25 maret 2020
"Stella, kamu dimana?" Suara Fanda dafi ujung telepon benar-benar membuat gendang telinga Stella rusak.
"Aku masih dijalan, macet." Ucap Stella tenang. Sebenarnya Stella sudah siap sedari tadi agar on time sampai stasiun namun Oma mendadak ikut karena ingin belanja ke supermarket.
"Cepetan, lima belas menit lagi kereta kita berangkat!" Cerocos Fanda diujung telepon seolah-olah Stella telat padahal masih lima belas menit lagi.
Karena penat dan takut terbawa emosi Stella memutuskan teleponnya secara sepihak, nanti juga bakal marah-marah lagi pas ketemu di stasiun.
"Non, sadar ga mobil belakang dari tadi ngikutin kita." Ucap Pak Tana panik.
Stella melirik ke belakang, benar saja mobil hitam yang kemarin mengintainya, sepertinya mereka bodoh atau miskin karena selalu menggunakan mobil yang sama batin Stella tetap tenang. Mereka tidak mungkin masuk ke stasiun karena ramai.
"Gapapa pak, biarin aja. Sebentar lagi sampai, bapak langsung ke supermarket jemput Oma."
"Iya non."
Stella mencoba menghubungi Fanda untuk memberitahu bahwa dia dibuntuti lagi. Saat telepon terhubung Fanda langsung saja nyerocos "Stell, lama amat kayak siput."
"Kalian semua masuk kereta dan duduk, aku dibuntuti penjahat itu lagi. Termasuk Faki, jangan menampakan muka kalian, mengerti, kan?" Ucap Stella seolah bertanya namun tidak memerlukan jawaban dari Fanda.
"Pak, kalo ada apa-apa telepon saya. Tapi saya yakin, bapak ga bakal dibuntuti mereka, makasih ya pak." Ucap Stella sebelum keluar mobil.
Pak Tana hanya mengangguk dan bergeleng pelan melihat majikan mudanya itu, dari kecil hanya terlihat lemah karena tidak dirawat oleh kedua orang tuanya namun Stella tumbuh besar menjadi gadis yang cerdas dan berani begitulah yang dirasakan Pak Tana, menjadi sopir pribadi Omanya belasan tahun membuat paham sifat Stella, dan diantara kerabat Oma, Stella yang paling baik. Bahkan Rabetta dan Arnetta terlihat tak peduli kepada Pak Tana yang sudah setia menjadi sopir Oma belasan tahun lamanya.
Stella menatap mobilnya yang sudah pergi jauh. Mobil hitam terlihat menepi dalam jarak sekitar sepuluh meter, Stella tetap santai dan mencari kerumunan. Saat masuk Stasiun dengan menunjukan tiket dan kartu identitas Stella langsung lari menuju keretanya, dia tidak melihat satupun temannya ada di luar kereta. Memang Stella pandai memerintah akhir-akhir ini, bahkan dia suka memaksa ketiga sahabatnya untuk patuh, terlihat egois namun demi kebaikan bersama.
Stella menuju gerbong dan kursi yang tertera di tiket, cukup lama untuk sampai namun matanya tetap was-was barangkali penjahat masih mengintainya.
Akhirnya, Stella melihat Fanda yang tengah makan snack, terlihat Faki dan Galang yang gusar menunggu kedatangan Stella.
"Gue pikir lu telat ketinggalan kereta terus naik pesawat," seloroh Galang menghela nafas panjang.
"Ngaco lu!" Bentak Fanda.
"Engga lah, Lang." Jawab Stella sambil menaruh ransel diatas tempat duduk, keringatnya bercucuran, rasanya lemas dan tanpa sadar Stella badannya terhuyung ke arah Faki, Faki langsung sigap menahan badan Stella agar tidak terjatuh. Naas, posisinya menahan Stella terlihat seperti dua sejoli yang sedang berpelukan.
Faki menatap mata Stella karena jaraknya yang begitu dekat. "Matamu semu biru?" Gumam Faki lirih.
"Hah?" Tanya Stella yang sadar dan mengubah posisi badanya berdiri kembali menaruh ranselnya kemudian duduk sebelum Tom and Jeri membulinya. Stella mendengar Faki berkata namun tak jelas ditelinganya karena panik. Tiba-tiba saja Stella merasa jantungnya berdebar tak seperti biasanya, iramanya cepat dan keringatnya bercucuran tetapi, Stella yakin seyakin-yakinnya dia tidak punya penyakit jantung. Apa ini debaran jantung orang jatuh cinta?
"Ga kurang lama tuh adegan mesranya," kilah Fanda sambil cemberut.
"Kasian lu lah," sambung galang menjawab ucapan Fanda.
"Iyaa, mana bajunya sama lagi, kalian janjian?" Tuduh Fanda yang fokus pada pakaian yang dikenakan Faki dan Stella. Faki kaos hitam, pun sama Stella yang biasa bergaya casual memakai baju hitam dengan celana levis panjang.
Stella dan Faki saling menatap baju yang berwarna sama, Stella hanya tersenyum dan menggoda Fanda "kamu mau pame bajuku biar samaan sama Faki?"
"Ide bagus tuh Stell," ucap Galang seolah-olah setuju padahal ujungnya pasti Fanda bakal jadi bahan ledekan seperti kemarin di rumah Stella.
"Serius?" Tanya Fanda antusias, matanya berbinar, Stella merasa iba menatap mata Fanda yang terlihat benar-benar suka kepada Faki, kali ini ekspresi wajah Stella berubah.
"Tapi, kalo kamu pake baju itu Faki juga auto ganti baju Pan!" Ledek Galang sambil tertawa keras sehingga beberapa penumpang lain menatap Galang sinis, Galang langsung menutup mulutnya untuk menahan tawanya yang meledak.
"Pan? Lu kira apaan?" Kesal Fanda karena Galang terus saja meledeknya.
"Panci.." bisik Galang sambil cekikikan.
Stella hanya tersenyum melihat kelakuan kedua temannya itu.
"Lang, lu kalo naksir jangan ledekin mulu ntar ga peka-peka dianya-" seloroh Faki membuat Stella tertawa. Menatap Fanda yang pipinya memerah, dan Galang yang tiba-tiba terdiam membisu karena malu.
"Mending sini nih, duduk sini biar akrab sama doi." Ledek Stella yang berdiri menawarkan kursinya agar Galang dan Fanda duduk bersama.
Tanpa protes Galang berdiri, Stella hampir merasa puas. Stella duduk didekat jendela dan didekat Faki tentunya, namun matanya melotot ketika Galang masih berdiri.
"Kenapa ga duduk?" Selidik Stella.
"Gue ga penyakitan kali." Fanda membuka suaranya sambil menatap tajam Galang.
Faki tertawa tanda mengerti trik Galang. " Stella, apa iya Galang itu penurut?"
"Dia mah pembangkang." Sahut Fanda.
"Ngerti kan?" Tanya Faki lagi.
"Jangan harap gue mau duduk sama Panci." Ledek Galang sambil berlalu meninggalkan mereka. Stella merasa kesal dan berteriak "eh, mau kemana?"
"Toilet." Jawab Galang berlalu sambil melambaikan tangannya meskipun badannya membelakangi Stella.
"Sial." Ucap Stella dan Fanda bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest Broken
RomanceGadis cantik berambut pirang yang selalu tersenyum itu bernama Stella. Hidupnya yang terlihat biasa saja menjadi berbeda setelah mengenal Faki Hamzani, lelaki tampan yang membuatnya jatuh hati. Namun, Faki bukanlah lelaki yang mudah ditebak. Bahkan...