Chapter 32

5 3 0
                                    

Sayup sayup angin berembus tenang, udara segara terasa begitu menyenangkan. Hamparan rumput dan ilalang tumbuh liar di depan rumah Faki membawa suasana berbeda, suara-suara hewan sore bersahutan dari balik-balik pohon, burung hinggap-terbang dari pohon satu ke pohon lainnya. Bunga sore mulai nampak mekar, dan indahnya alam ini tanpa hingar bingar kemacetan seperti dijakarta pada biasanya. Malang memang berbeda.

Stella merapikan rambutnya beberapa kali karena berantakan tertiup angin, Fanda dan Galang duduk berdekatan layaknya kekasih mesra yang biasa dilihat dalam film romansa, dan Stella adalah nyamuk yang kebetulan duduk disana.

"Stella, kamu tau kapan kalo kita udah pacaran?" Galang tina-tiba meneriaki Stella, padahal belum lama tadi dia bilang minta dirahasiakan hubungannya dengan Fanda, namun dia berteriak sampai terdengar oleh tetangga. Fanda pun melihat Stella menunggu jawaban darinya.

"Digerbong kereta kan? Pas aku lagi ke toilet sama Faki."

"Faki tahu?"

Stella mengangguk.

Fanda mencubit lengan Galang, terlihat rona merah di pipi Fanda yang agak mengembang sejak kedekatannya dengan Galang. Kini, Stella hanya tertawa sambil mengutuk kedua temannya.

Stella bergumam "Kalo benci banget biasanya berubah jadi cinta banget. Kayak kalian."

"Apaan si Stell!" Fanda merasa malu sekarang. Karena selama ini mereka seperti tom and jery. Dan sekarang mereka berubah menjadi romeo dan juliet, begitulah perasaan yang mudah untuk dibolak-balikan.

"Berarti kalau terlihat sayang banget ntar bisa jadi benci banget?" Kini Galang bertanya pada Stella dengan senyum tipis meremehkan.

"Maksudmu?" Alis Stella berkerut, mencerna kalimat yang barusan Galang ucapkan. Padahal hanya kebalikan dari apa yang Stella katakan, tetapi Galang memberi kalimat itu kepada siapa? Stella menerka, matanya tajam mengarah ke Galang, tangannya mengepal ingin rasanya memberikan satu bogem kemukanya.

"Iya tergantung si." Ucal Stella kesal.

"Faki ga gampang maafin orang." Galang memberikan informasi.

"Faki juga bisa ga ngomong sama orang, selamanya. Kayak mantannya dulu kan khianatin dia, abis itu dia ga pernah ngomong lagi sama mantannya. Meskipun mereka bertemu. Saran gue Stell, lu minta maaf ke Faki." Fanda menambahi, raut wajahnya khawatir. Dia tidak ingin temannya berantem.

"Faki salah paham. Aku juga baru tahu semuanya sebelum berangkat ke sini. Rabetta yang memberitahuku. Awalnya aku juga terkejut dan heran. Tapi, apapun dalam hidup kadang memang menakjubkan." Ucap Stella dengan lesu. Kantong matanya terlihat menghitam, wajahnya sayu tak seperti biasanya.

"Auntymu bisa jadi orang yang terbaik tanpa kamu sadar." Tiba-tiba Faki datang dan berpendapat demikian rupa membuat Stella tertegun. Dia masih berbicara denganku.

"Oma tetap yang terbaik untuk Stella." Sahut Fanda cepat-cepat. Ini adalah fakta yang paling real. Oma merawat Stella dari kecil sampai sebesar ini dengan ketulusan, Rabetta hanya seoarang Aunty yang baik begitu yang Fanda tahu selama ini.

"Kalian semua terbaik." Ucap Stella sambil tersenyum.

"Baiknya lagi kalo kita makan! Fak, laper banget serius." Ucap Fanda memelas.

"Iya ayo makan, maaf membuat kalian lapar. Makanannya baru disiapkan sama Bunga. Nanti aku kenalin Bunga." Terang Faki.

