Ambivalen | 14

59 2 0
                                    


Anak tangga terakhir, Ameera kembali merasakan sedikit  perih di kaki ketika ia habis berlari dari lantai dua kebawah, lantai satu.

Napas Ameera ngos-ngosan, ia menetralkannya kembali, setelah itu pandangannya tertuju kepada Tempat dimana tadi Aaron dan mamanya duduk. Namun...

Kosong.

Kemana orang ini?

Masih berdiri ditempatnya, Ameera menelisik seluruh ruangan, namun tidak ada tanda tanda mamanya dan juga Aaron. Mulai pikiran lain menjerat Ameera.

"Jangan jangan, mama di celakain sama dia, Ya Allah" terakhir gadis itu sedikit menjerit.

Wajahnya berubah warna. Menelan kasar salivanya, Ameera berjalan menyusuri seluruh ruangan dirumah itu dan sedikit berteriak.

"Mama, Ma?.."

Tak berselang lama, Ameera terduduk di kursi mini Bar di dekat ruang keluarga, ia sudah mencari mamanya hingga ke lantai dua dan tiga, namun nihil, semua tempat kosong.

"Bagaimana ini Ya Allah, mama dimana, atau jangan jangan Aaron benar benar-"

Ameera mendelik, ketika mendengar samar samar suara mamanya. Ia pun berdiri dan meresapi dengan teliti dari mana asal suara itu.

"Kenapa aku tidak berpikir kesana, Dapur." katanya, dan sejurus kemudian Ameera sudah melesat pergi kedapur. Mendadak langkahnya terhenti ketika mendapati mamanya tengah tertawa bersama orang yang wajah nya hanya mampu memasang tampang datar.

Gadis itu mengernyit.

Apa yang mereka lakukan?, Mereka makan siang?.

Berjalan pelan, Ameera menghampiri mereka. Dan ke-duanyapun belum menyadari kehadiran gadis itu.

"Mama" panggil Ameera pelan, membuat mamanya menoleh melemarkan senyum.

"Sayang, mama kira kamu lagi tidur nak." Ungkap mamanya, Kemudian mata Ameera mengekor menatap Aaron yang masih fokus dengan sepiring nasi goreng di depannya. Lebih dari itu sebenarnya fokus laki laki tersebut tertuju kepada Ameera yang kini berdiri menyipit menatapnya.

"Gimana aku bisa tidur dengan tenang, kalau ada orang aneh dirumah kita, yang kadang kadang bersikap semaunya melukai orang lain" timpal gadis itu Sarkastik. Tubuh Aaron seketika menegap, ia menaruh sendok dan garpunya pelan, namun terkesan kasar.

Sontak lehernya berputar menghadap Ameera, berwajah tak suka akan kehadirannya disana.

"Ameera!, apa apaan kamu bicara seperti itu. Tidak baik berdebat ketika sedang berada dekat makanan" Sergah mamanya kemudian. Ameera mendesah kasar, kenapa mamanya malah membela laki laki itu?.

"Tapi ma, Ameera berkata begitu karena Ameera merasakannya sendiri" tutur Ameera tajam.

"harusnya Ameera sedang tidur siang saat ini, tapi karena ada 'dia' Ameera jadi harus menunda itu semua. Ameera kuatir sama mama, Ameera takut kalau dia mencelaka-"

"Cukup Ameera, Cukup!. Mama tidak ingin mendengar kamu menjelek jelekan Aaron di depan mama. Dan Ameera, kamu berbicara buruk dihadapan orang itu sendiri. Lihatlah Aaron nak, lihat!". Tak mengindahkan perintah mamanya, Ameera membuang muka kearah lain.

Terdengar suara napas berat berhembus kasar. "Kau ini tidak sopan sekali Ameera"

Ameera menoleh, nah kan. Sekarang laki laki itu benar benar memuakan.

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang