Ameera mengehela napas pelan ketika akan masuk kedalam kelas.Gadis itu memutuskan untuk tetap menjalankan kewajiban sebagai seorang mahasiswi dikampus, hari ini ia berniat menemui Eliza dan Raskal, bukan untuk mengundang mereka dalam acara pernikahannya sore nanti, melainkan ia hanya ingin memastikan bahwa mereka baik baik saja.
Ameera memutuskan tidak akan memberitahu segalanya sampai pernikahan benar benar selesai berjalan dengan lancar.
Agar, Raskal atau siapapun setelahnya tidak akan terluka lagi, terlebih pernikahan ini tidak boleh terendus sedikitpun oleh Raskal dan Aaron. Karena jelas, tidak akan ada yang menyetujuinya, terlebih Aaron.
Dua keluarga sudah sepakat, kalau acara tersebut akan digelar secara tertutup, hanya sebagian dari keluarga dan beberapa saksi saja.Pernikahan harus tetap terjadi!
"Ameera?!" sang empunya menoleh, Eliza menghampiri Ameera.
"ya?" memaksa untuk tetap baik baik saja, Ameera bertanya "kamu baru datang juga?" ia tersenyum tipis.
Eliza balas tersenyum "aku udah dari tadi, Cuma Raskal minta kerumahnya dulu" jelasnya kemudian.
Ameera melirik kearah belakang, tempat Eliza muncul tadi "terus Raskal nya mana?, bagaimana keadaannya?"
"kamu tenang aja" Eliza menepuk bahu Ameera pelan "kondisi Raskal udah membaik, Cuma katanya tadi masih agak nyeri, jadi belum bisa kekampus dulu."
Mereka masuk kedalam kelas dan duduk dikursi masing masing.
"syukur, Alhamdulilah"
Raskal, setelah ini kamu tidak akan celaka lagi karena aku
Eliza mengernyit, lagi lagi melamun.
"Ameera!" pundaknya ditepuk, Ameera tersentak.
"ya?"
Melihat wajah cengo Ameera membuat Eliza terkekeh, "kamu tuh hobi sekali ya melamun?"
Ameera menggaruk tengkuk, tidak sepenuhnya gadis itu melamun, tetapi dia juga merasa sedikit takut, untuk acara nanti sore. Kenapa?
"oh iya Ameera, dari semenjak tiga hari kamu hilang gak ngampus.." Ameera coba menyimak "aku sama Raskal udah coba hubungi nomor ponsel kamu berkali kali, tapi gak pernah aktif, kamu ganti nomor?" Tanya Eliza heran, sebelah alisnya terangkat.
Ameera bergumam, mengingat tentang ponsel, saat ditaman waktu itupun Ameera sadar, kalau dia sama sekali tidak membawa ponsel, bahkan sampai sekarangpun, ia tidak mengetahui dimana letak benda tersebut.
"sebenarnya.., aku sendiri sampai sekarang tidak tahu sama sekali ponsel itu ada dimana El."ujarnya skeptis.
"tapi mungkin, aku hanya lupa meletakkan" sambungnya lagi, Eliza memaklumi.
"baiklah, sekarang aku ingin Tanya sama kamu," Eliza berkata antusias "sebenarnya, penyebab Raskal bisa sampai terluka separah itu kenapa sih?"
Speechless, kedua bola mata Ameera bergerak liar.
harus mencari alasan apa?
Tapi disatu sisi, Ameera merasa bersyukur, ternyata Raskal tidak membawa nama Aaron dalam kronologi tersebut.
Bahkan disituasi seperti inipun, Ameera masih sempat mengingat laki laki itu.
"Ameera!"
"ha?"
"kamu melamun lagi?"
"ah, itu. A-aku.."
Eliza berhenti bertanya, saat percakapan mereka terpotong karena dosen yang bertugas masuk lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalen
RandomKelembutan, belum tentu menjamin cinta. Kejam, bukan berarti benar benar membenci. CopyRight2020. Kopiko_