28 Maret 2020
Stella keluar dari toilet, didepannya ada seorang lelaki berpakain hitam lengkap dengan kacamata hitam memicingkan mata. Jantung Stella seperti terhantam, rasa takut menyelimutinya.
"Kamu sendirian?" Katanya dengan licik. Stella masih bungkam. Ingin pergi namun badannya yang besar itu menghalanginya.
"Mana temanmu?"
Stella yakin ini pasti si penjahat. Dengan segala keberanian, Stella mencoba pergi dari orang itu.
"Maaf, saya tidak mengenal anda. Permisi, bisa beri saya jalan?"
"Saya yang menembak mobilmu." Ucapnya dengan tawa yang meremehkan.
"Siapa bosmu?" Tanya Stella asal menceplos. Mana mungkin dia akan menjawab.
"Kamu."
Stella memincing, amarahnya sudah sampai puncak dan tak tahan lagi dengan orang berbaju hitam ini.
"Tolong...." teriak Stella berteriak. Namun, beberapa saat setelah itu tidak ada satupun orang yang datang menolong. Stella melihat sekeliling, gerbongnya kosong hanya berisi beberapa, terlihat seperti ruangan VIP.
Kalau kamu dijahatin sama laki-laki. Tonjok aja matanya!
Seketika pesan Oma itu terlintas dikepala Stella. Stella berusaha tenang dan menyiapkan tenaga agar bisa menonjok mata lelaki di depannya ini.
"Kalian mau ke Malang? Menjemput umpan kan?" Tanyanya penuh selidik.
Mampus! Pikiran Stella buyar sekarang, selain takut dengan perlakuan lelaki ini yang kian mendekat dan bergumam pelan "Kamu cantik."
Sontak tangan Stella dilayangkan ke mata lelaki itu namun yang ada justru tangan Stella mampu dicegah olehnya.
"Kamu mau apa?" Tanyanya dengan nada menjijikan.
"Tolong lepaskan saya!"
"Tanpa kamu suruh, andai saja kamu bukan Vip." Ucapnya pelan namun terdengar oleh telinga Stella.
Akhirnya Stella keluar dari gerbong itu dan menuju tempat duduknya.
Sekilas dia melihat gerbong itu kembali dikunci, tanpa ada yang bisa melewati, namun kenapa tadi dibuka? Dasar licik.
"Ada apa disana?" Tanya Faki dengan posisi santai seolah tertidur namun terjaga.
"Kenapa Galang duduk sama Fanda?" Tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Jawab pertanyaanku." Ucap Faki membuat Stella harus jujur.
"Kita masih buronan, dia ada di kereta ini. Penjahat itu ada di sini." Bisik Stella tepat di muka Faki yang ditutupi jaket.
Stella terkejut saat Faki mendongak duduk, padahal sedari tadi dia tertidur. Faki pun merasa terkejut karena wajahnya sangat dekat dengan Stella.
"Maaf," ucap Faki canggung.
Stella berusaha menjauh sedikit dari badan Faki, karena Stella-lah yang mendekat ke badan Faki.
"Kita harus bagaimana?" Ucap Stella frustasi.
"Dia tau kita kemana?"
"Tahu, makanya kita seolah mengantarkan mereka untuk mendapat mangsa. Ayahmu ga baik-baik aja, Ki."
Faki mengacak rambutnya frustasi, kini dia benar-benar merasa takut jika terjadi sesuatu kepada Ayahnya.
"Kita turun di Stasiun terdekat bagaimana?" Usul Stella.
"Ga mungkin juga. Ini sudah malam." Kilah Faki.
"Kalau kita di Malang, mereka bahkan akan dengan mudah mencari Ayahmu, Ki."
Galang yang mendengar perdebatan Faki dan Stella akhirnya bangun. "Ada apa?"
"Kita ga aman, penjahat itu ada di kereta ini?"
"Penjahat apaan?"
"Cuci muka sana gih!" Geram Stella kepada Galang yang tidur pulas sedari tadi.
"Maksudmu? Kita masih buronan?"
Stella mengangguk.
"Kalian tidur aja gapapa, aku akan cari cara, besok pagi kita tetap turun di Malang." Tegas Faki.
"Tapi-" Stella yang berusaha protes dibungkam Faki dengan memberinya jaket agar Stella tidur.
"Kalau masih panik, jangan memberi saran apapun. Tenangin dirimu, tidur. Gapapa." Ucap Faki sambil menepuk pundak Stella tanda meyakinkan.
Stella tak bisa menolak perintah Faki. Setelah kejadian ditoilet tadi memang benar membuatnya panik. Dan sedari tadi Stella belum tidur. Akhirnya Stella melakukan hal yang sama dengan Faki. Menutup mukanya dengan jaket agar bisa sejenak beristirahat.
"Mau dengerin lagu ga?" Tanya Faki sebelum Stella terlelap.
"Boleh. Mau lagu a thousand years."
Faki tersenyum dan memutar lagu itu, tak lupa memasangkan earphone ditelinga Stella.
"Makasih, Ki."
Faki mengangguk.
____________
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Broken
RomanceGadis cantik berambut pirang yang selalu tersenyum itu bernama Stella. Hidupnya yang terlihat biasa saja menjadi berbeda setelah mengenal Faki Hamzani, lelaki tampan yang membuatnya jatuh hati. Namun, Faki bukanlah lelaki yang mudah ditebak. Bahkan...