Ambivalen | 11

66 4 0
                                    


AMEERA duduk dengan laras disamping nya, wanita itu tersenyum senang melihat kedatangan Ameera.

"Apa yang membuat kamu datang kemari nak?, apa kamu menyetujui permintaan tante beberapa waktu lalu?" Tanya Laras bersama harapan penuh.
Ameera mengulum bibir sebelumnya ia pun juga bingung bagaimana ingin mengungkapkan tujuan datang ketempat itu.

Ia berdehem pelan, mencari posisi senyaman mungkin "maaf tante sebelum nya Ameera mengganggu"

"Apa yang kamu bicarakan. Bagaimana mungkin kamu mengganggu tante Ameera"

"Maksud Ameera mungkin datang kemari sudah menyita waktu tante laras, tapi kedatangan Ameera hanya ingin menanyakan sesuatu kepada tante" kedua Alis Ameera terangkat, menunggu respon dari Laras di depannya kemudian ia kembali bergumam pelan "Ng..ini tentang 'Aaron'" sedikit berbisik ketika menyebutkan kata terakhir membuat Laras mencetak senyum tipis diwajahnya.

"Apa yang ingin kamu tanyakan? akan tante usahakan untuk menjawabnya" Laras mengangguk pelan sembari berpejam sekilas,
Sementara Ameera. Gadis itu menghela napas berat dan mulai berkata

"Apa Aaron mempunyai seorang kekasih? Atau dia sudah tunangan?, menikah?"

Mendengar pertanyaan gadis itu membuat kedua Alis Laras mencuram, sektika bibirnya berkedut menahan senyum

"Kenapa tante tersenyum?, apa itu benar?" Desak Ameera semakin gencar.

Laras menggeleng pelan dan menangkup kedua tangan Ameera
"Tidak, itu tidak benar. Tante hanya senang kamu masih ingin tau tentang Aaron, apa kamu cemburu?"

"...ha?, ti-tidak Ameera hanya..hanya bertanya"

"Baik lah akan tante jawab"
Ameera bernapas lega ketika Laras tak lagi menggodanya, lantas iapun mendengarkan setiap apa dikatakan oleh Laras

"Aaron tidak pernah memiliki kekasih, ataupun sampai bertunangan, kamu tau kenapa?" Tanya Laras kemudian membuat Ameera menggeleng pelan. Ia tersenyum dan kembali melanjutkan "karena yang dia tunggu hanya kamu Ameera"

Tertegun. wajah gadis itu tampak begitu pias, bagaimana mungkin persahabatan masa kecilnya yang lama terpisah karena sesuatu yang gila malah menumbuhkan rasa di antara mereka. Raut wajah Ameera tampak begitu cemas ia tak mampu berpikir setelah ini.

jika memang Aaron menungguku kenapa dia melukai aku saat itu?. Ameera membatin

"Tapi tante.." Ameera kembali bersuara "kenapa harus Ameera?, jujur Ameera tidak tau harus bersikap seperti apa kepada Aaron, disisi lain dia sahabat kecil Ameera. Tapi disisi lain, dia-"

"Tante mengerti" gumam Laras yang kini wajahnya tampak memurung "dia seorang Psycho"

"Astaghfirullah tante, kenapa berbicara seperti itu?"

"Kenyataan nya memang begitu Ameera. Hanya saja tante masih beruntung dia begitu menghargai tante sebagai mamanya, jika tidak mungkin.."

"Mungkin?" Selidik Ameera

"Tante sudah bernasib sama seperti papanya"

kening Ameera berkerut. Ia tak mengerti. "Maksud tante?, memangnya Om Leo kenapa?"
Tanya Ameera lagi. Hingga Ait mata Laras menetes begitu saja, ia sudah menangis di sana

"Aaron membunuh papanya, Ameera"

Deg.

Kedua mata Ameera membulat sempurna, napas nya bergemuruh memburu pasokan Oksigen dengan rakus. apa itu benar? Aaron?.

"Ba-bagaimana bisa?" Lirihnya pelan dan tentu masih dapat didengar oleh Laras yang kini mengusap wajah dan berusaha menahan tangisnya.

"Om Leo ingin menjodohkan Aaron dengan anaknya yang masih keturunan ningrat waktu usia mereka masih kecil"

"Anak nya?, maksud tante Om Loe punya anak, lalu Aaron?"

"Om Leo papa tiri Aaron nak"

Lagi lagi kenyataan baru Ameera dengar, ia semakin sulit bernapas. Banyak sekali yang ia tidak ketahui ternyata tentang sahabat kecil nya dulu.

"Ameera benar benar gak tau lagi harus ngomong apa tante, Ameera kaget dengan dua kenyataan ini," desis Ameera bersamaan dengan kepalanya yang menggeleng pelan.

"Sejak itu Aaron benar benar brontak kepada papanya, bahkan diusia yang terbilang belia dia sudah berani melawan kepada kami, apalagi saat itu kenyataan lain menyakitinya. Kamu pergi tanpa kabar Ameera, Aaron menjadi sosok yang penyendiri, pendiam dan dia sering termenung sendiri di pinggir danau tempat biasa kalian bermain. Dan tante pernah melihat dia memainkan satu benda yang tante yakini adalah jarum. Tante takut saat itu, sebisa mungkin tante menghubungi mama kamu tapi nihil, kalian menghilang"

"Maaf" gumam Ameera lirih, ia menunduk dalam. Terbesit rasa berasalah pada dirinya.

Laras tersenyum disela sisa kesedihannya, ia mengusap pipi Ameera dengan lembut.

"Kamu tidak berasalah, tante paham alasan kamu pergi." Tambah Laras dengan yakin
Ameera mendongak "setelah itu apa yang terjadi?"

Laras kembali menerawang jauh
"Disela hari hari Aaron yang murung tiba tiba diusia 19 tahun, Om Leo membawa anak nya kemari. Dan tetap keukeuh ingin menjodohkan mereka. Disana Aaron murka dia pergi begitu saja dan saat itu tante sedang tugas keluar kota ketika tante pulang, tante melihat Om Leo sudah tidak bernyawa"

"Apa tante yakin kalau Aaron yang melakukan itu?" Tanya Ameera. Laras terdiam sesaat

"Ntah lah nak, Aaron tidak pernah mengatakan kala dia yang melakukan itu, tapi dia juga tidak pernah bersuara sedikitpun menolak kalau itu bukan perbuatan nya. Hingga sekarang tante masih belum faham Aaron dan anak Om Leo bisa menjadi begitu akrab"

Ameera mengerti. Jadi perempuan yang bersama nya waktu itu adalah orang yang diceritakan oleh mama Aaron.

"..Apa mereka memiliki hubungan kusus tante?"

Laras terdiam lama, Ameera masih setia menunggu "tante tidak tau pasti, tapi ntah kenapa tante merasa tidak nyaman dengan kedekatan mereka, tante mohon kamu ambil Aaron kembali Ameera." Bujuk Laras dengan nada memohon

Ameera bergemin. Ambil kembali?

"Memangnya kenapa tante? Kenapa Aaron harus dijauhkan dari gadis itu?"

"Aaron semakin kejam ketika dekat dengan gadis itu Ameera"
Ucap Laras sekenanya. Kemudian ia kembali memohon kepada Ameera yang kini semakin sangat sulit mencari pasokan oksigen.

"tante mohon, hanya kamu yang bisa membantu tante nak" kedua tangan Ameera dutangkup oleh Laras. Gadis itu mengerjap beberapa kali dan bertanya

"Tapi bagaimana caranya?"

"Menikahlah dengan Aaron"

Glek.

Kini Ameera semakin yakin kalau sebentar lagi ia akan benar benar pingsan karena tidak bisa benafas.

Sementara disudut sana seseorang tengah menyeringai mendengar apa yang baru saja ia dengar.

Bersambung..

12-Maret-2020

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang