkekeh mendengar ucapan Fanada dan berujar "benar juga si Fan,"
"Iya udah gapapa, nanti aku selesaikan. Semuanya bakal baik-baik aja." Ucap Faki tenang.
Stella dan Fanda saling menatap penuh pikiran dalam otaknya masing-masing.
"Namaku Faki, ini temenku namanya Galang." Tutur Faki tanpa ada yang bertanya.
"Mereka itu temen tongkrongan gue Stell, andau tadi lu ga nolak buat pergi bareng gue lu ga bakal gini. Makanya jangan jadi batu, yang keras sama semaunya sendiri. Kita kan masih muda gapapa kali lah seneng-seneng asal masih dalam batasan. Iya ga Fak,?" Ujar Fanda dengan sorof mata yang kesal menatap Stella diam tak bergeming.
"Iya." Ucap Faki pendek, dia tersenyum geli mendengarkan dua orang sahabat bercengkrama di mobil. Yang satu super cerewet, yang satu super diam. Tak sadar Faki melengkungkan bibir manisnya itu.
"Lu kenapa senyum-senyum?" Tanya Fanda yang kebetulan menatap jok belakang tempat Faki dan Galang duduk.
"Lu diem lah, Fan." Ucap Galang tiba-tiba dengan suara ketus.
Stella yang diam, menegok ke sumber suara. Berikut bersamaan dengan Fanda, anak itu sekali ngomong pedes juga. Fanda hanya memutar bola matanya malas, dia sudah begitu paham watak Galang.
"Ngapain si ngeliatin?" Ucap Galang ke arah Stella dengan nada tajam.
Melihat ini Faki berusaha menengahi, "udahlah Lang, ga semua yang liatin lu itu musuh. Udah calm down!".
Seketika mereka kembali hening, mereka benar-benar menutup mulut, tiba-tiba sopir berkata bahwa sudah sampai, ya, kita naik taksi online yang dipesan Fanda. Fanda membayarnya dan kita keluar mobil.
Faki melonggo, menatap jalanan dekat rumah Stella dan mengamatinya.
"Lah, kamu kecelakaan didepan rumah?" Ucap Faki sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.
"Iya, deket banget ya. Eh kamu bawa ke rumah sakit yang begitu jauh." Jawab Stella.
"Faki membawa ke Rumah sakit terdekat dengan tempat kita nongkrong." Ucap Fanda membela Faki.
"Ouya, tadi aku yang membuka ponselmu untuk menelpon Fanda. Aku kira bukan Fanda ini, eh dunia sempit sekali." Ujar Faki.
"Jangan-jangan kita jodoh Fak," ucap Fanda sambil tertawa keras.
"Stt.. pelan ngomongnya Fan!" Protesku.
"Oiya, jangan kaget sama Omanya Stella ya!" Ucap Fanda sambil cekikikan.
Galang hanya memasang muka datarnya, dari raut wajahnya sepertinya Galang sedang suntuk.
"Yuk masuk, Lang." Ucap Stella ramah kepada Galang.
Galang yang cuek menatap Stella tak percaya, kebanyakan cewek baperan, apalagi sikap galang tadi benar-benar tak baik kepada Stella.
Stella masuk ke rumah diikuti Fanda, Faki dan Galang.
"Lalaa.. akhirnya pulang." Ucap Omanya histeris.
"Mandi dulu mandi, itu kenapa kening kamu? Jangan bilang ngalamun ditengah jalan terus ketabrak mobil. Eh, ini Fanda. Siapa ini dua cowok. Pacar kamu Fan??" Oma mengomel panjang lebar dengan suara yang tidak pelan.
"Oma, kita duduk dulu ya, ntar Fanda ceritain." Ucap Fanda berusaha menenangkan Oma Stella.
Stella hanya diam dengan muka tak berdosa. Fanda sudah seperti dirumah sendiri bahkan kini Stella yang lebih terlihat seperti tamu.
Faki dan Galang hanya senyam senyum melihat Oma, saat Oma sudah duduk di meja makan keduanya menyalami Oma bergantian.
"Oma, saya Faki temannya Fanda. Saya yang menabrak Stella karena dia memang melamun ditengah jalan. Saya mohon maaf Oma, tapi Stella udah baikan kok tadi di periksa dokter. Sekali lagi saya minta maaf Oma atas kecerobohan saya." Tutur Faki begitu sopan.
Oma senyum tenang tidak seperti biasanya. Dia mengangguk seraya berkata "Gapapa nak, Stella emang suka melamun. Terimakasih ya sudah mengantarkan Stella. Eh kalian belum makan kan? Ayo makan malam dulu, pasti laper."
Galang yang terlihat diam sudah duduk dan siap makan, sudah ada aba-aba dan dia makan tanpa rasa canggung disitu.
"Lu laper?" Tanya Fanda dengan tatapan tajam. Merasa malu sudah membawa Galang ke rumah Stella.
"Iya." Jawab Galang cuek.
"Gapapa, makan aja yang kenyang. Jangan sungkan, Fanda makan sendiri jangan ngrecokin temenmu itu." Ucap oma seolah mengerti sedang meledek Galang.
Galang yang duduk disebelah Fanda dengan sengaja menginjak kaki Fanda, Fanda meringis kesakitan. Kaki Fanda yang mungil harus terinjak kaki berukuran raksasa milik Galang.
"Awas lu!" Ancam Fanda.
Stella yang mengamati dua orang itu terus berantem mencoba memberikan peringatan dengan tatapan yang tajam.
"Iya, Fanda emang ga mau diem!" Ucap Galang dengan raut muka kesal.
Fanda melotot ke arah Galang.
"Apa?" Tantang Galang membalas pelototan mata si Fanda.
"Ehem..hmm" Faki berdehem mencoba menegur kedua temennya itu.
Stella cengengesan melihat Galang dan Fanda yang auto kikuk.
"Kalian lanjutin makan malamnya ya, Oma sudah ngantuk. Gapapa, nanti kalo pulang pulang aja, mau nginep juga gapapa. Oma capek. Bye-bye" ucap Oma sambil bergegas ke kamarnya.
"Oma kamu baik tapi aneh." Ucap Galang selepas Oma sudah masuk kamar.
"Namanya juga Oma-oma." Jawab Fanda ketus.
"Nenek-nenek kali." Balas Galang tak mau kalah.
"Sama aja." Tukas Fanda kesal.
"Emang kenyang ya makan sambil berantem?" Tanya Stella yang sudah selesai makan.
"Kenyang lah, makan omelan juga." Seloroh Galang sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Jadi, kamu laper dari tadi diem?" Stella menuduh Galang. Sambil menahan tawanya.
"Oh.. iya dia dari tadi diem karena laper, liat Stell dia abisin tiga potong ayam goreng." Lapor Fanda kepada Stella yang tengah membuka kulkas mengambil buah.
"Apaan si!" Protes Galang merasa dipojokkan.
"Nih, siapa tau masih laper." Ucap Stella sambil menyodorkan aneka buah kepada Galang.
"Stella baik banget sama Galang," ucap Faki tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Broken
RomanceGadis cantik berambut pirang yang selalu tersenyum itu bernama Stella. Hidupnya yang terlihat biasa saja menjadi berbeda setelah mengenal Faki Hamzani, lelaki tampan yang membuatnya jatuh hati. Namun, Faki bukanlah lelaki yang mudah ditebak. Bahkan...