"Siapa Bunga. Kembang desa sini ya?" Galang terlihat girang.

Stella berdehem. "Inget woy! Emangnya satu aja ga cukup apa!"

"Mau gue bunuh lu, Galang!" Teriak Fanda sambil mengejar Galang yang lari karena tahu akan dihajar Fanda.

Stella dan Faki hanya tersenyum melihat kelakuan dua temannya itu.

"Stella." Panggil Faki dengan suara lirih.

Stella menatap Faki, namun Faki membuang muka ke arah lain. "Iya. Kenapa, Ki?"

"Gapapa, yuk makan." Faki bergegas meninggalkan Stella sendirian.

"Tunggu Ki," ucap Stella sambil lari mengejar Faki yang jalan begitu cepat.

Faki terus berjalan meninggalkan Stella, Stella terus melihat Faki tanpa melihat jalan yang dia lewati. Ada batu lumayam besar berada di tengah jalan, alhasil Stella tersandung dan jatuh tersungkur. Beberapa kerikil tajam mengenai tangan dan kakinya.

"Aw.." Stella meringis kesakitan, buru-buru dia melihat jahitan di kakinya. Naas, bekas jahitannya luka, darah keluar bercecer, Stella pikir dia kurang benar menjahitnya tadi, kini dia membersihkan darah disekitar luka jahitan dengan beberapa lembar tisu yang ada di kantong celananya.

Kepala Stella terasa pening, badannya lemas, perutnya terasa mual. Seharian belum ada satupun makanan yang masuk ke mulutnya. Stella hanya bergumam, "damn!"

Di meja makan rumah Faki sudah ada  makanan yang dihidangkan satu meja penuh. Hampir membuat air liur Galang menetes, cacing diperutnya seakan terdengar berteriak horeee.

Fanda duduk disebelah Galang, setelah Hasan memepersialahkan makan, buru-buru Faki dan Fanda melahap makanan yang mereka inginkan.

"Cobain yang utu enak,Panda." Ucap Galang meski mulutnya penuh makanan.

"Pelan-pelan aja lang, fakut tersedak." Pinta Fanda terdengar lembut tidak seperti biasanya. Kali ini berada di dekat Galang seperti gejolak asmara yang membuat perutnyaa merasakan kupu-kupu beterbangan.

Ditengah lahapnya sejoli baru itu makan, Faki datang dan menyambar piring. "Makan aja lang, ga usah malu-malu."

Galang mengacungkan jempolnya.

Tak perlu waktu lama, mereka menyelesaikan makanannya.

"Lang, cacing diperut gue makasih nih, dikasih makan. Haha" ucap Galang dilanjutkan bersendawa keras dan dia langsung menutup mulutnya.

"Galang!!" Fanda meneriaki Pacarnya sambil memukul lengan berotot milik Galang.

"Maaf." Cengir Galang tanpa dosa.

"Fak, itu yang namanya Bunga?" Tanya Fanda yang sedari tadi penasaran.

"Oiya, benar. Bunga sini, kenalin teman-temanku daei Jakarta." Kini Bunga berjalan ke arah mereka dan duduk di sebalah Faki.

Bunga tersenyum ramah kepada Galang dan Fanda. Dan keduanya membalasnya.

"Namanya Fanda dan Galang." Ternag Faki.

"Kalo ada apa-apa kalian bisa bilang sama saya." Ucap Bunga terlihat kaku.

Fanda mengangguk. Melihat Bunga yang polos namun terlihat manis, batinnya berteriak, wah saingan Stella. Setelah melihat Bunga, kini Fanda baru sadar kalau Stella tidak ada bersama mereka.

"FAKIII" Teriak Fanda mengagetkan semuanya. Galang yang temgah minum pun tersedak.

"Apa si, bisa ga ngomongnya pelan." Galang protes. Sambil menekuk bibirnya, manyun.

"Stella dimana?"

____

Rest BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang