Sebelumnya aku minta like nya yahh.. kalau udah baca lalu di komen, jangan diam aja. Aku juga butuh semangat untuk nulis cerita ini.
Btw, cowok gue ganteng banget sumpah.
.
.
.
.
.
.
.
.Sehun duduk di samping tempat tidur Sejeong, Sehun menatap Sejeong yang sedang tidur. Sehun memegang tangan Sejeong, sontak Sejeong terbangun karena merasa tangannya dipegang.
Sejeong membuka matanya dan melihat sudah ada Sehun di sampingnya.
"Sejeong, kamu udah bangun?" Ucap Sehun yang menyadari kalau Sejeong sudah bangun.
"Udah. Nih buktinya udah bisa liat Sehun yang tampan ini." Balas Sejeong sembari tersenyum.
"Kamu istirahat gih, supaya besok bisa keluar dari rumah sakit."
"Iya Sehun. Kan dari tadi Sejeong juga sudah istirahat, Sehun pikir Sejeong main-main apa? Kan Sejeong dari tadi kerjaannya cuma tidur Sehun gimana sih."
"Iya, istirahat aja lagi."
"Nanti deh, mau ngomong sama Sehun dulu."
"Nanti sakit lagi gimana?"
"Ga bakal deh, Sehun jangan ngomong gitu deh. Btw, bang Chan sama cewek tadi dimana? Mereka gak pacaran kan?" Sejeong melihat sekeliling dan tidak melihat Lisa dan Chanyeol.
"Mereka sudah pulang, malam ini Sehun yang jagaian Sejeong."
"Ooh. Cepat banget pulangnya, kan Sejeong mau kenalan sama cewek cantik itu, siapa tau aja cantiknya menular. Hehe."
"Sejeong, kamu udah cantik kok, Sejeong gak perlu lakuin itu."
"Trus, kenapa Sehun gak mau pacaran sama Sejeong?"
Sehun terdiam, Sejeong memegang tangan Sehun erat. "Kita sahabatan daei kecil, kita gak boleh pacaran, Sejeong."
"Kenapa gak boleh? Perasaan kan gan bisa di tahan, kalau suat saat Sejeong suka Sehun gimana?"
Sehun tersenyum, mengelus rambut Sejeong halus. "Gak mungkin Sejeong, kamu kan udah ada Jimin. Kamu fokus sama Jimin aja yah, Sehun udah rela baikan sama Jimin demi Sejeong loh, Sejeong jangan mengecewakan sehun ya."
"Iya Sehun, Sejeong juga anggap Sehun Sahabat Sejeong paling baik, paling ganteng, paling imut, paling-paling deh."
Sehun tersipu malu, Sehun mencubit pipi Sejeong gemes. Sehun selalu mencubit pipi Sejeong saat Sejeong bersikap imut.
***
Paginya, Sejeong sudah di perbolehkan pulang. Sehun masih berada di rumah sakit, bersiap mengantar Sejeong pulang."Sehun, Jimin mana yah? Kok gak keliatan." Ucap Sejeong sambil berjalan di pegangin Sehun.
"Sehun juga gak tau, kata Lisa kemaren dia dirawat disini juga. Mungkin dia sudah pulang." Balas Sehun.
"Jimin terluka juga? Kan Sejeong udah lindungin dia. Kok bisa terluka?"
"Jimin brengsek! Mana ada cewek yang mau tertusuk demi pacarnya. Cuma Sejeong doang!" Keluh Sejeong kesal.
"Udah Sejeong, gak usah di pikirin ya. Kita pulang aja ya." Sehun mengantar Sejeong pulang. Di rumah Chanyeol sudah menyiapkan makanan untuk kepulangan Sejeong.
"Apaan nih? Lebay banget deh lo bang. Gue cuma gak balik sehari, pake buatin makanan segala." Ucap Sejeong meledek.
"Lo gak mau? Gampang, tinggal buang aja." Chanyeol memegang piring makanan, tapi Sejeong langsung menghentikannya.
Sehun balik ke rumahnya, karena dia belum pulang seharian kemaren. "Pagi ma." Ucapnya saat tiba di rumah.
"Kamu darimana aja?" Tanya mama Sehun
"Dari rumah teman." Balas Sehun berbohong.
"Kamu jangan bohong. Sejeong kenapa? Kamu jawab mama!" Mama Sehun tau akan hal itu, Sehun tidak tau harus berkata apa.
"Mmm.. iya ma, maaf Sehun bohong sama mama. Sejeong kemaren terluka, Sehun yang jagain dia kemaren dia di rumah sakit."
"Kamu jagain Sejeong aja gak bisa! Mama gak mau tau, kamu harus lupain kerjaan kamu sekarang! Tinggalkan teman kamu yang brandal itu! Kamu lihat, Sejeong terluka gara-gara kamu! Kamu gak merasa bersalah? Orang tuanya Sejeong memberi mama kepercayaan penuh, kamu jangan rusak persahabatan mama." Kata mama Sehun marah.
"Iya ma, tapi..."
Satu hal yang harus dilakukan ketika mama sudah marah, diam. Kalau terus melawan, bisa hancur hidup lo.
Mama pergi meninggalkan sehun sendiri. Sehun termenung, mengingat perkataan mama dan mengingat kejadian Sejeong kemaren.
Sehun merasa bersalah kepada Sejeong, dan itu akan dirasakan Sehun selamanya.
.
.
.
.
.