The Truth Of the Day

333 6 7
                                    

Fresh from ovennnn 🙃
Happy reading 😉

~~~~~~

Hari ini adalah hari terakhir dimana aku akan mengakhiri semua penderitaan ini. Hari ini adalah hari yang kesekian ratus dimana aku merasakan hari-hari pahitku. Dan, dihari ini pula adala saat dimana aku bebas dan melepaskan semuanya, mengikhlaskan semua kenangan-kenangan buruk dan terus menjalani kehidupan ini.

Jika kalian bertanya, apakah ini semua adalah hal yang paling kuinginkan, maka dengan lantang aku akan menjawab tidak. Meskipun ini adalah saat dimana aku akan bahagia, namun nyatanya, ini semua bukanlah yang aku inginkan.

Jika kalian bertanya, apa yang aku rasakan dalam lubuk hatiku, maka aku akan menjawab jika kehidupan yang sempurna adalah hal yang aku inginkan. Namun, aku sadar jika didunia ini tidaklah ada yang sempurna. Termasuk kehidupan seseorang sekaligus.

Meskipun banyak orang yang menganggap kehidupan orang lain sempurna, namun nyatanya kehidupan mereka tidaklah sesempurna yang orang lain lihat.

Rumput tetangga selalu lebih hijau.

Huft, sulit memang untuk menerima ini semua. Namun, kita tidak bisa langsung menyerah dan mengakhiri kehidupan ini hanya karena sebuah masalah. Sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, menyerah bukanlah salah satu sebuah penyelesaian.

Kita sebagai manusia yang merupakan makhluk terpintar di muka bumi ini, yang memiliki akal sehat diharuskan untuk tidak mudah menyerah. Memang seperti itulah kita. Diciptakan dan dikonsep sedemikian rupa agar bisa menghadapi ini semua.

Baiklah, sekarang kalian bisa melupakan sejenak mengenai semua celotehan singkatku yang terlalu berteori. Hari ini adalah hari dimana aku akhir mengakhiri semua ini, seperti yang kukatakan sebelumnya.

Hari ini adalah hari dimana aku akan mengikuti persidangan di pengadilan.

Beberapa hari yang lalu, aku sudah menyiapkan berkas-berkas yang kubutuhkan, mengajukan gugatan cerai, mencari pengacara dan menyiapkan saksi.

Anna dan William adalah satu-satunya saksi yang mengerti apa yang terjadi pada pernikahan kami.

Aku sangatlah gugup. Keringat dingin terus bercucuran membasahi tubuhku. Pikiranku kacau, sangat kacau. Bahkan, aku sama sekali tak bisa fokus sejak tadi pagi.

Aku tak tau apa yang tengah terjadi pada diriku. Aku bingung. Aku tak tau apakah perceraian merupakan pilihan yang tepat untukku.

Beberapa bulan yang lalu, aku sempat bertanya pada sahabatku, Anna, mengenai apa yang harus kulakukan mengenai pernikahanku dengan Jason.

Ia tak memberikanku sebuah jawaban. Justru, ia berceloteh panjang lebar dan memberikanku seluruh keputusan berada di tanganku. Ia berkata, jika apa pun keputusan yang aku pilih, ia akan selalu mendukungku dan tak akan meninggalkanku.

Meninggalkan.

Sebuah kata yang sangat melekat di pikiranku. Jika dulu Jasonlah yang berkata jika ia tak akan meninggalkanku, maka semua itu kini hanyalah sebuah kenangan.

Kenangan hanyalah sebuah angan-angan yang tak mungkin terulang lagi. Mungkin, kenangan itu akan terulang kembali, namun hanya sekian persen saja. Untuk terjadi seratus persen, kurasa itu agak tidak mungkin dan tidak masuk akal.

Namun, tak apa. Setidaknya, masih ada teman-temanku yang masih setia menemaniku, mendukungku dan selalu memelukku dalam kondisi apa pun.

Kurasa, hanya merekalah yang kupunya untuk saat ini. Hanya sahabatku dan kedua buah hatiku.

Aku yakin, suatu hari nanti, aku akan menemukan kebahagiaan yang mendalam. Lebih mendalam dari yang aku rasakan saat ini.

William tengah mengendarai mobil yang kami tumpangi. Disebelahanya, disamping kursi kemudi ada Anna yang selalu menemani.

Married With Mr. Dangerous Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang