8 februari 2020
"Berhenti!!"
Teriakan Stella membuyarkan kegemetaran Galang, Faki juga Fanda. Ada sedikit nafas lega bagi Faki karena Stella selalu menjadi dewi penolong baginya.
Sorot mata tajam terlihat jelas dari mata perempuan jahat itu, perempuan yang akan membunuh ketiga teman Stella tepat didepannya. Dengan sedikit bergumam, wanita yang ditaksir Stella berusia 30-an tahun itu pergi tanpa meninggalkan apapun. Dengan kecepatan tinggi mobil mewah hitam itu meninggalkan Stella dan temannya.
"Huah!" Tarikan nafas panjang Fanda terdengar, dia kini berjongkok sambil mengacak rambut curly-nya. Stella hanya menatap Faki dan Galang dengan senyum tipis, terlihat penuh arti.
"Makasih Stell," ucap Faki dan Galang bersamaan.
"Iya sama-sama."
"Mungkinkah, mereka takut kepada wanita cantik?" Goda Galang kepada Stella.
Stella mengacuhkan. Menatap Galang sinis sembari berkata meledek "bukankah tadi kau hampir mati, Lang?"
"Hampir kan, Panda tuh dikit lagi."
Fanda mendongakan kepalanya, "apa?"
"Fan, lu nangis?" Kini Galang ingin tertawa, melihat mata merah Fanda.
"Cuma orang bego yang hampir mati abis itu ketawa-ketawa."
"Siapa?" Tanya Galang tak sadar bahwa Fanda sedang menyinggungnya.
"Kamu lah, Lang." Sahut Stella sambil tangannya menjulurkan bantuan kepada Fanda agar temannya itu bangun.
"Gue janji, meskipun Stella Wijaya anak rumahan ini kayak bossy gue akan berusaha nurut." Ucap Fanda dengan menyesal.
Stella mengulum senyumnya, memberikan jari kelingkingnya. Itu adalah kebiasaan bagi mereka berdua jika membuat janji.
"Fanda Grealla berjanji."
Kini Fanda merangkul Stella, saat itu Galang sudah ancang-ancang untuk ikut berpelukan namun Faki berusaha menahan.
"Apa si Lang,"
"Galang, sini kalo berani." Ancam Fanda seolah-oleh pemberani.
"Alah, tadi aja lu kaya kerupuk kena kuah, Pan!"
"Fanda not Panda." Terang Fanda dengan muka gemasnya.
Dari arah utara, seorang satpam bersepeda yang biasa keliling kompleks menghampiri kami.
"Permisi, ada apa ini dek? Kenapa ditengah jalan?" Tanya satpam dengan nama Supri di name tagnya.
"Tadi kita dihadang mobil,Pak. Tapi tidak ada satupun orang disekitar sini. Untungnya kami tidak apa-apa." Jelas Stella dengan sopan.
"Mobil hitam ya?" Selidik satpam itu, mukanya tidak begitu menunjukkan kepanikan atau semacamnya ketika mendapatkan info dari Stella.
"Iya, kalau gitu permisi dulu ya, Pak." Pamit Fanda dengan menarik Stella ke mobil.
Kini mobil telah melaju meskipun dengan kondisi kaca bagian kiri yang pecah. Muka Pak Tana terlihat khawatir, entah apa yang menganggu pikirannya.
"Kenapa Pak?" Tanya Stella yang sedari tadi memperhatikan sopirnya itu.
"Kalau Oma tanya mobilnya, saya harus jawab apa,Non?" Kini Stella mengerti, Stella tersenyum tipis sembari menjawab sopirnya agar tidak khawatir.
"Urusan saya Pak, gapapa nanti saya jelasin ke Oma."
"Iya Non, jadi ini kemana? Tetap ketujuan awal?"
"Makan dulu pak,"
_______
"Stella, kita akan bertanggungjawab sama mobil kamu. Apalagi aku, sepertinya semua kacau gara-gara aku." Timpal Faki yang sedari tadi hanya mengacak-acak makanan didepannya.
"Iya, nanti kita bilang ke Oma baik-baik. Kita akan berusaha, Stell." Galang ikut menyahut.
"Benar, aku akan bilang ke Oma. Bahkan kita sudah terlalu merepotkanmu." Kini Tatapan mata Faki sayu, Stella merasa iba kepada temannya yang jadi buronan hanya karena melamar kerja ditempat yang salah, terdengar konyol dan tidak masuk akal namun memang seperti itu keadaanya sekarang.
Stella hanya terdiam, mencoba mencari solusi yang terbaik untuk melepaskan ketiga temannya dari buronan penjahat itu.
Fanda terlihat sudah menghabiskan makananya, sepertinya krjadian tadi menguras tenaga dan kekhawatiran Stella akan Fanda adalah trauma. Stella takut Fanda trauma akan hal ini. Selama ini Fanda bahkan tidak pernah melihat pistol nyata seperti tadi, apalagi dengan peluru yang bisa saja merenggut nyawanya. Namun, dari gestur dan mimik wajahnya Fanda terlihat baik-baik saja.
"Gausah gitu liatinnya Stell," ucap Famda yang menangkap basah Stella sedang memandanginya.
"Are you okay,Fan?"
"Ya, aku gapapa kok. Aku ga trauma si, cuma masih gemeter aja eh pas abis makan aku ga gemeter." Ucap Fanda sambil terkekeh.
Stella tertawa kecil, terlihat rona wajahnya yang semu pink itu, nampak begitu cantik. Terkadang Faki masih merasakan apakah dia mimpi selama ini dekat dengan manusia semacam Stella ini?
Galang meraba saku celananya, mencari dompet dan berdiri menuju kasir.
"Jadi, dia yang traktir kita?" Ucap Famda curiga.
"Bisa jadi." Gumam Faki pelan.
"Bayar punya dia doang paling, kayak kemarin." Seloroh Fanda yang tak sadar Galang sudah dibelakangnya dan dengan sengaja menjambak rambut Fanda.
"Kalo ngomong yang bener. Hari ini aku yang bayar. Besok Fanda ya."
Stella menggeleng kepalanya, takjub punya teman seperti mereka ini.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Broken
RomanceGadis cantik berambut pirang yang selalu tersenyum itu bernama Stella. Hidupnya yang terlihat biasa saja menjadi berbeda setelah mengenal Faki Hamzani, lelaki tampan yang membuatnya jatuh hati. Namun, Faki bukanlah lelaki yang mudah ditebak. Bahkan...