Suasana sunyi tergambar diantara mereka berdua.
Ameera menunduk dengan memasukan nasi kedalam mulut, sesaat wajahnya kadang kadang menengadah hanya untuk melihat Aaron diseberang meja,laki laki itu terus mengunyah tanpa merasa terusik.
Bahkan saat seperti ini pun Aaron benar benar tampak menakutkan, sikapnya yang kadang berubah tak menentu dan bisa saja berubah dingin serta merta melakukan hal diluar nalar.
Tak habis pikir.
Setelah Aaron mengutarakan kerinduannya kepada Ameera tadi, ia kemudian membawa gadis itu menuju dapur, dia tau jikalau Ameera belum mengisi perutnya sejak malam.
Jadilah akhirnya mereka makan bersama dengan suasana mencekam seperti saat ini.
"makanlah...jangan berpikiran yang aneh aneh Ameera" suara dengan intonasi datar itu berhasil membuat Ameera tersedak makananya sendiri.
Ia menoleh kepada Aaron yang terlihat masih sedatar tadi
'Sebenarnya apa yang ada dipikiran laki laki ini?'
Manik Ameera menatap lurus kepada Aaron yang masih menyuap makanan tanpa sedikitpun perduli tatapan gadis itu.
"A-Aaron" Ameera bergumam, ia ragu ketika meyebutkan nama itu, menelan salivanya sendiri Ameera mengehela napas pelan.
"bisa kah aku pulang sekarang?".
Gerakan tangan Aaron yang menyuap makanan terhenti, ia menghempaskan sendok dengan kasar dipiring dan beralih menatap Ameera tajam.
Gadis itu menegang melihat raut wajah Aaron yang dingin. "A-aku harus kuliah" sambungnya lagi, sedikit takut dengan perubahan wajah Aaron.
Sekali hentakan, Aaron memundurkan kursi, kemudian berdiri berjalan menghampiri Ameera yang kini mulai berjaga jaga.
Sifat Aaron kapan pun bisa berubah dan jangan sampai saat ini Ameera menjadi korban, Lagi.
Dengan cepat Ameera berdiri ketika Aaron sudah ada disebelah nya.
Seberani mungkin Ameera membalas tatapan nyalang yang tertuju padanya "apa yang sudah menjadi milik ku tidak akan kubiarkan pergi begitu saja" tegas Aaron menatap tajam Ameera.
Sontak pupil gadis itu membesar tak percaya dengan apa yang barusan saja ia dengar 'miliknya?'
Ameera medengus pelan.
"Milikmu? Siapa yang kau bilang milikmu Aaron?, kau bahkan sudah melukai aku disaat pertemuan kita untuk pertama kalinya setelah sekian lama."
Sudut bibir Aaron terangkat, menciptakan senyum miring disana, seakan apa yang baru saja Ameera katakan sama sekali tak ada berpengaruh apapun untuk nya.
"dan aku, bukan milikmu!" Seru Ameera, senyuman miring diwajah Aaron sirna begitu saja berganti sorot mata yang menajam, menatap Ameera yang berdiri dengan berani didepannya.
"aku pulang."
Ameera berbalik ingin menghilang dari hadapan Aaron, dengan denyut rasa sakit dikakinya Ameera bergegas untuk pergi, namun tangan Aaron lebih dulu mencekal dengan kuat sehingga membuatnya tertarik kebelakang dan meringis.
"sudah kubilang kau milik ku Ameera!" rahang Aaron mengeras seiring dengan giginya yang bergemeletuk menahan emosi yang membuncah.
Hilang sudah makan malam yang sempat tenang.
Ameera berusaha menghempaskan lengan Aaron darinya namun malah membuat cekalan itu semakin kuat
"aku bukan milikmu! Lepaskan aku atau aku akan berteriak!" ancam gadis itu, kemarahan Aaron semakin menjadi tatapannya kini benar benar sangat menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalen
RandomKelembutan, belum tentu menjamin cinta. Kejam, bukan berarti benar benar membenci. CopyRight2020. Kopiko_