Aku sangat terkejut setelah melihat semua tragedi yang tertangkap oleh kedua manik mataku. Ada rasa tak percaya dan tak yakin jika orang yang aku lihat tadi siang adalah Jason.
Malam ini, keluargaku terlihat baik-baik saja. Jason pulang tepat sesaat setelah aku selesai jalan dengan sahabatku, Anna.
Aku belum mengatakan apa pun padanya mengenai semua yang aku lihat tadi siang. Sebenarnya, aku ingin langsung membicarakan hal itu padanya. Namun, sangat tidak mungkin jika aku harus mengatakannya di depan kedua anakku.
Aku tak mau membuat Jason terlihat buruk di mata kedua anakku. Aku masih mempunyai perasaan akan hal itu. Lantas, aku memutuskan untuk membicarakan hal itu setelah makan malam.
Sejak Jason pulang kerumah, wajahnya terlihat sangat kusut, memperlihatkan jika ia memang benar-benar habis bekerja, tidak sedang senang-senang seperti lelaki yang kulihat di mall tadi siang.
Oleh karena hal itu, aku masih berpikir ulang untuk membicarakan hal itu dengan Jason. Aku takut jika ia akan berpikir jika aku menyudutkan dirinya dan karena hal itu bisa saja hubungan kami semakin renggang.
Tidak, aku tidak ingin hal itu terjadi.
Namun, di lain sisi aku sangat ingin mengetahui kebenaran mengenai apa yang aku lihat tadi siang. Perasaanku sangat meyakinkan diriku jika lelaki itu adalah Jason dengan wanita lain yang sama sekali tak kukenal.
Tetapi, jika dilihat dari wajah kusam Jason sehabis kerja tadi sore itu sangatlah tidak mungkin. Jika siang tadi ia tengah bersenang-senang seharusnya ia pulang juga dengan wajah yang berbinar.
Setelah makan malam selesai, aku melihat Jason bermain dengan Beno dan Lea. Mereka terlihat tengah berbincang dengan asik.
Rasa ingin tahuku pun muncul detik itu juga. Aku langsung bergabung dengan mereka dan ikut tertawa bersama.
Aku melihat Jason terlihat baik-baik saja. Maksudku, ia sama sekali tidak tengah menutupi apapun dariku. Terlihat dari gaya bicaranya dan gerak-geriknya yang terlihat nyaman denganku. Ia sama seperti Jason yang aku kenal dulu.
Jarum jam telah menunjukkan pukul sepuluh. Ini sudah saatnya bagi Beno dan Lea untuk segera pergi ke kamar setelah mereka menghabiskan beberapa film yang kita tonton beberapa saat yang lalu.
Seperti biasa, aku dan Jason mengantar Beno dan Lea ke kamarnya masing-masing, memberikan kecupan hangat dan meninggalkan mereka.
Dan inilah saat yang aku tunggu sejak tadi. Saat dimana aku ingin mengungkapkan beberapa pertanyaan yang terngiang di otakku sejak tadi siang.
Aku mendapati lelaki itu tengah sibuk dengan beberapa kertas yang berada di hadapannya dan juga laptop bewarna silver tersebut. Sungkan rasanya jika aku harus membicarakan hal penting ditengah kesibukannya seperti itu.
Namun, perasaanku masih terus bertanya tanya hingga detik ini. Perlahan, aku mendekati lelaki yang tengah sibuk dengan pekerjaannya itu.
Ia belum merespon ketika aku duduk tepat disampingnya. Tubuhku tak bisa melakukan apa pun, seakan beku begitu saja ketika aku duduk tepat disampingnya. Hanya kedua manik mataku saja yang mampu bergerak, terus menatap gerak tubuhnya dari samping.
"Jason"
Sejenak aku memanggil namanya, berharap jika ia langsung merespon. Namun sayangnya, ia masih setia dengan tumpukan kertas dihadapannya dan mengabaikan diriku.
"Ada yang ingin kutanyakan padamu"
Jemari lentiknya yang tengah menarik diatas keyboard laptop itu terhenti, menatap lurus kedepan dan setelahnya ia menatapku dengan wajah datar.
"Apa?"
Aku meneguk salivaku susah payah ketika manik matanya yang bewarna coklat gelap itu menatapku dengan lekat seakan ia mampu menusukku hanya dengan tatapan mata saja. Setelah semua keberanianku terkumpul, aku memberanikan diri untuk mengungkapkan semua pertanyaan yang terus terngiang dipikiranku.
"Apakah tadi siang kau benar berada di kantor?"
Ia terdiam, masih menatapku lekat tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Iya" jawabnya singkat sembari mengangguk setelahnya ia kembali fokus pada kertas dan laptop yang berada di pangkuannya.
Aku kembali terdiam. Entah mengapa, rasa ingin tauku untuk mencari kebenaran hilang begitu saja setelah mendengar jawaban singkat yang ia berikan. Jujur, aku belum puas dengan ucapannya, aku ingin mengetahui lebih. Namun, aku tak ingin kembali menganggunya.
"Mengapa kau bertanya seperti itu?"
Aku mendongak ketika mendengar suara bariton itu menggema diseluruh penjuru ruangan. Kedua manik mataku menatap dirinya yang masih sibuk dengan pekerjaannya itu. Walau ia tak melihatku namun entah bagaimana caranya, ia bertanya seperti itu padaku seakan ia mengetahui jika aku memang belum puas dengan jawaban yang ia berikan.
Air liurku kembali kuteguk dengan susah payah, takut jika aku akan membuat moodnya hancur atau bahkan lebih parah dari itu. Karena sebelumnya, kami memang sama sekali tidak pernah membahas tentang orang ketiga di pernikahan kami.
"Tadi siang aku melihat lelaki yang mirip denganmu tengah belanja dengan wanita yang mengenakan dress selutut bewarna merah muda"
Sebisa mungkin aku tidak menambah-nambahkan setiap kata yang terucap. Aku hanya mengucapkan apa yang aku lihat tadi siang sewaktu aku berjalan dengan Anna. Itu saja.
Namun, hal yang menarik perhatianku adalah Jason menghentikan segala aktivitasnya setelah aku berucap seperti itu. Tak lama setelahnya, ia kembali melanjutkan pekerjaannya itu.
"Lalu? Menurutmu lelaki yang kau lihat tadi siang adalah aku?" tanyanya dengan jari yang masih menari diatas keryboard.
Aku diam mematung ketika Jason melontarkan kalimat itu, kalimat yang menyudutkan diriku, pikirku. Aku masih tak bisa berkata-kata, mencerna kalimatnya saja aku membutuhkan waktu beberapa detik.
"Apa kau sudah tidak percaya denganku?"
"Tidak. Bukan itu maksudku. Aku hanya berkata jika aku melihat lelaki yang mirip denganmu di mall tadi siang. Itu saja. Bukan berarti aku menuduhmu jika kau adalah lelaki yang tadi siang aku lihat, Jason"
Lelaki itu tiba-tiba saja menutup laptopnya, membuatku sedikit terkejut melihatnya. Ia mengalihkan pandangannya padaku, menatapku dengan tatapan yang tajam.
"Jika begitu, berhentilah membahasnya" ujarnya dan setelahnya lelaki bernama Jason itu pergi meninggalkanku.
Hah?!
Apa katanya?!
Berhenti membahasnya? Bukankah aku hanya menanyakan hal yang sepele? Lantas mengapa ia harus semarah itu padaku?
Perasaanku tak enak. Aku yakin pasti ada sesuatu yang tak beres dengannya. Aku harus menyelidikinya dan segera menyelesaikannya.
~~~~~
Hai guys, ketemu lagi sama aku.
Gimana puasa hari ini? Lancar kan?
Aku mau ngucapin terima kasih buat kalian yang sudah mau menunggu cerita ini selama aku hiatus. Maaf aku hilang dari dunia orange ini cukup lama karena banyak keperluan dunia nyataku yang belum terselesaikan. Setelah keperluan dunia nyataku selesai, ternyata untuk balik nulis lagi itu susahnya minta ampun, padahal selama karantina aku selalu rebahan dan pastinya banyak waktu luang. Aku terlalu malas buat nulis, alasan itulah yang membuatku belum ngelanjutin apa pun di dua ceritaku.
Tapi kalian tenang saja, doain aku supaya bisa rajin lagi nulisnya supaya bisa cepet namatin cerita ini. Pokonya terima kasih banget buat kalian yang selalu nunggu ceritaku.
Btw, minggu depan aku belum bisa janji buat update rutin seperti dulu, tapi aku usahain ya buat update seminggu sekali 👌
Sampai jumpa di lain waktu 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mr. Dangerous
Romance[Sequel Among Mr. Dangerous] ~~~~~~ Setelah bertahun-tahun menjalani hidupnya seorang diri, akhirnya gadis bernama Andrea Alousita itu berhasil menemukan lelaki yang pantas untuk berdampingan dengannya. Mereka telah berjanji satu sama lain jika mer...