Setidaknya, ketika kita terpisah jarak, ingatlah bahwa ada sosok yang menunggumu untuk lekas pulang
~Deva Aiza****
Pagi-pagi sekali Diva sudah rapih dengan pakaian casual bersiap untuk berangkat kuliah.
"Itu muka udah kayak mayat hidup" ceplos Ara ketika melintasi Diva.
"Sembarangan" jawab Diva mencubit lengan sahabatnya.
"Aish.." Ara meringis mendapat cubitan pada lengannya.
Setelah mereka selesai sarapan, kemudian mereka berangkat menggunakan mobil kesayangan Ara.
Hari kian beranjak sore tapi gadis berhijab itu masih betah berada di kampus, ia berjalan seorang diri tanpa ditemani Ara-sahabatnya. Diva memasuki ruangan dimana berjajar rak-rak tinggi berisi kumpulan buku-buku. Terlihat ada beberapa orang didalam perpustakaan itu. Diva mencari buku yang akan di gunakan sebagai bahan presentasinya besok. Setelah mendapatkannya ia duduk di pojok menyendiri, mengeluarkan earphone lalu memasang dikedua telinganya.
Berjam-jam ia terhanyut dalam buku, merasa sudah cukup ia menutup buku ensiklopedia itu dan beranjak menuju pintu keluar.
Diva memutar-mutar gagang pintu itu namun pintu tak kunjung terbuka, ia mengedarkan pandangannya melihat sekitar dan ternyata Diva baru menyadari bahwa ia tinggal seorang diri diruangan sebesar ini. Diva Merogoh ponsel di dalam sakunya, ia menggeram tertahan ketika melihat hp nya kehabisan daya.
Mengedarkan pandangannya dan ia melihat jendela yang terbuka. Tapi, posisinya cukup tinggi dari tempatnya berpijak, dengan nekat Diva menarik kursi yang terdapat di sana, menyusunnya menjadi dua tumpuk. Perlahan ia menaiki kursinya, karena posisi yang tinggi Diva sedikit berjinjit, Diva menggapai pegangan pada jendela itu namun kursi yang dinaikinya goyang, Diva tak bisa menyeimbangkan tubuhnya menyebabkan ia harus terjatuh.
Bugh
"awh.." ia meringis merasakan nyeri pada punggungnya yang membentur tembok, bersyukur ia tak tertimpa kursi.
Mata Diva berkaca-kaca, ia takut sendirian.
"Tolong..."
Bugh
Bugh
BughMenggedor-gedor pintu tua itu berharap ada manusia diluar sana yang menolongnya.
Deg
Lampu di ruangan itu tiba-tiba mati, gelap, membuat suasana semakin mencekam, tangan Diva gemetar, nafasnya memburu. Ia ketakutan.
Diva merasakan sakit dari punggung menjalar ke dada, lalu ia merasakan sesak nafas yang amat hebat, Ulu hati juga terasa sangat sakit.
"To-long.." Dengan lemah ia kembali menggedor pintu itu.
****
Deva baru menginjakkan kakinya di lobby apartment, ia merogoh saku celananya ketika merasakan ponsel nya bergetar.
"Assalamualaikum, ada apa Ra?"
"Waalaikumsalam , bangggg Diva ga ada di rumah"
"Ko bisa?"
" Ara kira tadi dia udah pulang duluan dari kampus, tapi pas Ara nyampe rumah ga ada siapa-siapa. Ara ga bisa balik lagi ke kampus, umi minta temenin ke tempat arisan"
"Tapi-"
"Ara tau bang Deva udah ada apartemen!"
"cepet susul bini abang!"