12.0

143 2 0
                                    

Maaf ya typo bertebaran 🙏
Happy reading dan jangan lupa tinggalkan jejak ❤

~~~~~~

Hari ini sudah hari ke seratus lima puluh enam sejak aku memutuskan dan mengatakan pada Jason jika aku akan tetap mempertahankan pernikahan kami. Bukan mempertahankan, namun lebih tepatnya memilih untuk tidak membuat kecewa kedua buah hatiku, Beno dan Lea.

Jason setuju mengenai hal itu, ia juga akan mempertahankan pernikahan kami, sama sepertiku yang memiliki alasan jika ia juga tidak ingin membuat Beno dan Lea kecewa. Namun, ada suatu hal yang tak ia ucapkan saat itu.

Ia sama sekali tak berkata atau bahkan berjanji padaku jika ia akan meninggalkan kekasih gelapnya, Laura.

Sedih rasanya ketika lelaki yang menjadi pujaan hatiku selama beberapa tahun ini, kini sudah tidak sepenuhnya menjadi milikku, hanya raganya saja namun tidak untuk pikiran dan perasaannya. Aku sangat yakin jika hati dan pikirannya kini sudah dipenuhi dengan nama Laura disana.

Seakan mencoba untuk acuh dan tidak memedulikan hal itu dan mencoba untuk menutup mata, namun semua hal yang aku lakukan itu justru membuat perasaanku semakin hancur. Dan hampir setiap malamnya, aku menangis akan hal itu.

Pilihan yang kuambil memanglah bodoh, mau bertahan dengan orang yang sudah kau tau jika ia sudah tidak menjadi milikmu lagi. Namun, seperti yang sudah kubilang, banyak pertimbangan yang harus kupikirkan. Mengenai Beno dan Lea juga mengenai masalah finansial.

Sebenarnya, secara manusiawi jika kami berpisah, Jason harus tetap membiayai seluruh kebutuhan anaknya, setidaknya untuk masalah sekolah dan lain-lain. Tapi, aku sedikit tidak yakin mengenai hal itu.

Jika kami memutuskan untuk berpisah alasannya adalah karena Jason sudah memiliki kekasih baru dan aku sangat yakin, setelah kami berpisah, mereka akan menikah. Hal yang paling kutakutkan adalah ketika Jason memutuskan untuk menghentikan memberi anak-anaknya tunjangan finansial dan perhatian kasih sayang kepada mereka. Jika hal itu terjadi, Beno dan Lea bisa terlantar karena aku tidak memiliki pekerjaan apa pun, mereka juga akan menjadi anak yang kurang kasih sayang sehingga membuat mental mereka sakit.

Semua hal tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Semua bisa saja terjadi hanya dalam sekejap. Seperti hubungan gelap Jason dan Laura, mereka bisa saja tiba-tiba memutuskan untuk menikah dan menedang kami. Aku, Beno, dan Laura.

Meskipun kami memutuskan untuk tidak berpisah, tapi aku tak ingin menutup mata jika suatu hari nanti hal itu akan terjadi. Bagaimana pun juga, kita hidup juga harus berpikir mengenai hal terburuk karena jika kita memikirkan hal itu sedini mungkin setidaknya kita sudah mempersiapkan semuanya sehingga ketika hal terburuk itu benar-benar terjadi, kita tidak perlu terkejut.

Bukannya tidak perlu terkejut. Sebenarnya kita akan tetap terkejut, hanya saja setidaknya kita tidak perlu pusing untuk memikirkan hal kedepannya setelah hal terburuk itu terjadi. Seperti kata peribahasa, sedia payung sebelum hujan.

Aku tak ingin mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya, terburu-buru memutuskan suatu hal tanpa memikirkan hal terburuknya. Ya, pernikahan ini aku putuskan hanya dalam sekejap tanpa memikirkan hal terburuknya.

Dan aku belum siap akan perubahan yang semesta inginkan.

Untuk menjawab semua pertanyaanku itu, aku memutuskan untuk kembali bekerja. Kerjaan apa pun itu akan aku terima selagi gaji yang aku dapat cukup untuk kebutuhan kami, aku, Beno, dan Lea.

Aku menghubungi beberapa teman lamaku untuk kumintai bantuan. Anna, Eca, dan Anggita. Aku mulai menelpon mereka satu persatu dan berkata jika ada lowongan pekerjaan tolong hubungi diriku.

Namun, yang terdekat dengan tempat tinggalku adalah Anna. Hanya dia yang menjadi harapanku. Aku juga mencari beberapa lowongan kerja di surat kabar maupun media sosial.

Aku sungguh tak menyangka jika Anna lebih dahulu menghubungiku jika ada lowongan kerja di restoran miliknya. Tapi, ia meminta maaf padaku jika lowongan kerja itu hanya sebagai pelayan.

Aku sama sekali tidak mempermasalahkan akan hal itu, aku justru sangat senang mendengarnya karena hanya dalam sekejap aku sudah mendapat pekerjaan. Sontak, aku langsung menyetujui untuk bekerja di restorannya. Keesokan harinya, aku langsung datang ke restoran mewah tersebut lengkap dengan pakaian rapi.

Sesampainya disana, Anna langsung menyapaku dengan pelukan hangat. Dipelukannya itulah, aku hampir saja meneteskan air mata. Lantas, aku segera melepas pelukan hangatnya tersebut, mengerjapkan kedua manik mataku beberapa kali dan berharap jika air mata yang sudah menggenang di kelopak mataku segera menghilang.

Untung saja, Anna tidak menyadari hal itu sehingga aku tidak perlu repot-repot untuk menjelaskan semuanya padanya.

Wanita yang kini menjadi bosku itu bertanya padaku, apa ada masalah yang menimpa diriku hingga aku harus bekerja sebagai pelayan restoran. Saat itu aku hanya menjawab jika aku suntuk untuk tetap di rumah selama dua puluh empat jam setiap harinya. Aku ingin lebih produktif.

Wanita itu juga bertanya padaku, mengapa aku tidak meminta pekerjaan saja pada suamiku, Jason. Dan saat itu aku hanya berkata jika aku tidak ingin mendapat pekerjaan bagus karena orang lain. Aku hanya ingin lebih mandiri saja, memulainya dari nol tanpa harus berurusan dengan orang lain.

Saat itu, sahabat sekaligus bosku itu justru memujiku dan berkata jika aku sangatlah keren karena mau bekerja menjadi pelayan padahal aku memiliki suami seorang pengusaha sukses. Aku hanya tertawa mendengarnya, andai saja ia tau apa yang tengah terjadi pada pernikahanku.

Hari ini adalah hari ke delapan puluh dua aku bekerja sebagai pelayan di restoran ternama milik sahabatku, Anna.

Married With Mr. Dangerous Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang