22

24 0 0
                                    

Kita sama-sama paham bahwa yang bisa menyelesaikan kekacauan ini hanyalah waktu🍃

****

Lagi dan lagi Diva kembali terbangun tak melihat keberadaan suaminya, ia tersenyum muram padahal semalam ia bermimpi bisa berpelukan dengan Deva. Deva pergi tanpa membangunkannya, apalagi hari ini ia pergi ke semarang. Deva tak memberikannya kesempatan walau hanya mengantarkankannya.

Sesuai perjanjian, jika Diva tak ingin tinggal di rumah umi Farah, ia harus mengajak Ara-adik ipar nya untuk menginap dengannya.

Kini mereka berada di ruang tamu, bersantai menonton televisi. Setengah hari tanpa Deva sudah memuat Diva gusar pasalnya pesan yang ia kirim belum terbalas. Ia memandang televisi itu dengan pandangan kosong.

"Woy, jangan bengong bae kakak ipar. Nanti kesambet"

Diva tak menanggapi ucapan Ara, ia malah melenggang memasuki kamarnya. Ara yang melihat itu hanya mengedikkan bahunya acuh.

Pranggg

Ara tersentak mendengar suara gaduh dari kamar Diva, segera berlari

"Diva!" Ara terpekik melihat kondisi kamar kakak ipar nya yang berantakan. Cepat ia menghampiri Diva yang tampak kesakitan.

"kendalikan dirimu Diva!"

"bodoh! Bernafas lah yang benar atau kamu bisa mati!" Setiap hembusan nafas yang dikeluarkan nya terdengar ngilu, rasa sakit ini seolah mencekiknya, peluh keringat memenuhi wajahnya. Tergambar jelas betapa amat kesakitan sampai mukanya memerah menahan sakit.

Ara yang melihatnya saja meringis
"kita ke rumah sakit!" Ara cemas melihat Diva yang seperti itu.

Diva terbatuk perih "K-kakinya ga.. B-bisa digerakin" ucap ia tersendat-sendat.

Ara Mengerang frustrasi

Segera ia merogoh Handphone yang ada di saku nya "Mba Amel? Bisa tolong ke rumah Diva sekarang! Diva kambuh!" ucap Ara gusar pada sambungan telpon itu.

Tut..

"Obat kamu masih utuh Di? Kenapa ga di abisin" kata Amel ketika ia usai memeriksanya.

"Diva lupa.."

Amel menghela nafas kasar "Saya tau kamu sedang ada masalah, tapi tolong jangan terlalu abai sama kondisi fisik kamu"

"yang saya takutkan, kamu akan drop dan lebih parah dari ini"

"jika kamu tak menghabiskan semua obatnya, kamu harus mau saya rujuk untuk ke rumah sakit" ancam amel

Diva menggeleng keras"enggak mau mba, nanti Diva abisin obatnya"

****

Hari pertama Deva di semarang di isi dengan kegiatan yang sangat padat, sampai ia tak sempat untuk mengecek ponselnya yang kehabisan daya sejak kemarin. Setelah mengisi Handphone ia melihat ada beberapa notif, ia mengecek satu persatu. Sampai pandangannya terhenti pada id number istrinya terdapat 2 panggilan tak terjawab dan 4 pesan, segera ia mengeceknya.

Diva💕
Assalamualaikum, ka sudah sampai?
18.00

jangan lupa sholat dan jaga kesehatan :)
05.00

Semangat tugas nya :)
16.00

Kalo sempat, jangan lupa hubungi Diva ka..
21.00

Itulah sederet pesan dari sang istri, Ia melirik jam yang ada di hp nya, pukul set. 12 malam. Jarinya menari diatas papan keyboard ponsel itu.

Tepat ketika Diva akan terlelap kealam mimpi ia mendengar getaran Handphone yang berada di sampingnya, ia tersenyum melihat siapa yang mengirimkan pesan.

Ka Deva♥️
Saya sudah sampai dari kemarin.

Singkat, padat, dan menyesakkan. Tapi setidaknya pesan singkat itu membuat ia tak usah khawatir lagi. Segera ia mengetik balasannya.

Deva tersentak pesannya di balas oleh Diva sepersekian menit menandakan bahwa saat ini yang di sana masih terjaga, padahal ini sudah larut malam.

Diva💕
Alhamdulillah..
Jaga kesehatan di sana ka :) selamat beristirahat ♥️

Diva menunggu selama 5 menit namun tak kunjung ada balasan dan itu membuatnya sedikit kecewa.

Deva Diva (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang