Chapter 18

9 5 3
                                    


4 Maret 2020

"Kamu bisa pake punyaku Fan!" Ketus Stella sambil menatap sinis Fanda, tangannya memegang satu stel baju berwarna biru. Baju itu jarang dipake Stella, baru sekali seingat Stella itupun hanya sebentar. Namun, Fanda bersikeras tak mau memakai baju Stella, sepertinya waktu tidur tadi Fanda kerasukan hantu batu yang berakibat keras kepala memenuhi otaknya.

"Ga bisa, ga mau. Anterin gue Stell, plisss.." ucap Fanda memohon diantar pulang sebentar mengambil baju ganti dan perlengkapan skincare lainnya.

"Ya udah beli online aja, gimana?" Kini Stella memberikan jalan keluar.

"Ga mau, maunya baju gue yang di rumah. Sayang banget kan kalo harus beli, skincare gue juga baru beli kemarin, sayang banget kalo harus beli lagi." Ketus Fanda dengan mukanya yang begitu mengesalkan.

"Lu ngeselin banget si Panda!" Seloroh Galang tiba-tiba. Matanya yang fokus pada kertas tapi telinganya dengar sana-sini. Kertas itu ditulis untuk menggencarkan strategi. Menjadi buron seperti ini sama seklai tak nyaman, apalagi Faki merasa terbebani karena terlalu merepotkan Stella.

"Lu diem,Lang. Urusan cewek mana tau!" Kini Fanda membela dirinya sendiri. Mukanya masih sama, benar-benar mengesalkan. Matanya yang biasa berbinar riang kini tampak kosong dan penuh kebosanan.

"Kamu ga betah disini, Fan?" Tanya Stella hati-hati. Karena kondisi Fanda yang badmood biasanya akan menimbulkan berbagai pertengkaran meskipun dengan masalah kecil.

"Bosen Stell," ucapnya manja.

"Mau pulang?" Tanya Stella ragu-ragu.

Fanda mengangguk.

"Pulang sana sendiri naik taksi." Kini Galang menyahut dengan nada sebal.

"Lu tega apa ?hah!" Ucap Fanda dengan menyilangkan tangannya di dada.

"Situasi. Fan, sabar dikit ya." Rayu Stella meskipun akan susah meluluhkan keinginan Fanda kali ini.

"Situasinya gue perlu pulang sekarang, Stella."

"Ya udah. Oke, aku antar tapi tunggu aku ijin ke oma untuk pake sopir." Akhirnya Stella tak tega karena muka Fanda yang merah terlihat hampir menangis.

"Dasar anak kecil," timpal Galang.

Fanda diam saja tak berkutik.

"Yuk, sekalian ya Galang sama Faki juga ambil baju ganti." Ucap Stella.

"Bolehlah," ucap Galang sambil berjalan menunju parkiran.

"Dimana parkirannya?" Tanya Galang bingung.

Fanda berdehem mendekat ke telinga Galang dan berbisik "lu masih bilang rumah oma Stella biasa aja, jangan kagum liat ini."

Mereka menuju depan pintu kamar Oma, Stella membuka brangkas, mencoba jauh dari ketiga temannya dan menekan angka-angka, sepertinya sandi. Faki begitu memperhatikan Stella, apa-apa yang dimiliki dan dilakukan gadis berambut pirang itu selalu menarik. Tembok terbuka, mereka masuk lif dan menuju basement tempat perkiran mobil. Galang hanya melongo melihatnya, bagimana tidak. Rumah oma terlihat sangat biasa saja, depan terlihat sederhana, tak ada banyak barang mahal terpajang, hanya deretan foto-foto pernikahan. Jendelanya saja tak perlu banyak keamanan hanya kawat besi yang memagarnya, cctv tidak ada satupun dirumah tapi lif ini benar-benar tersembunyi.  Dibalik Oma dan Stella terlihat banyak teka teki dan rahasia yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang saja.

Saat pintu lif terbuka, kini Galang benar-benar menampakan ketakjubannya. Mobil-mobil mewah berderet rapi, tanpa ada yang bertanya Stella berkata kepada tiga temannya. "Ini bukan mobilku, milik tanteku. Mobil Oma disana." Tunjuk Stella sambil menghampiri sopir yang terlihat sudah berumur itu.

"Faki depan ya, kita bertiga dibelakang." Ucap Galang menyuruh. Namun, tangan gerak tubuh galamg memberi kode, seperti matanya kedip-kedip genit ke arah Stella dan kakinya menginjak sepatu Fanda.

"Iya iya." Ucap Fanda dan Stella bersamaan.

Kini Stella,Galang dan Fanda duduk dikursi belakang bersempit-sempitan ria. "Pantat lu gede bgt si Panda."

"Badan lu tuh, Lang gede."

"Ya wajar laki mah kecil ga enak."

"Ish, gila."

"Lu gila kan?"

"Lu lah, Galang."

"Ganteng gue mah."

"Kagak."

"Awas aja besok naksir."

Kini Fanda menjulurkan lidahnya seolah-olah muntah.

"Mabok darat ya?" Ledek Galang.

Kini cubitan kecil mendarat ditangan Galang. Fanda tersenyum kemenangan, sedangkan Galang meringis kesakitan.

"Serius, Panda nyubitnya kayak setan nih tangan gue merah gini, Stell." Kesal Galang sambil menunjukan tangannya yang merah karena dicubit Fanda.

"Udah-udah." Lerai Stella tak niat.

"Pak, kok lewat sini?" Tanya Stella curiga karena tidak melewati jalan utama.

"Macet Non jam segini. Gapapa kan lewat sini lebih cepat." Stella mengangguk, Oma sering bilang kalo sopirnya ini memang hafal jalan, jalan tikus sekalipun. Namun, baru saja berlalu kini nampak sebuah mobil hitam didepan mereka.

Pak sopir yang bernama pak Tana itu hampir keluar dari mobil dengan cepat Stella mencegahnya."jangan pak!"

Pak Tana menuruti perintah bos kecilnya itu. Kini Stella sangat percaya kalau didepannya ini adalah musuh Faki, atau pengejar Faki.

Faki nampak cemas, dari rona wajahnya terlihat pucat, bibirnya terlihat komat-kamit seperti berdoa. Galang terdiam, kakinya terasa bergetar. Dan Fanda, kini Stella menatapnya tajam sambil berkata "Fan lu ga matiin ponsel?"

Faki dan Galang mentap Fanda yang sedang berkutik dengan gawainya.  Kini amarah Faki terlihat diatas ubun-ubun. Bagaimana seorang teman justru yang mengantarkan nyawanya pada pemburu bayaran seperti yang ada di depan mata Faki.

Kini ketiga anak itu benar-benar tak tau harus apa. Semoga dewi fortuna memihak kepada mereka.

________

Rest BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang