Gunting!
Aaron menatap benda ditangannya itu dengan seringai lebar yang tak biasa. Sejurus kemudian tatapan itu berganti arah kepada. Raskal.
Pria itu, Raskal. Menggeleng cepat dengan ketidak percayaan nya atas tingkah laku Aaron saat ini.
"Saiko!, sadarlah yang kau pegang itu gunting. Ini kampus bukan hutan, kau pikir-, akhhhhhhhh!"
Raskal mencengkram cepat benda yang Aaron coba tancapkan hingga dalam di Bahunya. Meski masih terlapis jaket denim yang ia kenakan namun Raskal yakin bahwa ada darah segar yang keluar akibat luka yang dihasilkan oleh serangan yang tiba tiba saja Aaron lakukan itu.
Sekuat apa Raskal mencoba agar Ujung gunting berukuran besar itu tidak bersarang hingga dalam ditubuhnya. Maka sekuat itu pula Aaron melakukan perlawanan dengan mendorong kuat agar benda itu benar benar sempurna mendarat pada bahu Raskal.
"Le-Pas kh-kan!"
Aaron tersenyum miris, "melawan hanya akan membuatmu semakin menderita"
Raskal pun bahkan tak mengerti ketika tiba tiba saja Aaron bergerak kearahnya tadi dan langsung menghujam bahunya dengan gunting tersebut, dan kini Aaron masih belum puas jika ia tidak bisa menghabisi Raskal saat ini juga.
Argggh!
Sebisa mungkin Raskal menahan erangan, keringat dingin sudah mengalir diseluruh area pelipisnya, napas pun tak beraturan lagi ia rasakan.
'Ini benar benar sakit'
Rasanya Raskal sudah tak mampu lagi menahan kekuatan lengan Aaron yang masih berusaha membuat benda itu tetap tertancap di sana. Iris legam milik Aaron seakan bersinar merekah ketika Raskal terlihat menyerah. Dan kesempatan itu ia gunakan agar tangannya tetap menekan dengan kuat. Hingga...
Brak!
"Aaron!!"
Daun pintu terbuka dengan kerasnya hingga terpantul kedinding bagian belakang.
Fokus keduanya teralihkan, terutama Aaron yang namanya disebutkan oleh milik suara yang ia kenali. Dan saat itu pula Raskal mencoba menahan Rasa sakit setengah mati itu sesaat, mencoba mengumpulkan tenaganya kembali Raskal mendorong kasar kemudian menerjang tubuh Aaron hingga tubuh Aaron menjauh dari nya. Meski gunting tersebut sempat tertancam hingga seperempatnya.
Warna pekat pun terlihat menembus jaket yang Raskal kenakan. Masih memegangi gunting tersebut tangan pria itupun berlumuran cairan merah pekat tersebut.
Raskal mencoba menjauh dari Aaron meski dengan merangkak dilantai ruangan.
Ameera yang sempat menegang dengan pemandangan yang saat ini ia saksikan langsung tersadar ketika Raskal mengerang kencang saat mencabut benda itu dari bahu nya.
"Akh!"
"Astaghfirullah, Raskal!" Ameera berlari kearah Raskal yang mungkin sebentar lagi kesadarannya akan hilang
Melihat Raskal yang tampak meringis menahan sakit membuat tubuh Ameera bergetar hebat dia tidak tau harus berbuat apa, ditambah lagi saat Raskal terbaring tak berdaya dan darah dari bahunya menembus pakaian hingga berbekas di lantai ruangan tersebut.
"Ya Allah, ya Allah. To-tolong, tolong Ameera, Raskal." napas gadis itu tersedu dengan air mata yang tiba tiba saja mengalir.
Sesaat ia menoleh menatap dimana Aaron berada, Ameera sempat kaget ketika melihat dari wajah Aaron juga terdapat jejak darah segar yang hampir mengering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalen
RandomKelembutan, belum tentu menjamin cinta. Kejam, bukan berarti benar benar membenci. CopyRight2020. Kopiko_