Dentuman Pintu kayu tertutup dengan keras.
Ameera yang membantingnya.
Gadis itu berlari menghampiri Meja rias di sana.ia berdiri di hadapan cermin besar dengan mata yang sembab.
Terdiam sesaat, lalu Air mata gadis itu mengalir kembali.
Sekuat tenaga menahan bibir yang gemetar.
Ameera tak kuat.
Setelah itu ia tersungkur kelantai dan bersimpuh disana. Kemudian menangis histeris, Kedua tangan ia katupkan pada wajah, kemudian, Ameera mengusap kasar berulang kali bibirnya sampai terlihat Lebam dan memerah.
"Kamu kotor Ameera!, kotor!." Teriaknya kemudian. Ameera mengacak acak hijab yang ia kenakan. Bahkan kini gadis itu merasa sangat tidak pantas mengenakan benda tersebut setelah apa yang baru saja 'terjadi'.
"Ya Allah..maaf, maafin Ameera. Ampuni Meera"
Terakhir, Air mata gadis itu benar benar mengalir dengan derasnya. Dan tandai, jika saat ini dia sudah sangat membenci Aaron, diatas Stadium akhir.
Ntah apa yang akan dia lakukan jika kembali bertemu dengan laki laki itu, Ameera serasa ingin menjadi orang yang jahat saat ini juga. Agar sanggup mencekik leher Aaron nantinya.
Tapi, itu hanya sebatas Imajinasi liar saja akibat kebencian atas kejadian hari ini.
Waktu berlalu...
Kedua matanya terasa berat, Ameera mengerjap, kepalanya amat pening.
Sudah hampir dua jam ia terlelap. Bangkit dari tempat tidur, Ameera berjalan dengan langkah gontai, namun belum sampai dimamar mandi, langkah gadis itu terhenti ketika tubuhnya sudah tepat berada di depan cermin besar pada meja riasnya.
Ia memandangi dirinya disana dengan tatapan sendu. "Lagak kamu sok suci Ameera, dan lihatlah sekarang, bahkan kamu sendiri tidak bisa mencegah perbuatan terkutuk laki laki itu." Gumam Ameera pelan.
Perlahan ia menarik hijab warna moca itu dari kepalanya. Dan setelah itu benda tersebut ia letakan diatas meja rias.
"Aku tuh kotor" Ia terus mencemooh dirinya sendiri. mengulangi kata kata itu berkali kali. Ameera mengacak rambutnya frustasi. Dan lagi, ia terduduk di ubin kamarnya itu.
"Aku tidak mau..aku tidak mau, Aku tidak mau jadi perempuan kotor, aku tidak mau"
Kembali Ameera menatap tajam kearah cermin dihadapannya. Satu tangannya perlahan merayap menyentuh pelan bibirnya yang gemetar.
"Bibir ini..bibir ini tidak suci lagi, aku...aku, wanita yang buruk."
Meradang, kemudian Kedua tangannya membentuk kepalan dan menghantamkannya dengan keras pada meja rias itu.
Bugh!
"Aaron!" Ameera bergumam geram. Kali ini tangannya meraba apa saja yang terletak di sana dan dengan sekejap terdengar bunyi pecahan kaca yang keras di ruangan itu.
Pyarr!
Ameera membanting pas bunga ke cermin. Meninggalkan bekas pecahan tak beraturan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalen
RandomKelembutan, belum tentu menjamin cinta. Kejam, bukan berarti benar benar membenci. CopyRight2020. Kopiko_