"If you feel you are always being used, thank God make you useful."
--Freesia--
Dari dulu, Matematika memang bidang yang sering aku hindari. Alasannya banyak, salah satunya karena memang aku tidak piawai berhitung. Jika itu hubungannya dengan menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, mengakar, membagi, dan istilah sulit matematika lainnya, aku payah ... super payah!
Saking payahnya, perhitunganku pada saat mengambil sikap pun sering meleset. Lalu berakhir pada penyesalan yang sialnya sulit sekali aku koreksi.
Aku pikir, setelah sukses mendapatkan tanda tangan Bu Dayu aku akan segera terbebas dari tugas ini itu yang merepotkan. Namun, lagi-lagi aku salah perhitungan. Bukannya membuahkan kebebasan, keberhasilanku tadi pagi malah menyeretku pada tugas lain yang lebih merepotkan.
Darn it!
Dalam pertemuan Interlini siang tadi, Kak Rosa tidak terbaca senangnya. Katanya sih, lega luar biasa, programnya lolos acc Bu Dayu.
"Airrrr ... kamu memang bisa diandalkan. Terima kasih, thank you, danke schön, gracias, matur suwun."
Begitu ujaran terima kasihnya, banyak. Wajahnya penuh senyum, matanya berbinar semangat, aku jadi merinding dibuatnya. Untung dia tidak menanyakan bagaimana detail ceritanya.
Pokoknya, pertemuan tadi berjalan dengan lancar. Selama lebih dari empat puluh menit aku menikmati. Mendengar setiap patah kata senior Interlini sambil bersandar santai di ujung ruangan. Membiarkan Hasbi yang tergeletak tepat di sebelahku, tewas suri setelah membersihkan ruang Interlini seorang diri. Kasihan.
Pada ujung kegiatan, wejangan terakhir dari wakil ketua tersampaikan, aku membangunkan Hasbi dan berniat segera pulang. Namun, Kak Rosa kembali maju ke depan. Mengeluarkan lembar catatan dan mulai membacakan tugas untuk kami kerjakan.
Anggota pertama, kedua, lalu selanjutnya mendapat tugas yang baunya tidak jauh-jauh dari literasi. Membuat artikel, feature, atau opini, yang kaitannya dengan peristiwa yang sedang hype di lingkungan Saka saat ini.
Lalu, saat nama dan tugasku disebut paling terakhir oleh Kak Rosa, inginku teriak saat itu juga.
"Yang terakhir, yang paling spesial, Air Telaga kelas X Sastra C." Kak Rosa membacanya sambil tersenyum, lebar sekali. Dia menarik napas dalam-dalam, terus melanjutkan, "Lo gabung Interlini memang ditakdirkan untuk tugas ini, Air. Bu Dayu saja langsung kasih accnya, apalagi cuma si Agni."
Aku deg-degan parah. Tidak bisa menghindar dari tatap puluhan anak lain di ruangan itu. Semua perhatian tertuju padaku.
"Agni Brata, dia adalah ketua sispala Saka, menjabat dua tahun berturut-turut, dan Interlini belum pernah berhasil mendapatkan kesempatan untuk mewawancarainya. Dan Gue yakin, kali ini kita bakal dapet dia. Karena kita punya Lo, Air!"
Aku lemas tiba-tiba.
"Tugas Lo cuma bujuk dia buat mau wawancara sama kita, Air. Masalah yang lain, Gue yang urus."
Aku mematung cukup lama, tidak mengiyakan, pun menolak. Sibuk menerka-nerka bagaimana anak-anak Saka menilaiku jika nantinya aku berhasil membujuk Agni untuk jadi narasumber Interlini. Belum apa-apa saja aku sudah bisa mendengar selentingan dari sana-sini. Merepotkan sekali.
Lalu aku kembali teringat pada petuah Bunda dulu. Ada satu kalimat dari Bunda yang kalau aku urai akan mengudarakan bujukan magis. Kalimat yang sama yang selalu Bunda sampaikan saat aku mengeluh lelah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Freesia
Genç KurguAir tidak pernah tahu apa itu penolakan. Sejak ibu melingkarkan rantai kecil berliontin biru misterius ke pergelangan tangannya, tidak ada seorang pun yang mampu lepas dari pengaruh Air. Masa-masa remaja Air lewati tanpa secuil kerikil. Semua berj...