Ambivalen | 12

63 3 0
                                    

MELANGKAH tanpa tau arah ingin dituju, Ameera berperang melawan kegelisahan hati yang kini menjelma menjadi suara tak kasat mata.

Menikah?, dengan Aaron?. Psycho?.

Gadis itu menepis kasar segala sesuatu yang menggema dalam otak nya, ia menggeleng cepat, menolak apapun itu yang saat ini terasa mengganggu.

Ameera masih berjalan menuju rumah, lebih tepatnya ia sedang menunggu taksi.

Ingat kejadian lalu? mobil gadis itu mungkin saja kini masih terparkir di pekarangan kampus, belum lagi ntah di mana kini. ransel miliknya yang didalam sana dipenuhi barang barang berharga.

Ingin bertanya pada Aaron?, tidak.

Setelah kejadian hari itu Ameera benar benar ingin tenggelam saja. Terlebih jika harus berhadapan dengan laki laki itu lagi.

Ia mengetatkan cekalan tangan pada tali tas slempang miliknya, hanya ada beberapa lembaran uang Lima puluh ribuan di sana. Sekedar ongkos menjelang ransel lamanya ditemukan.

Ameera berhenti ketika melihat sebuah taksi biru dihadapannya.

"Taksi!"

Roda berdecit, Ameera membuka pintu mobil setelahnya ia langsung menghempaskan diri pada bangku penumpang tanpa memperdulikan 'apapun' mengambil napas dengan cepat dan menghembuskan nya kasar.

"Ya Allah, bagaimana ini? Aku tidak ingin menikah dengan laki laki seperti dia!" Ameera bergumam pelan, wajahnya menjadi semakin muram, tak sadar jika di sebelahnya sedari tadi ada yang sengaja menunggu.

"Seperti apa memang nya?"

Deg.

Dunianya seakan terhenti, Ameera merasa sulit walau  hanya sekedar menghela napas, ia kenal bariton suara itu. Tapi kenapa dia tidak menyadari sedari tadi?.

Pelan namun pasti, Ameera memutar kepalanya dengan ragu.

Dan lihatlah, siapa yang kini ada disampingnya.

Wajah yang begitu datar, iris pekatpun semakim menatap lurus dengan sorot mematikan.

Mengenakan setelan hitam, masih seperti ketika bertemu di rumahnya tadi.

Aaron tengah duduk santai di sebelah Ameera yang kini sudah menegang dan merutuki diri sendiri.

Kenapa, kenapa lagi lagi dia?!

Aaron berdecih dengan napasnya yang terdengar berhembus kasar.

"Lihat wajah mu Ameera, ketika bertemu dengan ku seperti melihat hantu"

Kau memang hantu Aaron! Astaghfirullahaladzim

"Ada apa dengan matamu? Kenapa begitu tajam melihatku?" Aaron mencibir, ingin sekali Ameera mencakar wajah laki laki di hadapannya itu. Namun ia lebih memilih diam saat ini dan..

"Pak berhenti disini" tegas Ameera, namun sang sopir hanya diam tak menggubris membuat alis Ameera bertaut.

"Pak saya bilang berhenti!" Ulangnya lagi. Namun masih sama si sopir masih tak bergeming.

Ameera menggeram, tangannya terkepal kuat siap siap ingin menghantam wajah sok dingin di sampingnya itu.

Namun sesaat dia menyadari tidak semestinya seorang perempun menyentuh seorang yang tak halal untuknya.

Kedua kelopak mata gadis itu terpejam, ia menghela napas pelan, mungkin dengan istighfar cukup meredakan emosi yang perlahan meningkat.

"Pak tolong,saya bilang berhenti" Ameera memohon lirih.

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang