Ambivalen | 16

80 4 0
                                    

Melangkah dengan raut wajah sendu, Ameera mengencangkan pegangan pada tas rensel yang di kenakan kembali. Kemudian ia sampai dihadapan pintu kelas, sempat diam akibat terbesit keraguan sesaat kemudian gadis itu kembali melangkah masuk dan kini sudah duduk manis di bangku.

Raskal dan Eliza yang lebih dulu tiba dikelas. tatapan mereka saling beradu, melihat Ameera yang berpasang muka defresinya hari ini membuat mereka kuatir.

Belum lagi, Jika biasanya Ameera setiap memasuki kelas selalu menyapa mereka dengan senyuman ceria. Namun akhir akhir ini di tambah kehilangan gadis itu tanpa kabar selama tiga hari, membuat mereka berdua semakin di terpa angin kekhawatiran.

"Ehm..Mir, Kamu-"

"Dosen datang, Dosen dingin itu datang" salah satu mahasiswi masuk begitu saja dengan langkah tergesa dan duduk di bangkunya begitu saja, sempat mencoba untuk menstabilkan nafasnya.

Sampai Raskal bertanya akibat kekesalan karena ucapannya yang sempat terpotong sebelum tadi.

"Apa sih kamu Ca, dosen dingin yang mana cobak!" Cetus Raskal merasa dongkol. Sementara pihak bernama Oca hanya menunjuk nunjuk kan jari nya di udara. Jujur nafasnya masih tersengal akibat berlari tadi.

Raskal menaikan sebelah alisnya. Ia berharap Oca akan bicara saja langsung tanpa pakai bahasa isyarar segala.

"Itu, Itu. Dosen dingin itu.."

"Iya tapi siapa Oca, ah!, yang jelas lah ngmong kenapa sih"

"Udah lah Kal, Biarin kenapa sih kasian Oca nya." Eliza mendengus mengahadap Raskal yang kini mencebikan bibir.

Baru Raskal ingin kembali menimpali, urung begitu saja, saat langkah tegap dari seseorang dari luar sana menginterupsi seluruh isi kelas yang sudah di hadiri oleh mahasiswa dan Mahasiswi nya.

"Raskal.." tiba tiba Oca berbisik dan Raskal memberi kode dengan menolehkan kepalanya sedikit.

"Itu tuh dosen dingin yang ku bilang tadi"

Raskal mengangguk cepat.

"Kalo ini aku setuju" bisik nya juga. Membuat keduanya kalap menahan tawa dan pecah begitu saja, meski pelan namun masih dapat bisa terdengar jelas untuk orang yang dijuluki 'Dosen dingin' itu.

"Kalian atau saya yang keluar dari kelas ini!"

Nampak tubuh keduanya menegang saat itu juga, merekapun kembali pada fokusnya masing masing.

Tau aja nih orang!

Batin Raskal merutuki.

Kembali seperti semula, seisi kelas kembali tenang. Aaron, yang mendapat julukan 'Dosen Dingin' itu duduk di bangku depan.

"Saya tidak akan menyuruh kalian menampilkan presentasi didepan kelas seperti dosen dosen lain nya mulai sekarang." terdengar datar namun menusuk, suara tegas sedikit serak itu tak membuat seisi kelas berani bersorak hora hore.

Jujur mereka senang bukan main mendengar apa yang Aaron tegaskan barusan, namun apalah daya, baru jatuh dua minggu laki laki itu mengajar sudah membuat kesan mengerikan dari nya, jangan tanyakan kenapa. Mengingat itu mereka semua bergidik ngeri.

"Tapi pak-"

"Saya belum selesai bicara, apa kamu mau saya tendang keluar sana!, bersopan santun lah."

Mahasiswa yang tadinya ingin menyanggahi terdiam kikuk ketika mendapat tatapan tajam dari Aaron di depan sana.

Kelas pun kembali hening, Aaron terdiam sebentar menatap mahasiswanya yang lagi lagi sempat membuat Amarah memuncak.

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang