2

55 2 0
                                    

Brakk

Sosok gadis dengan balutan hijab berwarna pastel datang dengan wajah memerah menahan amarah dan tangis yang sangat jelas.

Pria yang berada di dalam kamarnya sempat terkejut, setelah tau siapa pelakunya , ia menghampiri sang adik yang nampak kacau.

Bugh

Saat ini pelukanlah yang ia butuhkan "Bang.." ucapnya lirih.

Di usapnya punggung sang adik yang tampak kacau "Ara sebel sama Diva! Hiks.." tangis yang ditahan nya pun luruh ketika berada di dekapan kakak kandungnya.

"Dek.."

"Hiks.. Pokoknya Ara gak suka sama Diva!"

"Ara benci!"

"Ara ga mau ketemu dia!"

"Ara keseeell banget" ucapnya frustrasi.

"Ta-pi Ara sayang Diva.. Hiks" dicengkaramnya kemeja Deva demi menyalurkan emosi nya.

"Arghh"mengeluarkan segala amarah yang bercokol di hatinya. Rasa perih terus menyengat Ulu hatinya ketika tante Anjani semena-mena terhadap Diva dan ini bukan untuk pertama kalinya.

Deva mengeratkan pelukan nya, berusaha meredam amarah sang adik.

"Abang harus bisa tepatin janji Abang buat Ara" ucap Ara di sela isakannya.

"Iya dek" Deva kembali mengertkan pelukannya.

****

Rumah dengan warna dominan putih itu kini ramai dengan sanak saudara yang mengunjungi, terhitung kurang lebih 10 orang dewasa yang sedang berkumpul di ruang tamu.

"Diva.. " merasa namanya terpanggil ia pusat kan perhatiannya kepada Wanita berusia 40 tahun itu.

"Perkenalkan ini anak kesayangan Tante" Anjani tersenyum manis seolah sebelumnya mereka tak pernah terlibat perdebatan.

Diva mengulurkan tangannya di hadapan wanita cantik berhijab maroon itu" Diva" lantas tersenyum.

"Amel" wanita yang menyebut namanya itu pun menyambut uluran tangan Diva serta tersenyum manis.

"Amel itu dokter spesialis lulusan universitas Oxford dengan predikat cumlaude loh.." ucap Tante Anjani yang membanggakan anaknya.

"Mah.." Amel segan dengan perkataan mamah nya yang terkesan berlebihan.

"Masya Allah, selamat Mba" ucap Diva tersenyum tulus.

"Terima kasih Diva" Amel balas tersenyum.

"Ekhem" deheman itu menarik perhatian orang-orang yang sedang berkumpul dan sedikit mencairkan situasi yang tiba-tiba canggung. "Ok, karena semua sudah berkumpul. Saya perwakilan keluarga ingin mengundang serta mengajak kalian semua untuk partisipasi nya di acara pernikahan anak kami, Deva dan Diva yang akan di laksanakan 1 bulan lagi dari sekarang" ucap sang kepala keluarga itu menyampaikan maksud dan tujuan mereka di kumpul kan.

****

Diva berkeliling mencari keberadaan Ara karena semenjak berdebatan tadi mereka belum ada pembicaraan lagi dan itu membuat Diva gelisah karena ia tahu bahwa sahabat nya itu marah.

Hahahaha

Terdengar suara tawa dari teras samping rumah, menarik langkah Diva. Terlihat 2 orang perempuan dan 1 laki-laki.

"Mba gimana rasanya jadi dokter?, pasti seru" itu suara Ara, Diva yakin.

"Ya gitu Ra, Alhamdulillah mimpi aku sejak kecil bisa tercapai dan itu ada kepuasan tersendiri bagi aku"

"Iya si, aku juga ingat pas kecil itu mba selalu maksa aku buat main dokter-dokteran padahal kan aku gak mau"

"dan saking gemesnya aku sama kamu, aku jailin aja kamu pake suntik, sampe kamu ngompol di celana, ahaha" tawa mereka pecah mengingat masa lalu.

"Jangan lupakan Bang Deva yang selalu jadi penengah kalian" ucap Deva terkekeh.

Ada rasa yang mengganjal dalam hati melihat Ara yang tertawa lepas tanpa nya, ia sadar betul bahwa sikapnya selama ini membuat Ara muak.

"Yang satu dokter, Yang satu calon dosen bukan kah mereka tampak serasi, cantik dan ganteng" Diva sedikit terkejut mendapati tante Anjani yang berdiri di belakangnya, pandangan mereka terpusat kepada 3 orang yang masih tertawa bahagia di depannya.

mengalihkan pandangannya sejenak, Diva melihat lawan bicara nya"Maksud tante apa?"

Tanpa repot-repot menatap Diva, ia masih fokus menatap kedepan "Deva dan Amel, saya rasa itu nama yang cocok untuk ada di undang pernikahan" ada binar pengharapan di balik mata tajam itu.

Deg

Diva terdiam melirik 2 orang yang di sebut tadi dan yaah mereka berdua tampak serasi. Batin nya.

Anjani tersenyum miring melihat wajah muram gadis itu.

Deva Diva (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang