20.0

315 5 10
                                    

Happy reading 👩‍💻
Jangan lupa tinggalkan jejak ❤

~~~~~~

"Apa aku berhasil menghancurkan pernikahanmu?"

Aku terdiam beberapa saat, mencoba meredam amarahku yang hendak memuncak, bahkan semenjak aku melihat wajahnya saja, aku sudah muak dan terhanyut akan amarah.

"Jika kau pikir pernikahan adalah sebuah perlombaan, maka, selamat kau berhasil memenangkannya"

Wanita berambut pirang itu tersenyum miring padaku, senyum iblis yang sangatlah jahat. Ia mengibaskan rambutnya yang panjang itu lalu duduk di hadapanku.

Ia terus menatapku dengan tatapan meremehkan, senyum iblisnya pun masih terpampang jelas menghiasi wajahnya.

"Perlombaan, ya? Uhm, itu terdengar bagus juga" ujarnya sembari mengambil sebuah kentang gorengku tanpa ijin.

Aku hanya bisa terdiam sambil sesekali aku menelan air liurku, mencoba menahan diri agar tidak terbawa emosi dan akan marah bak orang kesetanan.

Aku tau, kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku melakukan ini semuanya. Jawabannya mudah saja.

Aku hanya menarik simpati orang-orang disekitarku karena aku tak ingin merusak citraku yang terlihat tenang di depan publik. Aku yakin, setelah pertemuan ini, berita akan pernikahanku akan semakin memanas.

Banyak orang di tempat ini yang sama sekali tidak aku kenal. Bisa saja salah satu dari mereka adalah wartawan dan bisa jadi juga orang-orang awam yang hanya menjadi pembaca berita pun juga ikut andil dalam hal ini.

Merekam lalu menyebarkannya.

"Apa maumu?"

Kuulang kembali pertanyaan yang sempat ia abaikan. Aku masih tak paham dan tak bisa menebak jalan pikirannya. Apa keperluannya hingga harus menemuiku empat mata seperti ini.

"Tidak ada, aku hanya ingin melihat kondisimu saja" ujarnya dengan senyum miring

Aku menghela napas panjang, memejamkan mataku sejenak sembari merapalkan kata-kata 'Ia hanya secuil bakteri dalam hidupmu. Semua akan baik-baik saja, Andrea.'

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik dan tak kekurangan sesuatu apa pun." Ujarku setenang mungkin

"Tak kekurangan sesuatu apa pun? Apa aku tidak salah dengar?"

Aku terdiam beberapa saat, menatapnya dengan mata yang menyipit. Kuputar kembali perkataanku beberapa saat yang lalu di otakku. Menurutku, tidak ada yang salah. Lantas, mengapa wanita jelmaan ular ini mengatakan hal itu padaku?

"Bagaimana dengan suamimu? Bukankah itu adalah 'sesuatu' yang hilang dari hidupmu?"

"Jason?" Aku tersenyum tipis padanya.

"Mungkin, hubungan kami memang sudah ditakdirkan seperti itu. Dia akan menjadi milikmu sekarang, namun, suatu hari nanti bisa jadi ia menjadi milik orang lain."

Aku terdiam sejanak, menjeda setiap perkataan yang keluar dari bibirku.

"Semua itu rahasia, bukan? Tidak ada yang pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan."

Lagi-lagi, wanita berambut pirang itu tersenyum miring padaku, kembali mengambil satu buah kentang goreng dihadapanku.

"Bilang saja jika kau iri padaku karena tak berhasil mempertahankan pernikahanmu" sindirnya sembari menatapku dengan tatapan tajam

'Andrea, coba tenangkan dirimu. Jangan sampai kamu melempar wanita dihadapanmu ini dengan sepiring kentang goreng.' Kuhela napas panjang untuk yang kesekian kalinya, mencoha untuk tetap tenang dan tidak meluapkan emosiku begitu saja.

"Iri denganmu? Untuk apa aku iri dengan wanita perusak rumah tangga orang lain?"

Kujeda perkataanku sejenak.

"Aku bahkan tak selevel denganmu."

Wanita berambut pirang itu terlihat terpancing emosi. Telapak tangannya menggebrak meja dihadapaku. Tatapannya seakan ingin melahapku. Namun, aku tetap mencoba tenang dan kembali menghela napas untuk yang kesekian kalinya.

"Apa maksudmu berkata seperti itu?!"

"Tidak ada. Namun, jika kau marah berarti apa yang aku katakan adalah benar."

Lagi-lagi, wanita berambut pirang itu kembali menggebrak meja dihadapaku. Bahkan, kini semua orang mengalihkan perhatiannya pada meja kami.

"Berani-beraninya kau bicara seperti itu padaku!"

"Memangnya kau siapa hingga aku harus denganmu? Kau dan aku sama-sama makan nasi. Jadi, tidak ada yang perlu kutakutkan darimu."

Wanita berambut pirang yang bernama Laura itu berdiri dari tempatnya, menyambar minuman dihadapaku, dan menyirimkannya padaku hingga wajah, rambut, dan tubuhku basa kuyup. Seketika, semua orang benar-benar mengalihkan perhatiannya pada kami.

"Kau akan menyesal dengan semua ucapanmu!"

Lantas, wanita berambut pirang yang berjiwa iblis itu pergi dari hadapanku, meninggalkanku yang telah basah kuyup.

Sesaat setelah Laura benar-benar keluar dari resotaran, banyak orang bekerumun datang menghampiriku. Mereka membantuku untuk membersihkan bajuku dan juga rambutku.

Bahkan, salah satu dari pegawai restoran itu meminjamiku sebuah sweater.

------

"Jika kau sudah membaca pesan ini, maka kau harus tau jika ini semua bukanlah mauku. Semuanya bermula saat aku bertemu dengan Matt untuk pertama kalinya"

Laura Auristela Rodriguez

































Married With Mr. Dangerous Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang