13

17 0 0
                                    

Satu bulan sudah ia sering datang bertemu dengan Amel untuk konsultasi dan itu menyebabkan hubungan mereka semakin akrab. Tak hanya bertemu di rumah sakit, sesekali mereka akan bertemu di luar seperti sekarang mereka berada di Cafe sekedar untuk mengobrol.

"Mba, Diva ke toilet dulu"setelah mendapat anggukan dari Amel Diva berjalan menuju toilet.

Amel mulai khawatir, Sepuluh menit sudah ia menunggu Diva, tak kunjung datang. Terpaksa ia harus menyusul.

"Astagfirullah, DIVA!" teriak Amel panik melihat Diva yang terduduk di dekat wastafel, wajahnya bersimbah air mata.

"Diva ada apa?" dengan panik ia berjongkok di depan Diva yang sesenggukan.

Diva berusaha meredakan tangisannya, meremas tangannya. "Hiks.. Apa yang dibilang Mba bener, sewaktu-waktu orang yang mengidap Penyakit ALS akan kehilangan fungsi tubuhnya.." Ucapnya bergetar.

"I-tu yang di rasain Diva, Kaki ini sudah kehilangan fungsi nya" Ucapnya memukul kakinya.

Amel merasakan sesak melihat betapa kacau nya Diva, ia merengkuh Diva ke dalam pelukan nya.

"Stop Diva! jangan menyakiti diri kamu sendiri" ucapnya penuh penekanan. Ia memeluk erat Diva yang masih menangis.

****

"Waalaikumsalam"jawab salam Amel kepada orang yang menelepon nya.

"Amel, Diva masih sama kamu?dia bilang tadi mau ketemu kamu, ini udah mau magrib. saya telponin Diva ga diangkat-angkat, saya khawatir" Amel mendengar jelas nada khawatir dari Deva.

Amel mengigit bibirnya, menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyusup. "Em- Iya Deva, saat ini saya dan Diva lagi di apartemen saya, dan Diva lagi di toilet. Em.. kalo boleh saya minta ijin untuk malam ini Diva nginep di apartemen saya, bagaimana?" Amel merapalkan doa, semoga Deva tidak curiga. Ia tidak mungkin membiarkan Diva pulang dalam keadaan kacau atau Deva akan mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

Amel gelisah tak mendapat jawaban dari lelaki di sebrang sana" Bagaimana Deva? "

"Boleh-" ucapnya berat"yaudah saya tutup ya telpon nya. Dan sampaikan ke Diva jika sempat, hubungi saya. Assalamualaikum"

"Ok, waalaikumsalam" Amel menghela nafas panjang, ia memijat pelipisnya, sepertinya masalah ini akan rumit.

Tak lama Deva melihat ada sebuah chat dari istrinya

Ka Dev, maaf tadi telpon nya ga keangkat. Malem ini Diva izin nginep dirumah Mba Amel ya :)

Jangan kangen ya Mas ganteng :D

Deva tertawa melihat pesan dari istrinya, kalo gini nyesel ia mengizinkan Diva.

****

Deva menjalankan motornya menuju apartemen Amel, menjemput sang istri.

"Kakak udah dilobby" Deva menelepon istrinya memberitahu bahwa ia sudah sampai.

"....."

"Ok, kakak tunggu" Deva memasukan ponselnya ke dalam jaget lepis yang ia kenakan.

Di lain tempat setelah Diva mematikan telpon dari suaminya, ia pamit kepada Amel.

"Mba, makasih udah bantuin Diva" ucapnya menatap Amel.

"Sama-sama", ucap Amel tersenyum "Tapi Diva, bagaimana pun kamu ga bisa menyembunyikan ini terus menerus" kata Amel mengusap bahunya.

"Kamu harus jujur dengan Deva" Diva tersenyum kecut

"Dengar Di, kita sama-sama tau bahwa, ini penyakit yang serius dan Mba ga mau kalo Deva dan keluarga nya tau dari orang lain. Di, Deva paling ga suka dibohongi."ucap Amel memegang kedua bahu Diva, untuk kali ini ia harus tegas dengan Diva, ini semua untuk kebaikannya.

"Satu lagi, kamu ga pernah merepotkan siapapun. Mereka tulus sayang sama kamu" kata-kata Amel cukup menohok Diva, dengan berkaca-kaca ia menatap Amel "Iya Mba, Diva akan pikirkan lagi. Kalo gitu Diva pamit ya, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Amel terus melihat Diva sampai hilang dibalik pintu.

"Tumben bawa motor Ka?" tanya Diva ketika sudah berada di hadapan Deva.

"Lagi pengen aja" jawab Deva seadanya.

Diva memicing, mendekatkan wajahnya ke wajah suaminya. Deva yang di tatap seperti itu salah tingkah "Mau modus ya.." ucap menunjuk Deva, Diva menaik turunkan alis"Biar bisa Diva peluk-peluk" Diva mengedipkan matanya berulang kali, gantian Diva yang dibuat salah tingkah. Deva merangkup wajahnya, menatapnya lekat "Gapapa kalo modus ke istri sendiri mah, kalo ke istri orang baru repot" ucap Deva tertawa.

Diva melotot "Ish.. Awas aja kalo berani" ia mencubit tangan suaminya yang masih tertawa

Deva Diva (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang