Ambivalen | 25

50 3 0
                                    

Bahkan, Ameera tidak pernah menyangka. Bahwa hidup nya akan seperti ini, berporos kepada Aaron saja.

Padahal, sebisa mungkin ia menghindar dan mencari inisiatif lain, agar jangan selalu Aaron yang ada didepan mata.

Seperti saat ini, ntah situasi macam apa lagi yang sedang ia lakoni.

Pernikahan yang sudah direncanakan sedemikian rupa, ternyata tidak benar menjadi nyata. Seperti tadi dikatakan, dirinya hanya berporos pada satu hal saja.

Aaron, dan selalu Aaron.

Dan semua nya semakin serasa kacau, ketika suara Ameera menggema memanggil Wulan, yang tak kunjung datang untuk menjelaskan.

Ternyata, satu kalimat Aaron yang datar dan dingin, mampu membuat kedua mata Ameera membola.

"kalau kau berharap ibumu datang dan menjelaskan semuanya, lebih baik kau diam saja, karena itu percuma. Beliau sudah pergi sejak lama"

Ameera tak berkedip, sorot matapun menantang menatap Aaron yang masih diam, laki laki itu tak kelabakan sedikitpun. Meski dihujami tatapan mengerikan.

Tidak ada yang mengerikan didunia ini untuk Aaron.

Termasuk gadis manis yang tak gentar sedikitpun, menampilkan wajah begitu garang dihadapannya.

Ameera, istrinya kan?.

Bahkan Aaron masih tidak percaya, namun tetap saja. Aaron tetaplah Aaron, ekspresinya masih sama, meski dalam situasi berbeda.

Dingin dan datar, meski seperti dinding maja. begitu kokoh.
dan tidak tersentuh.

"Apa maksudmu sudah pergi sejak lama?!"

"Hei, jangan meninggikan suara dihadapan suamimu sendiri."

Cih, Ameera berdecih, ia membuang muka, jenuh sekali rasanya selalu berhadapan dengan laki laki seperti Aaron ini.

"Kau ingin mendengar semuanya dari mulutku sendiri?" Aaron menawarkan diri serius, sebelah alis terangkat. Ntah kenapa, dia merasa terlalu manis bersikap kepada Ameera.

Atau karena mereka berdua sudah menikah?.

Ameera tertawa sumbang, ia bertepuk tangan singkat diudara.

"Simpan saja semua ulasanmu itu Aaron, karena yang aku butuhkan itu mama, bukan dirimu."

Aaron mengendik, ya sudah.

"Terserah kau sajalah Ameera, aku mengantuk."

Aaron berjalan mengitari Ameera, dan tumbang dikasur begitu saja.

Ameera yang melihatnya, terbelalak. Apa apaan Aaron itu, sudah tidak sopan masuk kekamarnya, dan sekarang. Seenak jidat tiduran dikasur begitu saja.

Lantas tak tinggal diam, Ameera menghampiri Aaron, walau sedikit sulit karena mukena yang masih dikenakan.

Tangannya sudah terangkat, melurus dan menunjuk kepintu keluar.

"Sebelum aku semakin meradang, lebih baik kau keluar sekarang." Titahnya tegas.

Namun Aaron hanya menatap Ameera diam, tak bersemangat untuk meredam, dia hanya butuh istirahat sebentar. karena hari ini, begitu banyak hal yang sempat terjadi diluar ekspetasi.

Melihat Aaron hanya diam saja, bahkan kembali mencari posisi senyaman mungkin, Membuat Ameera semakin naik stim. seolah terbakar, ia berteriak tak sabar.

"KELUAR!"

Bahkan kini, Ameera sudah bergerak menarik lengan Aaron dengan kasar. Berharap laki laki itu sadar dan hengkang keluar.

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang