Chapter 22

12 2 0
                                    

16 maret 2020

"Stella, kita bakal bantu sedikit biaya perbaikan mobil kamu, apalagi ini ulahku." Sedari tadi Faki merayu Stella untuk hal ini tetapi Stella menolaknya halus.

Fanda menatap Faki iba, apa tidak bisa melihat kebaikan Stella sedikit saja. Kenyataanya Stella adalah anak orang kaya, apalagi yang perlu dipaksakan Faki? Membayar biaya mobil milik Oma yang pasti sangat mahal adalah sebuah kekonyolan. Fanda yang sedang kuliah, sama sekali belum bekerja tidak mungkin mendapatkan uang banyak. Satu juta itu perkiraan dua bulan dia menghemat jajan baru bisa kumpul uang satu juta. Miris, bagi Oma satu juta itu cuma buat beli tahu dan telor di pasar baru atau pasar mayestik setiap hari sabtu, ini sama saja mempermalukan diri sendiri. Begitulah yang tengah dipikirkan Fanda.

"Fak, cukup deh! Ga perlu maksa Stella, toh dia ikhlas." Ucap Fanda judes.

"Nah, udahlah Faki. Gapapa kok." Stella mencoba membujuk Faki agar tidak merengek akan membayar biaya perbaikan mobil, ya meskipun Stella tahu bahwa Faki tidak punya uang sekarang. Tapi, tekad dan tanggungjawab dia luar biasa. Sebagai lelaki Faki memang pandai mencuri hati dari segala sisi.

"Gue nurut aja deh, tahu diri ga punya uang. Cuma rukang ayam." Celetuk Galang sambil menyindir Faki.

"Ki, kalo boleh aku tanya sesuatu tapi jawab jujur ya?" Ucap Stella pelan takut Faki marah karena terkesan mengintimidasi.

"Iya tanya aja, Stella." Jawab Faki lembut.

Fanda terdengar menyimak, sedangkan Galang terkantuk-kantuk sedari tadi karena suhu ruangan yang dingin dan enak untuk tidur.

"Sebenarnya, kamu disuruh membunuh siapa? Mengapa kamu seserius ini menjadi buronan mereka?"

Faki terkejut, bola matanya hampir lepas dari tempatnya. Seujung kuku pun tak menyangka jika Stella berfikir sejauh ini.

Fanda menatap Faki yang berekspresi aneh, terlihat jelas ada sesuatu yang disembunyikan. Sayangnya, Fanda baru sadar setelah pertanyaan Stella terlontarkan.

"Jangan sembunyikan apapun dari kami Fak, kita bakal bantu kamu kok." Fanda mengoceh dengan suara khasnya, mirip toa masjid.

"Pelan aja ngomongnya, Panda." Protes Galang yang terbangun dari tidurnya.

"Lu pasti tau kan masalahnya Faki tapi lu ga cerita sama gue dan Stella? Lu pikir bisa nyelesain semuanya tanpa gue dan Stella? Hah? Lu mikirnya gue sama Stella cuma perempuan lemah gitu?" Cerocos Fanda panjang lebar yang sontak membuat Faki angkat bicara, meskipun pertanyaan bertubi-tubi itu ditujukan kepada Galang.

"Iya sebelumnya aku minta maaf ga cerita ini ke kaliam berdua-" baru saja memulai beberapa kata, Fanda sudah memarahi Faki tanpa permisi.

"Nah kan? Kalian ini, bener-bener ga ada rasa terima kasih, ga percaya sama gue dan Stella kan? Padahal Stella cerdas banget, jeli banget."

"Fanda.. "

"Iya, Stell. Gue belum kelar bicara."

"Mending kamu diem!" Bentak Stella merasa kacau.

Fanda menatap Stella yang mukanya merah, amarah sudah menyelimuti Stella. Terpaksa Fanda akan diam.

"Langsung aja, Ki. Kamu disuruh bunuh siapa?" Tanya Stella dengan kemarahan yang memuncak.

"Mentri? Pejabat? Atau ada sangkut pautnya sama kita?" Tanya Fanda lagi, kini Faki merasa bersalah tak dari awal bercerita secara utuh kejadiannya.

"Apa penting siapa yang harus aku bunuh? Orang itu tidak ada sangkut pautnya dengan kalian." Jelas Faki dengan kepalanya yang menunduk dan meremas rambutnya, frustasi.

"Penting saja jika menyangkut kamu, karena kita sahabatmu." Ucapan Stella kini mematikan Faki yang merasa putus asa. Ucapannta tajam namun sebenernya ada makna kasih sayang, bukan sayang tapi lebih tepatnya kepedulian.

"Omaku?" Tebak Stella membuat ketiga semuanya terbungkam penuh tanda tanya di kepalanya masing-masing.

______

Rest BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang