Chapter 1

9.2K 216 1
                                    


"Selamat pagi sayang." Seorang wanita paruh baya menarik kursinya kemudian tersenyum kepada gadis berseragam SMA yang tengah menuangkan jus ke dalam gelas kaca bertuliskan happy sunday itu, "Kali ini jus jeruk?" Gadis muda itu berhenti sejenak untuk mengecup pipi bibinya, "Selamat pagi."

"Nanti Bibi harus meminta mereka agar berhenti melakukan semua ini. Bibi tahu maksud baik mereka, tapi itu membuat bibi sungkan." 

Sudah berbulan-bulan semenjak insiden yang terjadi di rumah tetangga, dimana si Tua Peter yang pikun jatuh pingsan karena lupa makan. Padahal sebenarnya ia lapar, tapi ia tetap berpikir bahwa ia sudah makan. Bahkan dikatakan bahwa ia lupa dimana letak dapurnya. Tak ingin ambil pusing, ia memutuskan untuk keluar rumah menuju halaman depan. Saat itu istri dan anak perempuannya sedang pergi ke pasar jadi tidak ada siapapun di rumah itu selain dirinya. Beruntungnya Niora yang sedang mengantarkan roti yang dibuat oleh bibinya mengetahui kejadian itu. Ia melihat Tuan Peter sudah tidak sadarkan diri di atas rumput. Semenjak saat itu keluarga Tuan Peter tak henti-hentinya berterima kasih pada Niora dan bibinya. Sampai hampir setiap hari mereka selalu memberi banyak makanan, sekardus susu, jus, manisan, buah-buahan, dan bahkan pakaian-pakaian bermerek mahal yang tak tanggung-tanggung mereka berikan sebagai ungkapan terima kasih.

"Oh ayolah... Lagipula jika kita tidak menerimanya, mereka pasti akan tersinggung," ia menatap bibinya sesaat sebelum meraih gelas lain dan mengisinya, "...Atau bagaimana jika membagikan beberapa brioche sebagai imbalan? Bukankah mereka juga suka brioche buatan Bibi?"

"Baiklah biar . Sekarang segeralah makan atau kau bisa terlambat"

Baiklah


⌖┈◌◌◌┈⌖

Kringggg...

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa-siswi kelas XII-1 bersorak gembira. Yang mengantuk, matanya terbuka lebar. Yang melamun, kembali tersadar.

Tiba-tiba kelas kembali hening ketika suara melengking dari wanita bertubuh gempal menusuk gendang telinga.

"DIAM! DENGARKAN SAYA SEBENTAR!"

"JANGAN LUPA MENGERJAKAN TUGAS YANG SUDAH SAYA BERIKAN! SELAMAT SIANG." Mrs. Sharon pun meninggalkan kelas. Semua murid kembali melakukan aktivitas masing-masing. Beberapa masih ada yang mengeluh akibat teriakan membahana dari guru Fisika. Beberapa juga ada yang keluar kelas.

"Aku laparrrr..." keluh Felicia.

"Ayo ke kantin!" Emily menarik tangan Felicia juga Niora.

"Yuk!"

"Aku bawa bekal. Kalian ke kantin saja." tolak Niora. Ia selalu membawa bekal untuk menghemat uang jajannya, karena tidak ingin meminta lebih banyak pada bibinya yang sudah banting tulang membesarkan dan mencukupi kebutuhannya.

"Ah Nioraaaa... Kamu mulai lagi! Ayolah sesekali makan dengan kami... Sejak awal masuk sekolah sampai sekarang pun kau selalu saja menolak saat kami ajak ke kantin." Felicia menekuk mukanya. Niora hanya tertawa kecil melihat ekspresi sahabatnya itu.

"Nah... Ayo Nio makan bersama kami! Bawa saja bekalmu dan makan bersama kami!" timpal Emily.

Niora menggeleng, "Aku terbiasa makan di kelas. Jadi aku malas jika harus makan di kantin. Kalian pergilah, sebelum jam istirahat selesai."

Felicia dan Emily saling menatap. Mereka pun mengangguk dan memaklumi Niora.

"Ya sudahlah. Kita ke kantin?"

"Yup! Sampai nanti Nio..." Emily melambaikan tangan pada Niora, sedangkan Felicia tersenyum sesaat, sebelum melesat pergi menuju ke kantin. Niora hanya menggelengkan kepalanya.

Niora merogoh loker mejanya mengambil wadah berisi roti sandwich buatannya. Ia membuka wadah tersebut, dan bersiap memakan rotinya.

Ia terkejut melihat bekalnya yang beberapa detik lalu masih berada di atas meja sekarang jatuh dan dirinya yakin roti tersebut tidak dapat di makan lagi.

Pandangan Niora beralih pada seorang gadis yang memakai softlens ungu, bibir bergincu, rambut panjang bercat abu-abu tengah menatapnya dengan penuh kebencian.

Kening Niora berkerut. Lalu wajahnya kembali santai, "Apa maumu? Masih mau menuduhku perebut pacar seorang Olivia?"

Niora berjongkok membersihkan rotinya yang berserakan. "Tenang saja! Pacarmu bukan tipeku. Lagipula aku bertemu dengannya juga atas ketidak sengajaan."

"Berani sekali kau?!" Pekik Olivia.

"Kenapa tidak?" Masih dengan mimik muka santai, Niora meletakkan tempat bekalnya ke dalam loker. Niora mengedarkan pandangannya. Dua orang teman sekelasnya pergi terburu-buru begitu melihat kedatangan Olivia.

"Hei! Apa kau tidak sadar dengan derajatmu?! Kau ini orang miskin, sedangkan Danny orang kaya. Seharusnya kau─" Olivia menghentikan ucapannya melihat Niora yang tengah sibuk mengeluarkan buku-buku pelajarannya. "Kau tidak mendengarkan aku, gadis miskin?!"

"Aku dengar. Lanjutkan!"

"Benar-benar─"

"Eee... Bisa kau lanjutkan nanti? Aku mau kamar mandi." Niora berjalan melewati Olivia yang mengepalkan kedua tangannya.

Niora berhenti sebentar, "Kelas sepi. Keluarlah! Nanti jika ada barang yang hilang kau bisa disalahkan." Niora meninggalkan Olivia yang berteriak-teriak memanggil namanya.

⌖┈◌◌◌┈⌖

"Aku lapar sekali... Rotiku sudah jatuh. Lalu sekarang bagaimana? Tadi pagi aku hanya makan sedikit karena terburu-buru." Niora memandangi pantulan wajahnya di kaca lalu menghela nafas panjang.

Niora membasuh tangannya. Ia tak tahu lagi harus bagaimana selain pergi ke kantin dan membeli makanan mahal yang dijual. Andai saja ada perizinan keluar dari sekolah saat jam istirahat, Niora pasti akan membeli makanan di pinggir jalan. Namun semua itu tidak mungkin, sekolahnya terlalu ketat untuk membiarkan seorang murid pun pergi meninggalkan area sekolah. Terlebih hanya untuk membeli makanan.

"Terpaksa." gumam Niora.

Niora keluar dari kamar mandi, berjalan menyusuri koridor menuju arah kantin sekolah.

Baru beberapa langkah, Niora merasakan perutnya seperti diremas-remas. Ia menyandarkan tubuhnya pada dinding koridor.

"Ah perutku..." Niora menggigit bibir bawahnya. Seketika pandangannya buram. Tubuhnya tumbang.

Dalam keadaan setengah tidak sadar, Niora merasakan tangan kokoh menahan dan membopong tubuhnya.

Samar-samar terdengar suara heboh siswa-siswi yang juga berada di koridor. Niora melihat seorang lelaki, namun wajahnya tidak jelas.

"Bertahanlah!" Ucap laki-laki itu.

⌖┈◌◌◌┈⌖

TO BE CONTINUE...

_______________________________

Thank you so much everyone 🤗

Terimakasih sudah mampir untuk membaca...

Semoga kedepannya kalian semakin suka dengan cerita ini..

See ya🌷

Dipublikasi pada: 8 Februari 2020

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

MY CHILDISH MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang