06 : Please, Stayed Out All Night part 1

571 63 1
                                    

"I'm gonna call you every day"


*

*

*


Sue menatap takjub setiap sudut ruangan villa yang sekarang dipijakinya. Nuansa eropa terlihat kental disana dengan lukisan-lukisan indah terpajang di dinding sepanjang koridor. Sue bisa bayangkan ruang kamarnya akan seluas dan sebagus apa. Mungkin seperti di drama-drama yang sering di tontonnya. Ia tidak sabar untuk segera merebahkan tubuhnya di ranjang empuk dengan ruangan ber-AC. Dalam hati Sue tersenyum sambil sesekali menatap punggung Renjun yang berjalan di depannya.

Sue terus menebak-nebak dimana kira-kira Renjun akan membawanya. Bisa saja lantai dua. Tidak, tidak. Renjun tidak menunjukan tanda-tanda akan ke lantai dua. Atau di dekat kolam? Tidak juga, mereka melewati begitu saja salah satu ruangan yang pintunya setengah terbuka. Aroma lavender bisa Sue hirup saat melewatinya. Lalu, dimana? Renjun tidak akan menyuruhnya untuk tinggal di gudang atau garasi kan?

Nyatanya bayangan Sue soal ia akan di tempatkan disebuah kamar mewah oleh Renjun kandas sudah. Saat Renjun memintanya turun ke lantai bawah, tempatnya tersembunyi. Sue bisa melihat deretan botol wine yang di panjang rapi dalam rak kayu. Di tata sedemikian rupa sehingga terlihat apik. Kemudian mereka berbelok darisana ke sudut sebelah kiri. Sue bisa melihat Renjun mengeluarkan anak kunci dari dalam saku celana katunnya. Ada sebuah ruangan di pojok yang bahkan kanan kirinya hanya di batasi dinding kayu. Tidak ada ventilasi apapun.

Mata Sue membola. Renjun tidak serius kan menempatkannya disini. Tapi nyatanya Sue harus menerima saat Renjun memberi isyarat agar Sue ikut masuk dengannya ke ruangan itu. Dengan lesu, gadis Park itu mengekori Renjun. Menyeret koper kecilnya untuk masuk ke dalam.

Yang Sue lihat pertama kali saat masuk adalah perabotan sederhana yang terdiri dari nakas kecil yang di atasnya ada lampu meja, lemari yang terletak disudut ruangan berwarna coklat tua, lalu setumpuk kasur lipat yang diletakan rapi disudut lainnya. Jangankan pendingin ruangan, bahkan ranjang pun tidak ada. Sungguh mengenaskan. Ini tidak lebih baik dari bangsal rumah sakit jiwa dan Sue adalah pasiennya.

"So, ini kamarnya?" Sue melontarkan pertanyaan yang jelas saja sudah pasti tahu apa jawabannya. Bodoh memang.

Renjun mengangguk, "Anggep aja rumah sendiri."

Sue memutar bola matanya, "Yeeah, tapi tempatnya gak mendukung banget."

"Kamu itu cuma numpang," kata Renjun dengan raut datarnya.

Iya, itu juga aku tau Hwang Bodoh Renjun. Batin Sue.

"Kalo kamu gak mau, kamu bisa pergi dari sini. Gak masalah buatku," Renjun mengedarkan pandangannya, "Lagipula ini lebih baik daripada sauna."

Renjun tersenyum sinis pada Sue yang sudah memasang wajah di tekuk. Ini lagi menghina ceritanya? Sue masih membatin.

"Okay. Seenggaknya kamu harus kasih makan aku tiga kali sehari. Deal?" Sue mengangsurkan tangannya. Renjun melirik sekilas. Tidak mengindahkan Sue. Malah memasukan tangannya ke dalam saku dan menatap Sue dengan raut datar.

"Pertama, kamu gak boleh sembarangan keluar dari sini. Hanya boleh seizinku dan itupun gak setiap saat. Kedua, jatah makan akan di kirim sesuai waktu yang di tentuin. Jam tujuh pagi, dua siang, dan delapan malam. Ketiga, kamu hanya boleh pakai kamar mandi yang terletak di sudut kanan rak wine. Keempat-"

"Tunggu!" Sue memotong lebih dulu. Dahinya mengerut.

"Apa itu aturannya?" Sue nampak tidak terima.

Renjun | CHOCO X LATTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang