25 februari 2020"Ki, kamu kenapa?" Tanya Stella dengan tatapan sendu.
Faki hanya menatap Stella dan tersenyum menjawab pertanyaan Stella 'aku baik-baik saja'. Namun, Stella merasa ada sesuatu yang disembunyikan Faki. Lukanya masih baru, mungkinkah Faki berantem dengan Galang sebelum menjemput Stella? Atau Faki dihajar preman pasar? Atau juga Faki berantem dengan begal dijalan? Pertanyaan aneh mulai menyerbu otak Stella. Dalam pikirannya yang tak karuan itu Fanda meneriaki Stella dan Faki agar cepat ke taksi. Buru-buru keduanya berlari ke taksi yang sudah ada Oma didalamnya.
"Kalian ngapain si? Kangen-kangennya ntar kali." Sewot Fanda dengan sorot matanya yang tajam mengarah Stella.
"Sewot aja si Panda, ya biarin lah. Jangan kepo!" Ketus Galang yang justru sewot ke Fanda.
"Fanda bukan Panda!!" Teriak Fanda memekikan telinga.
"Fandaaa.." respon Faki, Galang dan Stella bersamaan sembari menatap ke arah Fanda.
"Hehe, maaf ya Oma." Cengir Fanda sembari memijat-mijat tangan Oma tanda rayuan mautnya.
"Anak perempuan jangan bicara keras-keras, ga baik." Nasehat Oma sambil menatap Fanda.
Fanda yang ditatap Oma langsung seketika bungkam, diam tak bergeming, sepatah katapun tak mampu keluar dari bibirnya itu.
Stella yang memahami situasi itu buru-buru mengambil snack yang sudah disediakan dari Singapura tadi.
"Nih cemilan, nih Fan," tawar Stella sambil menyodorkan snack ke pangkuan Fanda.
"Uww.. enak nih manis-manis." Girang Fanda kembali ceria, dia tak mengingat kejadian barusan.
"Noraa!!" Ejek Galang, namun tangannya menyambar dua snack sekaligus dari tangan Stella.
"Rakus nih," ledek Stella sambil tersenyum.
"Makan Oma," tawar Galang pura-pura. Padahal dia tahu nenek-nenek tak mungkin makan snack. Karena Oma sudah tak makan keripik selain giginya yang kurang kuat juga tenggorokanya mudah sakit.
"Iya silahkan, Faki ambilah, ikut makan." Tawar Oma hangat. Oma mampu menghangatkan suasana disatu sisi namun bisa juga berubah menegangkan suasana tanpa permisi.
"Nih Ki, jangan malu-malu," Stella menyodorkan satu bungkus snack ke Faki dan Faki menerimanya dengan anggukan kecil.
"Pipinya sakit?" Stella khawatir, menatap Faki yang duduk didepannya dengan berlebihan.
"Engga papa Stella." Ucap Faki cukup terlihat baik-baik saja.
"Lang!" Panggil Stella dengan nada sarkas. Galang baru pertama mendengar suara Stella yang mengerikan ini.
"Kenapa Stell?" Jawab Galang santai, padahal perasaanya tak karuan, raut wajah Stella seperti ngajakin berantem.
"Kalian berdua berantem yaa?!" Tanya Stella curiga.
Fanda terkekeh mendengar tuduhan Stella.
"Engga lah," sahut Galang.
"Stella ngaco." Ucap Fanda sambil mengunyah makanannya.
"Terus Faki kenapa?" Tanya Stella kepada kaca samping mobil tempatnya duduk, dia menatap jalanan yang masih ramai, tidak membutuhkan jawaban dari temannya. Tapi sungguh khawatir ini menyiksaku. Padahal aku tak perlu berlebihan.
Tetesan air berjatuhan di kaca mobil samping Stella, langit gelap, bintang terlelap, ternyata hujan turun. Stella tanpa sadar membuat garis lengkungan dipipinya, melihat hujan dari kaca mobil saja menyenangkan. Bahagia Stella tak jauh dari cara semesta beratraksi.
Tepat jam sepuluh malam, mereka sampai rumah Stellla. Oma menyuruh masuk ketiga temannya termasuk Faki dan Galang. Meskipun sudah malam, hujan lebat yang mengguyur tak akan dibuat tega Oma menyuruh pulang keduanya.
"Mbaa.." panggil Stella kepada asisten milik Oma.
Wanita bertubuh gempal yang katanya seumuran Stella itu lari terbirit-birit mendengar teriakan majikannya. Satu lagi bertubuh kurus namun tinggi mengekor dibelakangnya. Oma punya dua orang asisten rumah tangga, selain untuk membantu membereskan rumah keduanya adalah teman Oma kala sepi pula.
"Tolong bantuin Oma ya, beberesnya besok aja. Masukin kamar Oma semua kopernya." Ucap Stella sopan, Stella menganggap mereka kerabat tanpa merendahkan satu sama lain.
"Iya Non," jawab Wati, wanita bertubuh gempal itu.
Setelah Oma beres, Stella menemui Faki, Galang dan Fanda diruang tamu. Ketiganya sedang bengong sekarang.
"Woy!!" Teriak Stella, menyadarkan lamunan mereka.
"Mentang-mentang rumah sendiri bebas jadi toa!" Ketus Fanda yang sering dikomen teman-temannya karena suaranya yang keras.
"Kalian kenapa si?" Tanya Stella penasaran. Mereka kembali fokus kepada lamunannya masing-masing.
"Oiya, belum dikasih suguhan ya? Bentar aku ambil minum sama camilan." Ucap Stella langsung bergegas ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman.
Tak selang beberapa lama, Stella membawa setampan hidangan. Ya, cuma minuman kemasan dan snack lagi. Tapi, pasti temannya menghabiskannya, pasti!
"Nih makan dulu, minum juga biar ga pada kesurupan." Omel Stella sambil menyodorkan satu per satu minuman kemasan kepada tiga temannya itu.
"Stell, kepalaku mau pecah rasanya." Ucap Galang lirih, ini kali pertama Galang berucap lirih penuh keluh kesah.
Stella mengembuskan nafasnya kasar.
"Maaf-" ucap Faki terbata.
"Ga perlu minta maaf, Fak!" Sahut Fanda yang masih menatap hujan lewat kaca jendela ruang tamu.
"Ga ada yang perlu disesali, kita hanya perlu menghadapi semua ini." Ucap Galang bijak. Sangat bijak, tidak seperti Galang dihari-hari biasa.
"KALIAN NGOMONGIN APA SII??" Stella meneriaki ketiga temannya tanpa ragu.
Mereka kenapa si :(
2 hari ga update!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Broken
RomanceGadis cantik berambut pirang yang selalu tersenyum itu bernama Stella. Hidupnya yang terlihat biasa saja menjadi berbeda setelah mengenal Faki Hamzani, lelaki tampan yang membuatnya jatuh hati. Namun, Faki bukanlah lelaki yang mudah ditebak. Bahkan...