16

21 1 0
                                    

Satu minggu semenjak Diva di bawa ke rumah sakit, semua kembali normal dan semenjak itu pula Diva harus membujuk sahabat dan Uminya untuk tidak memberitahu Deva masalah ini. Dengan catatan, Diva harus segera memberitahu Deva, bagaimana pun ia suaminya, terlebih Deva sangat tidak menyukai orang yang berbohong sekecil apapun, itu pesan Umi Farah.

"Huwaaaaaaa"

"KA DEVAAAA"

Brakk

Meongg

"KA DEVAAAA aaaa"

Meongg

Deva yang sedang mengecek data di laptop nya dikagetkan dengan suara pintu terbuka kencang, di susul dengan teriakan istrinya.

Diva loncat ke atas ranjang, bersembunyi di balik punggung suaminya.

Deva mengernyit heran melihat Diva yang tampak ketakutan, dan melihat kucing yang basah menatap tajam ke orang yang berada dibalik punggungnya.

Meonggg

Meonggg

"Ka Dev, itu kucing nya suruh pergi" ucap Diva mencengkram baju suaminya.

Deva masih bingung melihatnya, ia beranjak membawa kucing itu keluar dari kamar.

Diva yang melihat itu menghembuskan nafasnya lega, ia berbaring diatas ranjang, mengelap keringat nya.

"Lagian kenapa si?" tanya Deva kembali duduk di tempatnya semula.

"Tau tuh kucing nya berubah jadi monster" ucap Diva menggrutu.

Deva menatap aneh wanita disamping nya.

"Ga ada asep, kalo ga ada api" kata Deva menatap layar laptop nya.

Diva merubah posisinya, menjadikan paha Deva sebagai bantal nya dan kepalanya menghadap ke laptop.

Deva menggerakkan jarinya membuat pola lingkaran di samping TouchPad, "Tadi kan niat Diva mau mandiin si blacky, pas di siram dia nya mau nyakar, Diva pergi dia ngikutin, eh Diva lari dia ikut ngejar, kan Diva jadi ngeri" cerita Deva dengan bersungut-sungut.

Fyi, Balcky-nama kuncinya.

"Perasaan waktu itu kakak biasa aja mandiinnya, anteng-anteng aja tuh si blacky. Emang kamu mandiinnya gimana?" tanya Deva heran.

"Diva semprot pake selang yang ada di kamar mandi, trus ga sengaja kena kepalanya" Deva yang mendengar penjelasan Diva tertawa geli, ia menyentil kening istrinya.

"Aduuhh, kdrt nih" ucap Diva mengusap dahinya.

"Lagian ada-ada aja, kalo mandiin kucing tuh bukan kek gitu caranya"

"Yeee, kan Diva ga tau" ucapnya mengedikkan bahu.

10 menit kemudian..

"Ka Dev, nonton film kek bosen nih" kata Diva memecah keheningan.

"Sabar, bentar lagi ni kelar" ucap Deva mengusap rambut Diva.

"Mau nonton apa?" tanya Deva membuka aplikasi video yang ada di laptop nya.

"Ini aja" Diva menunjuk salah satu koleksi film yang ada dilaptop suaminya.

"Habibie & Ainun?"

"iya" Diva menggerakkan TouchPad, mengklik video itu dan mereka mulai menonton dengan posisi Diva yang masih dipangkuannya dan tangan Deva yang membelai rambut istrinya.

"Ka Dev?" tanya Diva di sela mereka menonton.

"Hmm" jawab Deva di sela kegiatannya membelai kepala Diva.

"Kalo nanti Diva pergi duluan, Ka Dev bakal setia ga? Kayak eyang habibie"

Deva tak suka mendengar ucapan istrinya yang melantur.

"Jangan ngomong ngelantur" ucap Deva dingin.

"Ish, Ka Deva mah ga seru"

"Diva kan cuma nanya" kata nya sebal.

Deva menarik nafas panjang, gerakan tangannya berhenti. Deva menarik wajah Diva untuk menghadap nya, sehingga jarak wajah mereka kurang dari lima centi.

"Dan saat hari itu terjadi, kakak pastikan kamu satu-satunya bidadari dunianya kakak" Diva yang mendengar itu tersipu malu, ia merasakan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya. Jantung nya berdetak kencang.

Diva menelusupkan wajahnya yang memerah ke perut suaminya."Ish.. Ka Deva jan manis-manis. Diva nya ga kuat"  Deva tertawa mendengar protesan istrinya.

Allah, biarkan kami merasakan saat-saat seperti ini lebih lama lagi. Doa mereka berbarengan tanpa mereka sadari .

Deva Diva (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang