18.0

169 5 9
                                    

Selamat Membaca 🙂
Jangan lupa tinggalkan jejak 😊

~~~~

Hari demi hari terus berlalu. Seperti biasa, aku menjalani hari-hariku dengan kesedihan. Ya, kesedihan yang selalu menghampiriku setiap detiknya.

Ini sudah satu minggu lebih sejak kejadian malam itu. Kejadian dimana Jason, suamiku, berkata jika sebenarnya ia tak ingin meninggalkanku.

Malam itu, aku membiarkan dirinya untuk tidur dan membantunya mengganti pakaiannya. Setelahnya, aku kembali ke sofa dan terdiam, mencoba menerka-nerka maksud dari perkataannya.

Sejak malam itu juga, hari-hariku yang biasanya menyedihkan kini bertambah menjadi bertanya-tanya. Ya, aku selalu menerka-nerka apa maksud dari perkataannya.

Sudah satu minggu juga, aku menjalani hari-hariku seperti biasa, pergi bekerja ke restoran milik sahabatku dan mengurus kedua buah hatiku sebaik yang aku bisa.

Oh ya, aku juga tak lupa untuk bersandiwara di hadapan kedua buah hatiku.

Meski pun publik sudah mengetahui permasalahan kami, namun, Beno dan Lea sama sekali tak mengetahui hal itu mengingat mereka masih balita yang tak paham mengenai masalah orang tua.

Di dunia yang sudah serba digital dan modern seperti ini, tak menutup kemungkinan jika ada beberapa anak yang tak memiliki ponsel pintar, seperti Beno dan Lea. Sejak awal, aku dan Jason sudah setuju agar tidak membiarkan mereka berdua jatuh terlalu jauh ke dalam semua yang ada di ponsel pintar itu.

Aku dan Jason melakukan ini semua karena kami tak ingin jika Beno dan Lea menjadi anak yang pembangkang dan individualis. Kami tau betapa mengerikannya gawai pintar itu hingga bisa merubah pribadi seseorang.

Namun, sebuah peristiwa terbesit di benakku begitu saja. Sebuah peristiwa dimana beberapa wali murid di sekolah Beno bertanya padanya mengenai masalah keluarganya. Waktu itu, aku yang melihatnya segera menghampiri Beno dan langsung meninggalkan wali murid itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Sedih rasanya ketika permasalahan kami menjadi perhatian publik. Namun, memang inilah keputusan yang aku ambil dan aku harus siap akan semua konsekuensinya.

Selama seminggu juga, aku membungkam mulutku agar tidak membeberkan apa pun mengenai perkataan Jason yang tengah mabuk malam itu.

Aku tak menceritakannya pada Anna maupun pada Matt. Tidak juga pada publik maupun pada Regan. Kali ini, aku ingin menyelesaikan teka-teki ini sendirian.

Meskipun pada kenyataannya, aku sama sekali tidak bisa menyelesaikan teka-teki ini.

Selama seminggu, aku mencoba mencari petunjuk atau clue dari berbagai akses atau cara yang bisa aku lakukan agar aku bisa mendapatkan petunjuk yang aku cari.

Namun, nihil. Semua yang aku lakukan berakhir sia-sia. Tidak ada clue atau petunjuk yang bisa aku dapatkan. Selama seminggu ini, aku hanya mendapatkan Jason yang semakin jauh dariku ataupun dari kedua buah hatiku.

Aku rasa, ini sudah saatnya kami berpisah, melihat jika Jason sama sekali sudah tidak peduli dengan kami. Jadi, sudah tidak ada alasan lagi bagi kami untuk tetap bertahan.

Siap atau tidak, aku harus sanggup menerima semua konsekuensi dari pernikahan yang kami bangun sejak awal.

Kuraih ponsel bewarna putih yang tak jauh dariku. Jemariku mulai menari-nari di layar ponsel yang menampilkan layar utama yang penuh warna. Kubuka mobile banking milikku, melihat jumlah uang yang aku kumpulkan selama ini. Kuhela napas cukup panjang dan menghembuskannya.

Baiklah. Uang yang aku kumpulkan ini cukup atau tidak harus bisa untuk biaya sekolah kedua buah hatiku. Selanjutnya, aku akan bekerja lebih giat agar bisa menghasilkan uang lebih banyak. Dan itu semua aku lakukan untuk kedua buah hatiku.

Aku sudah tak peduli lagi dengan permohonan Jason yang mungkin ia akan memintaku untuk tidak berpisah dengannya. Mungkin, ia akan memberikan alasan yang sama seperti dulu. Beno dan Lea. Itu adalah alasan terkuat mengapa kami masih bertahan hingga detik ini.

Jika ia masih mempermasalahkan hal itu, maka mulai detik ini, aku tidak akan mengindahkan perkataannya itu. Persetan dengan itu semua. Aku yakin jika semua yang ia katakan hanyalah bualan semata.

Baiklah, Andrea. Kau bisa melupakan itu semua untuk semantara waktu. Okay, saatnya bermain sosial media dan mencari berita baru hari ini.

Jemariku kembali menari-nari diatas layar ponsel, membuka satu persatu sosial media. Tak terasa tiga puluh menit telah berlalu. Selama tiga puluh menit juga, aku melihat teman-temanku yang menjalani kehidupannya dengan bahagia.

Jujur, aku iri dengan mereka semua yang memiliki keluarga kecil dan hidup bahagia, seakan tak ada beban atau masalah dalam hidupnya sekecil apa pun itu. Namun, aku mencoba untuk tidak terlalu percaya dengan semua yang mereka posting di media sosial karena aku yakin hanya hal-hal baik saja yang mereka posting selebihnya mereka akan menyembunyikan kesedihan yang mereka alami.

Baiklah, Andrea. Hilangkan rasa iri hatimu dan lupakan mengenai sosial media yang bisa membuatmu merasa gila.

Jemariku kembali menari-nari diatas layar ponsel, mencari berita hangat yang bisa menenangkan diriku. Ah, ketemu. Sepertinya ini merupakan berita terpanas akhir-akhir ini. Mengingat aku sering melihat berita ini, namun aku tak pernah membukanya karena akhir-akhir ini aku cukup sibuk mengurus rumah dan pekerjaan.

Kutekan layar ponselku dan seketika berita itu terpampang jelas di layar ponselku. Kubaca setiap rentetan kata yang tertulis disana. Dan aku menyadarinya, jika itu adalah berita tentang Jason dan keluargaku.

Disana terlihat jelas wajah Jason yang tampan dengan mengenakan setelah jas bewarna abu-abu, warna kesukannya. Diweb itu juga ada sebuah video dan tertulis bahwa itu adalah video klarifikasi Jason pada awak media.

"Bagaimana pendapat anda mengenai berita akhir-akhir ini? Apa semua itu benar?"

Jason terlihat mengangguk dengan tatapan tajam.

"Lantas, apa yang akan lakukan selanjutnya?"

"Rumah tangga saya memang lagi bermasalah. Namun maaf, saya tak bisa mengungkap dengan rinci mengenai apa yang tengah terjadi pada kami."

"Dan untuk kedepannya, saya akan meninggalkan istri saya."

Deg

Jason terang-terangan mengatakan pada  publik jika ia akan meninggalkan keluarganya. Kututup layar ponselku dan melemparnya begitu saja. Semua harapan yang selalu kubayangkan musnah seketika.

Baiklah, Andrea. Lupakan tentang perkatannya malam itu. Ia pasti hanya membual.

Married With Mr. Dangerous Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang