AMEERA terdiam disudut Sofa ruang tamu, sudah dua hari ini ia hanya termenung didalam rumahnya, selama itu pula dia tidak mengikuti Mata Kuliah di kampus, tiga hari menghilang, ditambah dua hari tidak kekampus, tentu ketika masuk nanti ia akan banyak ditanyai oleh Eliza.
Dan ya tentang Raskal, ketika membawa kembali Ameera pulang, ia hanya diam tanpa ingin banyak bertanya.
Bukan apa apa hanya saja dia sendiri tau jikalau Ameera sedang sulit jika diajak berinteraksi saat itu, terlebih ketika di mobil Ameera hanya bergeming, menerawang keluar dari jendela mobil.
Ia tak banyak bertanya tentang bagaimana Raskal bisa tiba tiba saja ada ditempat itu, bukan kah rumahnya sangat jauh dari lokasi tersebut, tempat Aaron menyekap Ameera. Bisakah dikatakan demikian?, ah, lupakan.
Namun meskipun begitu, Raskal beralibi sendiri bahwa dia sedang mengunjungi Salah satu keluarga disana. Dan Ameera tak ingin mengambil pusing semuanya, dia hanya ingin pulang saat itu..
"Ameera, nak" seseorang mengusap bahu Ameera lembut membuat gadis itu terusik dan menoleh
"Mama" imbuhnya
Sang mama tersenyum ringan menatap anak gadisnya yang tengah termenung, selama tiga hari Ameera menghilang tentu membuat rasa kuatir memburu dirinya, namun Laras, mama Aaron mengatakan bahwa, pada saat itu Ameera ada bersama Aaron.
Jujur saja awalnya ia sangat takut, namun lagi lagi dia sendiri seharusnya yakin bukan jikalau Ameera akan baik baik saja.
Meskipun ketika kembali kerumah Wajah Ameera tak sedikitpun memancarkan kebahagiaan melainkan hanya raut datar saja.
Bahkan gadis itu tidak menceritakan apa yang telah ia alami selama kehilangannya beberapa hari lalu.
Tentang kakinya yang terluka, bahkan tentang perempuan asing yang ada dirumah Aaron.
Apa Aaron sudah menikah? Ah, Ameera sungguh penasaran.
Namun ia lebih memilih untuk tidak memikirkan hal itu lagi.
Sudah cukup, hatinya terlalu sulit menerima sikap Aaron yang selalu kasar, tempramen, otoriter,, kasar dan berubah ubah tak jelas. Ameera mengerang pelan.
"...ma"
"Ya sayang?" tanya mamanya penasaran, pergerakan Ameera yang tak terduga membuat sang mama bingung, kini Ameera tampak begitu tertarik dengan rasa ingin tahu nya.
Ia bergumam sebentar, dan berpikir sebelum melontarkan pertanyaan pertanyaan seperti ini "apa benar Aaron seorang 'Psyco'?" Kedua alis mencuram, penasaran dengan jawaban dari mamanya.
Ameera menunggu dengan sabar ketika mamanya menghela napas dan tersenyum samar
"Bukan kan kah kalian bersahabat?"
"...hmm ya, dulu"
"Lantas apa yang membuat kamu sampai bertanya seperti itu?"
Ameera terdiam sesaat, ia membenarkan perkataan mamanya barusan. Kenapa bisa demikian?
"Karena-"
"Mama tau, kamu mampu mengambil kesimpulan seperti itu karena kejadian masa kecil mu itu kan?" Suara wanita paruh baya itu terdengar begitu meyakinkan, Ameera terdiam kembali, sampai akhirnya ia menghela napas kasar dan menatap mamanya dengan wajah masam "bukan hanya itu saja mama" Ameera mencoba memberi penjelasan.
"Tapi lebih dari itu" tekan Ameera pada ucapannya. Sementara sang mama terlihat lebih tak mengerti.
Ah, Ameera lupa. Diakan tidak menceritakan apalun yang terjadi padanya akibat ulah Aaron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalen
RandomKelembutan, belum tentu menjamin cinta. Kejam, bukan berarti benar benar membenci. CopyRight2020. Kopiko_