Siluet tubuh tegap bersembunyi di antara Cahaya matahari yang memaksa masuk dari balik celah gordeng yang sengaja tak di singkap.
Kesukaannya.
Gelap dan tidak berisik. Aaron memutar kursi kembali pada meja setelah lama menatap Menerawang dari celah gordeng abu abu itu.
Ia menekan ujung bolpoint yang dipegang nya berkali kali, laki laki itu tampak sedang berpikir akan satu hal yang sedikit 'serius'. Namun jelas tak ada raut kuatir, takut atau apapun. Kecuali hanya tampang wajah dingin dan datarnya.
Tuk!
Aaron menyentakan Bolpoint tersebut kemeja ketika mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan.
Pintu berdecit menampakan seorang laki laki berkaca mata minus yang Aaron tak perduli itu siapa. Karena ia bukan lah ingin mencari tau siapa siapa saja yang belajar di perguruan tinggi tempatnya mengajar.
"Tetap disana!" Baru saja laki laki itu ingin melangkah masuk namun urung ketika suara berat milik Aaron menciutkan nyalinya dengan cepat.
Sedari tadi tak ada tanda pergerakan dari Aaron. Dia hanya duduk tenang masih tetap dengan raut wajah es menyebalkan. Dingin dan tak tersentuh.
"Panggilkan Ameera kemari, suruh dia mempresentasikan tugas nya" cetus Aaron cepat. Ia sangat membenci bila harus berbasa basi
"Ba-baik pak, Sa-saya akan--"
"Sudah lah jangan banyak bicara, cepat lakukan tugas mu!" Tegasnya lagi.
Sementara laki laki berkaca mata itu mengangguk cepat dan langsung kembali menutup pintu setelah terlebih dahulu permisi meski tak di indahkan sedikitpun oleh Aaron yang hanya menatap lurus dengan sorot mata tajam.
"Manusia macam apa Pak Aaron ini, muka datar ucapan kosong. Huh" laki laki itu mengusap dadanya pelan. Menggeleng sesaat kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Dia tidak ingin mengambil resiko dengan telat sedikit saja.
Ia berjalan di koridor kampus dengan tergesa, tanpa sengaja menabrak tubuh seseorang.
"Awh."
"...Raskal" ia menatap Wajah laki laki itu sesaat sampai Raskal mengernyit dan bertanya pada nya "Arif, Ada apa?" Ia memegangi sebelah pundak Laki laki itu.
Raskal bertanya demikian karena Ekspresi dari wajah teman nya itu tampak tidak biasa.seperti mengkuatirkan akan sesuatu.
"Kamu liat Ameera?, harus cepat nih Kal." Tanya Arif kemudian.
Raskal menatap laki laki itu tepat pada kedua manik nya. "Memang kenapa sama si Ameera?"
Arif mengerjap berkali kali, mungkin Raskal bisa membantu. Pikirnya. "Pak Aaron manggil Ameera, disuruh keruangannya buat tugas presentasi"
"Pak Aaron?" Ulang Raskal ragu. Arif menganggup cepat seraya memperbaiki kacamata miliknya yang sempat merosot
Raskal tampak berpikir sebentar sampai akhirnya "Kamu lapar Rif?" Arif mengangguk cepat ketika tiba tiba ditanyai oleh Raskal. "Kamu makan aja ke kantin, masalah Ameera biar aku yang nanti bilangin"
Arif tersenyum sumringah "beneran Kal?, ya ampun. makasih makasih."
--o0o--
Ameera termenung sendiri di samping jendela kelasnya.
Terlalu banyak yang harus terpikir oleh gadis itu, Tentang keputusan nya beberapa hari lalu untuk menikah, jauh di lubuk hatinya Ameera tidak ingin mengorbankan masa depan yang masih jauh, namun sebab ulah Gila Dari Aaron membuat Ameera harus benar benar lepas dari pria berbahaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalen
RandomKelembutan, belum tentu menjamin cinta. Kejam, bukan berarti benar benar membenci. CopyRight2020. Kopiko_