Lisa berdiri di tepi danau kecil di belakang rumah keluarga Jeon. Memandang burung-burung kecil yang hinggap di atas bunga teratai dan terbang lagi mencari bunga lainnya. Disini sangat tenang, jauh dari keramaian kota.
Rumah keluarga Jeon memang luar biasa, berdiri diatas tanah hampir seluas lapangan bola. Ada dua bangunan disana, bangunan pertama adalah rumah utama dimana Tuan Lee, Jin dan Jisoo tinggal dan bangunan kedua yang lebih kecil dipakai Jungkook untuknya. Laki-laki itu memang lebih sering menyendiri, dia hanya datang ke bangunan utama untuk sarapan, makan siang dan makan malam.
Sebuah danau buatan menambah kesejukan tempat itu, pohon-pohon dengan daunnya yang rindang mendominasi pemandangan di sana. Tempat itu seperti tempat wisata yang asri saking banyaknya tanaman-tanaman cantik yang menghiasi dari gerbang utama sampai ke taman belakang. Semuanya adalah campur tangan Jisoo yang ingin mempercantik tempat ini. Pertama datang ke tempat ini, dia seperti melihat rumah yang tidak berpenghuni sangat gersang dan kaku. Karena dia satu-satunya wanita di rumah itu, dia merasa ingin membuat perubahan untuk keluarga ini. Perlahan dia membuat tempat ini kembali hangat, dan berharap menular pada penghuninya juga.
Dressnya yang sebatas lutut berayun ringan ketika angin menerpa tubuhnya.
Entah untuk ke berapa kali dia menghela napas, memikirkan ayah dan ibunya yang dia tinggalkan. Dia merasa sangat bersalah membuat ibunya menghadapi sikap dingin ayahnya sendirian di rumah sejak Lisa memutuskan pergi karena tidak ingin dipisahkan dari Jungkook.
Dia sebenarnya masih bimbang dengan keputusannya sendiri apakah ini benar atau ini hanya perasaan cintanya yang terlalu besar pada laki-laki itu hingga nekat pergi dari ayah dan ibunya. Tidak, perasaan cintanya tidak salah, yang salah adalah keadaan dan hati yang membatu yang dimiliki ayahnya. Ini adalah jalan hidupnya, dengan takdir yang mempertemukan mereka di dunia yang berbeda dengan dunia percintaan lainnya.
Lagipula dia sudah berjuang sejauh ini, tidak mungkin dia menyerah dan kembali ke rumahnya. Andaikan ada keajaiban yang bisa merubah hati ayahnya yang keras.
Lisa meremang ketika merasakan ciuman di lehernya dan tangan yang memeluknya dari belakang.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Sapuan hangat di telinganya membuat sesuatu dalam tubuhnya memercik. Jungkook benar-benar menggodanya.
"Aku hanya memikirkan ayah dan ibu."
Jungkook terdiam, meletakkan dagunya di bahu gadisnya.
"Kau ingin menemui mereka?"
Lisa tidak menjawab pertanyaan Jungkook, matanya menerawang.
"Maaf, kalau aku membuatmu berpisah dengan orangtuamu." Lanjut Jungkook.
Lisa memutar tubuhnya, berhadapan dengan wajah yang mulai membaik setelah keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu.
"Aku yang memilih jalanku sendiri, dan aku bahagia karena jalanku adalah melangkah bersamamu."
Jungkook menatap mata Lisa, masih ada kesedihan di dalamnya. Dan dia mengerti, itu adalah kerinduan Lisa pada orangtuanya. Dia sebenarnya tidak tega menatap sorot mata itu. Apakah ini semua karena dirinya, sehingga kekasihnya ini masih menyimpan kesedihan di tengah-tengah kebahagiaan yang mereka dapatkan sekarang. Tiba-tiba dadanya bergolak, apakah dia telah merampas putri yang sangat disayangi orang tuanya hanya untuk menyenangkan perasaannya sendiri.
"Aku telah mengambil kebahagiaan orangtuamu, aku seperti penculik putri mereka yang tidak berperasaan."
Lisa membelai rambut Jungkook yang mulai memanjang.
"Aku tidak akan memaksamu untuk hidup bersamaku, sementara kau sangat kehilangan orangtuamu." lanjut Jungkook mencoba menahan sesuatu yang akan meledak dari kepalanya.
"Maksudmu?" Sungguh Lisa merasa aneh dengan ucapan Jungkook.
"Sampai kapan kita akan seperti ini? aku sudah kehilangan seorang ibu dan aku sangat mengerti bagaimana rasanya jauh darinya. Apa kau tidak merasakannya? mungkin ibumu sedang menangis disana, meratapi kepergianmu...apakah kau tidak ingin kembali di tengah-tengah mereka lagi?" Suara Jungkook bergetar.
Ada apa dengan Jungkook, apakah dia akan menyerah dan mengembalikan Lisa pada keluarganya hanya karena melihat kesedihan di mata Lisa untuk ayah dan ibunya. Seharusnya dia memang tidak melangkah sejauh ini. Disaat rasa cintanya makin besar pada Lisa, dia harus melepasnya untuk kepentingan orangtuanya. Dia tidak ingin egois disaat ada perasaan seorang ibu yang terluka karena putrinya dia ambil.
Lisa memandang Jungkook dengan tanda tanya besar.
"Kenapa kau tiba-tiba bicara seperti ini? Kau ingin mengusirku dari sini?"
"Aku sudah terbiasa hidup sendiri, dan mungkin kehilanganmu bukan sesuatu yang berat untukku..." Entah kenapa kata-kata itu begitu saja keluar dari mulutnya. Sementara hatinya mati-matian menahannya.
Dada Lisa turun naik, dengan wajah yang menegang dia memukul dada Jungkook.
"Kau brengsek Jungkook, setelah aku berjuang bersamamu kau ingin menyerah dan mengembalikan aku pada keluargaku. Ternyata cintamu tidak sebesar yang aku punya..."
Dengan emosi Lisa berlari meninggalkan Jungkook yang membeku di tempatnya. Jungkook seperti kehilangan akal hanya karena dia tidak ingin gadis itu menyimpan kesedihan karena jauh dari orangtuanya. Dia rela bila memang harus berpisah dengan Lisa. Tapi dia lupa, Lisa mungkin bisa kembali di tengah keluarganya dan meninggalkannya. Tapi selamanya dia kan menjadi boneka ayahnya. Seperti tersadar telah melakukan kesalahan, dia mengejar Lisa yang sudah berada di rumah kedua.
Jungkook melihat Lisa sedang membereskan pakaian pada koper. Dia menarik tubuh Lisa ke pelukannya.
"Jangan pergi...tadi aku hanya sedang bingung."
Lisa mendorong tubuh Jungkook. Lisa kesal, ini kedua kalinya Jungkook bersikap seperti ini. Jungkook masih saja berpikiran untuk mengalah dan menyerah. Dirinya sendiri menutup mata untuk orangtuanya padahal dia tahu bagaimana kesepiannya nyonya Lee di rumah. Tapi dia yakin selama dirinya bahagia, ibunya akan ikut bahagia.
"Lepaskan, kalau kau memang tidak menginginkan aku. Aku akan pergi, aku akan kembali ke rumahku. Hidup bersama mereka lagi dan menerima siapapun laki-laki yang dijodohkan denganku... kau puas!"
Jantung Jungkook seperti diremas dengan kuat mendengarnya. Dia menarik tubuh Lisa yang meronta.
"Aku tidak akan bisa hidup tanpamu, aku tidak akan menyuruhmu untuk pergi lagi."
"Lepaskan Jung..." Lisa memukuli dada Jungkook, tapi tenaganya melemah seiring ucapannya pada pemuda di depannya.
"Kau benar sampai kapan kita akan seperti ini. Bersembunyi dari kenyataan kalau ternyata kita tidak bisa bersama."
Sakit, sakit sekali Jungkook mendengarnya, seperti sebuah keputusasaan dari tubuh kecil di pelukannya. Tidak, dia tidak akan melepaskan Lisa. Sudah cukup dia berpikiran seolah-olah dia ingin menjadi orang baik dengan mengalah pada keadaan. Tapi kenyataannya dia tidak akan pernah bisa menghindari perasaannya pada Lisa.
Sekali lagi dia menyakinkan gadisnya, untuk tetap bersamanya.
"Kita hanya membutuhkan waktu untuk restu ayahmu. Maaf...aku menarik kata-kataku tadi, aku bohong kalau aku bisa hidup tanpamu karena terbiasa sendiri. Aku tidak akan bisa... tidak akan bisa Lisa. Seharusnya aku tidak pernah meragukan cinta kita, maaf maafkan aku..."
Lisa membiarkan tubuhnya dipeluk erat Jungkook, sedetik kemudian tangannya perlahan naik membalas pelukan Jungkook.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
"NOT THE ROMEO AND JULIET STORY"
Storie d'amoreMereka memang bukan Romeo dan Juliet dan tidak akan berakhir seperti mereka..."Love is never end..."