Ambivalen | 9

81 5 0
                                    

"LEPASKAN aku!" Ameera terus saja memberontak ketika cekatan di tangan terasa semakin kuat, sementara kini laki laki itu kembali ada di hadapannya.

"Aku bilang lepaskan!" Sergahnya lagi.

"...Diam!!" Mata itu, iris legam penuh kepekatan menatap pada Ameera dengan tajam membuat gadis itu bergidik dan terdiam.

Meskipun begitu tak sedikitpun ia terima dengan perlakuan laki laki itu, mungkin Ameera tak berteriak tapi tubuhnya terus saja bergerak mencari celah agar tangan berotot yang mencekal lengannya kini dapat terlepas.

Sejurus kemudan tubuh Ameera terhuyung mengikuti pergerakan Aaron yang kini menariknya dengan kasar "...apa lagi yang kau mau Aaron!, aku ingin pulang!" Teriak Ameera dengan terus menahan agar tubuhnya tak ditarik oleh Aaron.

Namun apalah daya, kekuatan dari laki laki itu jauh diatas kemampuan dirinya, apa lagi dengan kondisi kaki yang masih terbilang terluka.

Terlihat pahatan rahang milik Aaron mengeras seiring dengan matanya yang menatap lurus dengan tajam.

Tanpa menggubris kata kata Ameera ia terus saja menarik gadis itu keluar dari pekarangan Masjid.

Sigap saja ketika melewati pagar masjid Ameera menahan tubuhnya dengan menggenggam erat besi pagar itu, sehingga langkah Aaron terhenti.

Ia menoleh dan mendengus kesal ketika melihat Ameera berpegangan pada pagar tersebut.

Kesempatan gadis itu menarik kasar tangannya, dan berhasil. Ameera menyembunyikan kedua tangan di belakang tubuh. Dan itu semua tak lepas dari sepengawasan Aaron.

Seiring dengan dadanya yang naik turun napas Aaron memburu pertanda bahwa kini ia semakin dibuat emosi.

"sudah kukatakan sebelumnya jangan pernah sentuh aku!" Cetus Ameera kesal "...ingat. aku sudah di usir oleh gadis dirumah mu itu tadi, kau amnesia?!, atau pendengaran mu bermasalah, hah!" Cecar gadis itu menantang Aaron tanpa rasa takut.

Menurutnya kenapa ia mesti harus takut? Bahkan kakinya sudah menjadi sasaran dari keganasan laki laki dihadapannya kini.

Wajah Aaron memerah, giginya bergemeletuk menahan amarah yang semakin membuncah,detik setelah itu ia memukul pagar besi di samping tubuh Ameera dengan kuat, hingga membuat pagar tersebut bergetar, dan Ameera...ia sempat terkejut dengan tindakan Aaron barusan.

Lalu laki laki itu mengacungkan telunjuk kearah Ameera yang kini masih berpaut pada pagar mesjid "tidak ada satu orang pun yang berhak menyuruhmu pergi selain aku Ameera! Kau dengar itu!" Ancamnya dengan penekanan.

Kedua alis Ameera mencuram menimbulkan raut yang tak biasa. "kau ini kenapa Aaron! Apa kau gila!, sedikitpun kau tidak mempunyai hak apapun atas diri ku, memangnya kau ini siapa?!"

Aaron semakin menggeram hebat, matanya terpejam sesaat kemudian terbuka kembali, menampilkan sorotan yang semakin menajam, mereka berdua kini berdiri tepat diluar pekarangan masjid, lalu lalang para jamaah yang lepas solat subuh disana sebenarnya melihat aksi dari keduanya.

Namun mereka memilih bungkam.

Bukan karena tidak mengindahkan pemandangan itu, melainkan mereka sendiri tau siapa salah satu diantara mereka berdua. Aaron, pemuda yang sangat tertutup dengan rumor seorang Psychopath gila yang bengis, namun itu semua masih rumor yang saat ini belum terbukti sedikitpun. Pernah baca kisah seorang Psycho? Kalau mereka tidak pernah minggalkan bukti apa pun.

"Aku mempunyai hak penuh atas dirimu" bariton suara tegas seakan mencekal tenggorokan Ameera, semakin tak habis pikir gadis itu berhembus dengan pelan, kedua bola matanya liar menatap tak tentu arah, raut wajahpun berganti sendu.

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang