Melting Ice

1.6K 141 16
                                        

Dunia ini akan hancur, jika melihat kau menangis.

Menangislah, hingga air matamu tak bisa menetes lagi.

Sepertinya malam telah menelanku perlahan.

Kegelapan ini telah menelanku perlahan.

Apakah ini sebuah kehancuran, yang tak terlihat? Haruskah aku melarikan diri?

Dan, kemana aku harus pergi? Tolong bawa aku pergi sejauh mungkin, sampai aku lupa bagaimana rasa sakit itu.

--------
Kenangan di masa lalu masih teringat di pikiran Yeoreum, ia sendiri masih belum bisa menyangkal bahwa pada saat itu ia harus menerima kenyataan pahit, bagaimana rasanya di sakiti oleh seseorang yang sangat jelas ia kagumi.

Ini sudah menjelang malam, Yeoreum baru saja keluar dari kantor Namjoon.

ia bergegas untuk menunggu bus, mungkin akan datang sekitar tiga puluh menit lagi.

Ponselnya tiba-tiba berdering, disana tertera nama Jimin yang tak lain adalah kakaknya sendiri.

"Eoh? " jawab Yeoreum.

"Iya, aku sedang menunggu bus. Ada apa?"

"Baiklah, aku akan tiba satu jam lagi. Kau tunggulah di luar." Jimin tidak membawa kunci rumah, sepertinya ia lupa.

"Kenapa ia selalu begitu? Satu jam itu kan waktu yang cukup lama. Kalau begitu aku akan makan ramyeon dulu, sepertinya bus akan tiba setengah jam lagi." perutnya sudah sangat lapar. Tidak ada pilihan jadi ia memutuskan untuk mampir ke minimarket yang tak jauh dari halte.

Sementara Jimin sedang menunggunya di luar rumah, dengan cuaca yang sangat dingin. Jimin memang sedikit pelupa.

"Salah sendiri, mian oppa." dengan acuh Yeoreum menyantap ramyeon nya.

Di sebrang sana ada lelaki bermantel tebal, yang sepertinya akan menuju Yeoreum.

Tiba-tiba, ia duduk di hadapan Yeoreum.

"Permisi, sepertinya kita pernah bertemu?" ucapnya.

Yeoreum terlihat heran, namun setelah lelaki itu membuka topinya. Yeoreumpun mulai menyadarinya.

"Kau? Oh, annyeonghaseyo." Yeoreum memberi salam dengan sopan.

"Kita bertemu lagi, apa ini sebuah kebetulan?" ucapnya lagi.

Yoereum hanya tersenyum.

"Seperti biasa, kau selalu makan ramyeon ketika aku bertemu denganmu."

"Ah-, aku sedang menunggu bus jadi aku putuskan untuk makan ramyeon terlebih dahulu."

"Ah Begitu, bagaimana aku sudah menunggumu?"

Yeoreum memang pernah bertemu dengannya, dan ia menawarkan untuk mampir ke kantornya.

"Maaf, sepertinya aku belum bisa karena aku sekarang sudah bekerja." nadanya sedikit canggung.

"Ah, begitu. Apa kau suka bernyanyi atau kau punya bakat menari?"

Yeoreum terlihat menggaruk leher nya.

"Aku tidak bisa bernyanyi, dan aku juga tidak punya bakat menari. Memangnya kenapa?"

"Tidak, aku sedang mencari seseorang yang seperti itu. Kali saja, kau punya teman atau kakakmu yang bisa bernyanyi, boleh kau kenalkan padaku?" ucap Hoseok.

Mata Yoereum mulai fokus pada Hoseok.

"Memangnya kau sedang mencari seorang artis?"

Hoseok terkekeh mendengar ucapan dari Yeoreum.

Expensive ConclusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang