Ambivalen | 5

95 5 0
                                    

"Hallo Ameera"

Terdiam. Ameera menatap beku laki laki di hadapannya, seakan begitu kelu lidahpun tak mampu bergerak.

Dengan kasar ia menarik tangannya yang sejak tadi dipegangi, namun bukan terbebas malah cekatan disana semakin erat membuat Ameera meringis.

"Ada apa Ameera? Kenapa kau begitu kuatir?". suara itu terdengar menusuk dipendengaran, bahkan kini Ameera memejamkan mata kuat kuat, tak ingin menatap sorot tajam dari tatapan laki laki dihadapannya itu.

Semakin ia berontak ingin melepaskan diri namun yang ada malah semakin merasa tersiksa, bahkan kini pergelangan tangan Ameera yang tertutup gamispun sudah tersingkap, sehingga tangan dingin yang mencekalnya itu semakin kuat, membuat Ameera lagi lagi meringis, sebab ia merasakan perih saat kuku kuku tajam ikut menusuk kulit tangan Ameera.

"Pak...saya mohon lepaskan". mohon Ameera sembari kembali berusaha melepaskan cekatan itu. Namun semakin ia berusaha semakin terasa sakit pula.

Malahan laki laki itu menyentakan tangan Ameera sehingga ia tergerak dan menabrak dada bidang miliknya.

Saking dekatnya Ameera kini dapat merasakan detak jantung laki laki itu. "Jadi belum mengenaliku juga ya, hm?" Ia bergumam menatap intens wajah Ameera yang tengah berpejam.

"Saya mohon lepaskan pak, saya ingin pulang". Membuka mata, Ameera memohon.

Wajah yang sedari tadi mencetak seringai evil kini berubah raut menjadi datar, sangat dingin dengan sorot tajam yang dihujamkan kepada Ameera.

Dengan kasar ia melepaskan cekalan dari tangan Ameera membuat gadis itu terdorong mundur untuk sesaat, sejurus kemudian Ameera merasakan bahunya terasa sakit karena tangan laki laki itu kembali menarik dan mengguncang tubuh mungilnya.

Ameera mengerang menahan sakit. Namun tak diperdulikan oleh laki laki itu

"aku tau kau mengenali ku!, jangan berpura pura Ameera aku muak!"

"lepaskan saya pak..saya mohon" Ameera menautkan kedua telapak tangannya didepan laki laki itu, sekedar terus bergumam sambil memohon

"berhenti memanggilku seperti itu!" Ameera tersentak dengan suara lantang barusan., kembali menyelami iris legam yang menatap tajam, Ameera ingin sekali menangis, dia takut...sangat takut, jika benar dihadapannnya saat ini adalah Aaron. Maka dia benar benar tamat.

"kenapa kau menatap ku begitu?, sudah mengenaliku sekarang?" tanya laki laki itu dengan intonasi yang sangat dingin, Ameera menggeleng kuat, tanpa sadar kini buliran air matanya jatuh mengalir pelan dipipi.

"kenapa menangis?...takut hm?" tanyanya lagi semakin mendesak Ameera, lagi lagi Ameera menggeleng kuat.

"lepaskan aku, aku mohon"

"semudah itu kah?, dulu sudah pernah ku katakan bukan, jika aku menemukan mu lagi maka aku tidak akan pernah lepaskan, dan sekarang, aku menemukanmu, haruskah aku menjilat ludah ku sediri?!"

Ameera menunduk dalam tangisnya, ia sudah yakin kalau laki laki dihadapannya saat ini benar benar, Aaron.

"jangan menunduk!, lihat aku!" Ameera menengadah ketika kedua pipinya dicengkram oleh tangan kekar milik laki laki itu, menatap iris legam dihadapannya membuat Air mata Ameera semakin deras membasahi wajah lelah itu.

"kenapa kau seperti ini Aaron?," isaknya menatap lekat mata Aaron, sementara sang empunya melihat Ameera dengan raut wajah yang tidak bisa di baca.

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang