Chapter 7

19 4 2
                                    

6 February 2020

"Stella ga pernah naik motor seumur hidup!" Bentak Fanda geram kepada Galang yang masuh saja tak mengerti.

Kini, mulut Galang melongo. Seperti orang bego, Fanda yang melihatnya langsung menjitak kepala Galang.

"Kalo dia ga pernah naik motor kenapa ke kampus jalan kaki?" Ucap Galang sambil berpikir keras, kini otakknya benar-benar dipake untuk memikirkan Stella.

"Urusan orang kaya kamu ga tau!" Ketus Fanda yang sudah ingin menghabisi Galang tanpa ampun, kesabarannya hampir habis. Mana stok sabar Fanda sangat sedikit lagi!

"Rumah Omanya juga standart," gumam Galang kembali, kini jarinya dia ketuk ke kepala seolah sedang berpikir keras.

"Makanya jangan liat orang dari sampulnya aja, ya Omanya gtu karena udah tua, kamu ga tau kan? Mereka punya privasi yang sangat dirahasiakan. Uang jajan Stella aja bisa buat beli motor perbulannya." Terang Fanda panjang lebar.

"Kenapa tiba-tiba manggil 'kamu' gue jamin lu lama-lama naksir gue!" Ledek Galang yang mengalihkan pembicaraan.

"Apaan si! Ogah banget naksir lu mending naksir Faki." Muka Fanda ditekuk, bibirnya manyun dan tatapannya tajam.ke arah Galang.

"Faki ga mau sama lu, sadar kek!" Ucap Galang sambil tertawa.

Kini tangan Fanda mengepal kuat, dari raut wajahnya sudah benar-benar marah. Satu bogeman dilayangkan ke wajah Galang, namun Galang sudah bisa membaca reaksi Fanda, dia menghindar dan lari meninggalkan Fanda sendirian di markas.

"Fanda gila!" Teriak Galang sambil menjulurkan lidahnya sebelum pergi berlalu.

________

Stella pov.

Jantung Stella kini berdetak sangat kencang, bukan karena Faki tapi karena ini adalah pertama kalinya naik motor dan ngebut. Beberapa kali Stella menutup matanya karena takut, kedua tangannya tak lepas menggenggam ujung jaket Faki. Mungkin Faki tak tahu jika ini kali pertama Stella naik motor, dia menerobos jalur kecil yang diapit puluhan mobil dalam kemacetan ibukota dijam orang-orang pergi makan siang. Stella melirik spion kiri wajahnya kini benar-benar pucat pasi. Sungguh, Stella menyesal menilak tawaran Fanda.

"Stell, kamu gapapa?" Tanya Faki yang sudah menghentikan motornya.

"Ini udah sampe Ki?" Tanya Stella dengan suara gemetar.

"Kamu takut ngebut,ya?" Kini Faki benar-benar khawatir saat melihat wajah Stella yang pucat.

"Ki, minum dong!" Pinta Stella yang terlihat lemas, masih duduk di jok belakang.

Faki menyodorkan satu botol air mineral yang kebetulan ada di motornya. Stella meneguk hampir satu botol penuh. Faki hanya menelan ludah melihat Stella, seperti habis lari marathon saja!

Setelah mendingan, Stella dan Faki menuju tempat Oma dirawat. Ini adalah rumah sakit terbaik di Jakarta, Faki hanya memandangi Stella yang terlihat gugup.

Sesampai di depan ruangan Oma dirawat, Stella menghentikan langkahnya. Menatap Faki lekat-lekat.

"Ki, maaf ya kamu ga bisa masuk. Tunggu disini dulu. Nanti, aku temuin kamu lagi." Jelas Stella lembut.

Faki mengangguk tanda mengerti. Stella langsung saja bergegas masuk ke ruangan Omanya, Kali ini Faki melihat punggung Stella yang menjauhinya.

"Oma.." ucap Stella sesampainya di ruang rawat Omanya. Kini Oma diinfus, beberapa alat menempel pada dadanya.

"Stell, ..." panggil Aunty Rabetta.

"Iya." Jawab Stella namun matanya masih memandangi Omanya.

"Oma harus dipindah ke Singapura besok pagi, kamu harus nemenin Oma." Terangnya hati-hati. Rabetta ini sangat mengerti perasaan Stella, bahkan Rabetta yang anaknya saja tidak sesedih Stella.

"Arnetta akan mengurusimu di Singapura." Terangnya lagi.

Stella mengusap air matanya yang jatuh, lalu menatap aunty-nya.

"Untuk apa dia peduli?" Mata Stella terlihat makin memanas. Mendengar nama Arnetta darahnya seakan mendidih.

Arnetta adalah ibu kandung Stella. Selama ini Stella merasa ditelantarkan. Dia harus hidup bersama Oma sejak lahir, bahkannseumur hidupnya Stella tak pernah memanggilnya 'ibu'.

"Aku tak bisa mengurusnya besok,"

"Asistenmu kemana?" Pekik Stella, kali ini dia bahkan ingin menyalahkan Rabetta.

"Urusanku sedang banyak sekali, kumohon kamu mengerti. Arnetta tidak seburuk yang ada dipikiranmu, temanmu boleh masuk bahkan aku ijinkan untuk menemanimu malam ini. Tapi, aku harus jujur aku akan terbang ke Amsterdam sore ini."

Mata Stella melebar. Menatap Rabetta dengan penuh kemarahan, anak macam apa dia? Ibunya sedang sekarat tapi masih mengedepankan urusannya sendiri.

"Arnetta akan menghubungimu, angkat teleponnya jika dia menelpon. Stella percayalah, Oma akan membaik. Secepatnya!" Jelasnya lalu bergegas pergi dari ruangan itu.

"Anak durhaka!" Umpat Stella.

"Oma, apapun yang terjadi Stella akan selalu berada disamping Oma, seperti ini, menggengagam tangan Oma. Oma tak salah aku adalah anak termanis yang Oma punya." Lirih Stella sambil terisak.

Pintu terketuk, Faki berdiri diambang pintu. Stella yang tengah menangis buru-buru menghapus air matanya dan menghampiri Faki.

"Ki.." Stella kembali menjatuhkan air matanya.

Ada rasa iba dibenak Faki, Stella terlihat benar-benar hancur melihat keadaan Omanya sekarang.

Entah bagaimana, Stella jatuh kedalam pelukan Faki.

______

Thanks for reading!

Aku tunggu komennya😊

Rest BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang