12 : Duality

455 58 1
                                    

Vote dan komen jangan lupa ya

*

*

*

Seperti sudah menjadi rutinitas bagi Renjun pulang ke flat lamanya. Biasanya walau jarak tempuhnya jauh dari klinik, Renjun tetap pulang ke apartemen. Tapi sekarang setiap kali ia pulang dari klinik, tujuan utamanya adalah flat. Pun Renjun selalu membawa makanan tiap datang. Tahu sendiri, Sue tidak pernah sekalipun punya stok makanan di flat. Yang ada hanya setumpuk ramen dan beer. Renjun yakin tidak lama Sue bakal terkena kanker usus jika pola makannya saja seperti itu.

Sue sih senang-senang saja. Biar perlu Renjun datang setiap hari membawa makanan dan menginap. Jujur saja Sue sangat takut untuk berada di flat sendirian semenjak tahu ada seseorang yang beberapa kali mencoba membuka pintu flat-nya. Renjun belum mengetahuinya tentu saja dan Sue juga tidak mau membuat Renjun khawatir. Maka dari itu Sue sering sekali mengganti password flat Renjun. Tidak peduli Renjun yang kadang mengomel.

Malam ini juga Renjun menginap. Terhitung sudah tiga hari berturut-turut. Biasanya Sue akan langsung tidur begitu selesai makan malam bersama Renjun. Tapi tidak untuk malam ini. Sue tidak bisa tidur. Bahkan sulit untuk sekedar memejamkan matanya. Berkali-kali pindah posisi, Sue masih saja tidak bisa tidur. Padahal jam sudah menunjukan angka satu dini hari. Sue menghela panjang sambil menyandarkan punggungnya di headboard ranjang.

Renjun, udah tidur belum ya? Batinnya.

Lalu dengan inisiatifnya, Sue turun dari ranjang lalu keluar dari kamar. Mungkin saja Renjun masih terjaga. Mengingat pria itu sering begadang hingga larut mengerjakan entah apa di laptopnya. Tapi saat Sue ke ruang televisi dimana Renjun biasanya tidur, pria itu sudah terlelap ke alam mimpinya.

Sue tersenyum tipis melihat Renjun tidur dengan posisi terlentang. Mulutnya terbuka sedikit dan mendengkur. Selimutnya sudah jatuh ke lantai. Untung saja Renjun memakai piama lengan panjang. Sue baru saja mau memungut selimut malang itu tetapi tiba-tiba mata Renjun terbuka. Sue mematung di tempatnya. Sementara Renjun menyipitkan matanya, memastikan jika yang berdiri di dekat sofanya adalah Sue Park.

"Ngapain disana?" Tanya Renjun dengan suara serak khas bangun tidur.

Sue tersenyum kaku, "Aku gak bisa tidur."

Dahi Renjun mengerut lalu ia bangun dari posisinya. Tangannya mengucek pelan matanya dan kembali melihat Sue.

"Ini udah malem, stupid."

"Iya, pinter. Tapi tetap gak bisa tidur," Sue menekuk bibirnya.

Renjun memegang tengkuknya yang terasa berat lalu bibir tipisnya menghela panjang.

"Sini," Renjun menepuk-nepuk space kosong di sampingnya.

Bibir Sue langsung tersenyum lebar, "Main kartu!" Ajak Sue.

"Udah hebat?" Tatapan Renjun kelihatan meremehkan.

"Sentil dahi buat yang kalah," Sue malah dengan semangatnya mengeluarkan kartu dari laci yang terletak di dalam nakas samping sofa yang ia duduki sekarang.

"Fine," Renjun membenarkan posisi duduknya.

Mereka berakhir main kartu di jam satu dini hari. Setiap yang kalah harus di sentil sekuat mungkin dan tidak boleh meringis. Harus tetap tersenyum. Kan asem!!

Dan sudah di pastikan siapa looser-nya. Sue Park lah. Siapa lagi coba. Renjun kan jagonya main kartu. Main sampai subuh pun tidak masalah buat Renjun. Tapi Renjun rada kasihan sama Sue. Dahinya sudah merah. Bisa-bisa benjol besok pagi. Di tambah lagi besok Sue harus berangkat kerja pagi-pagi. Kalau Renjun sih besok tidak ada jadwal. Rencana buka klinik juga siang. Jadi bisa santai. Masalahnya cuma Sue seorang.

Renjun | CHOCO X LATTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang