10.0

174 3 0
                                    

Happy Reading 😊
Jangan lupa tinggalkan jejak ❤

Beberapa bulan kemudian

Pantai, suatu tempat yang dapat membuat seseorang melupakan segala permasalahan hidupnya dalam sejenak. Tempat dimana semua orang menyebutnya sebagai tempat relaksasi dimana secara tidak sadar kita direlaksasi untuk melupakan kejenuhan yang selama ini terjadi di kehidupan kita masing-masing, secara personal tentunya.

Tetapi menurutku, tidak semua tempat dapat membuatku merasa nyaman. Termasuk pantai, tidak semua pantai bisa membuatku tenang dan melupakan segalanya walau hanya sejenak. Entahlah, aku tak tau bagaimana dengan semua itu bisa terjadi namun nyatanya memang seperti itu.

Selain tempat atau destinasi wisata yang menjanjikan kita dapat menenangkan pikiran kita ada hal lain juga yang menjadi faktor pendukung. Faktor pendukung itupun bisa berbeda setiap orang. Ada yang tidak mempunyai faktor pendukung tersebut namun ada juga yang menganggap bahwa faktor pendukung itu merupakan hal yang sangat penting.

Jika aku adalah orang yang menganggap jika faktor pendukung itu antara penting dan tidak penting, alias opsional. Jika ada juga bagus dan tidak ada pun juga tidak masalah. Semudah itu memang.

Seperti saat ini, aku masih belum mengerti bagaimana aku bisa menginjakkan kedua kakiku di tempat ini. Tempat dimana ombak terus menyapu daratan tanpa henti. Mereka bilang jika kita pergi ke tempat ini, maka kita akan mendapatkan sensasi yang tak bisa dibayangkan. Relaksasi. Ya, itulah yang mereka promosikan kepada kami.

Tak henti-hentinya kedua manik mataku bergerak kesana kemari dengan senyum tipis yang sengaja aku buat supaya setidaknya perasaanku juga bisa ikut bahagia seperti senyum palsuku ini.

Namun, sudah seharian penuh aku berada di tempat ini, perasaanku tetap saja masih sedih, belum bisa bahagia seperti senyum palsuku ini. Aku lelah sudah membuat senyum palsu ini, lantas aku mengendurkan sudut bibirku dengan tatapan lurus ke depan.

Kedua manik mataku terus mengamati lautan yang tak ada ujungnya sambil sesekali aku merasakan hempasan air yang menerpa kakiku. Sedikit membuat tubuhku terhuyung akan hal itu dan sesekali juga aku berusaha untuk kembal menegakkan tubuhku agar tidak mengikuti ombak tersebut.

Aku tersontak kaget ketika seseorang meraih jemariku, mengenggamnya dengan erat. Lantas, aku mendongak ke arahnya, disana lelaki bermanik mata coklat gelap itu menatapku, tepat diatasku. Sinar matahari yang berada diatasnya membuatku sedikit silau untuk menatapnya dengan jelas.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

Lelaki itu bertanya padaku dan aku yakin jika itu adalah Jason. Meskipun aku tidak bisa melihatnya dengan jelas bukan berarti aku tidak mengenali suamiku. Hanya dengan aroma parfum yang ia gunakan saja aku sudah tau jika ia adalah suamiku.

Aku menghela napas, kembali menatap lurus ke depan dengan senyum palsu. "Aku hanya ingin mencari udara segar saja" ujarku asal.

"Mencari udara segar? Mengapa kamu tidak mendapatkannya di halaman rumah saja? Itu lebih efisien"

Lagi, ia menghujaniku dengan pertanyaan. Benar juga mengenai apa yang Jason katakan. Mengapa aku tidak mendapatkannya dihalaman rumah saja? Lagipula, halaman rumah kami cukup asri walau hanya untuk mecari udara segar saja. Efisien. Alasan itu juga masuk akal, sangat masuk akal. Halaman rumah sangat dekat denganku, aku juga tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk hal itu.

Ah, Jason memang selalu bisa membuatku bingung dan kehabisan kata-kata!

"Aku sudah bosan melihat halaman rumah kita. Aku ingin mencari pemandangan yang berbeda."

"Pemandangan yang berbeda? Tapi, kamu sudah berkali-kali pergi ke tempat ini. Mengapa tidak mencari pantai yang lain?"

"Karena aku merindukan tempat ini"

"Ah, aku kira kamu ingin bertemu dengan seseorang"

Perkataan Jason beberapa saat yang lalu berhasil menarik perhatianku. Lantas, aku menoleh ke arahnya, mendongakkan wajahku di bawah silau matahari yang menyakiti pandanganku. "Maksudmu?"

Lelaki yang tadi menatap lurus ke depan itu menundukkan wajahnya, menatapku tepat di bawah terpaan sinar matahari. "Tidak, aku hanya berkata saja"

Aku adalah manusia yang penuh akan rasa ingin tau. Tidak cukup rasanya jika hanya mendengar penjelasannya yang tak membuatku puas. Lantas, aku menyeret dirinya ke suatu tenpat yang agak sepi dan jauh dari keramaian.

Seketika, aku mulai menghujaninya dengan berbagai pertanyaan atas perkataannya yang berhasil membuat hatiku sedikit tersentil.

"Mengapa kamu membawaku kemari?"

Jemari kami yang sebelumnya saling terpaut pun kita terlepas begitu saja. Bukan karena sebuah ketidaksengajaan namun, aku memang sengaja melepas jemarinya yang kekar itu. Kulempar tatapan penuh tanya dan agak mematikan padanya.

"Apa maksudmu berkata seperti itu?"

Kulihat ia sedikit terkejut setelah aku mengatakan hal itu padanya. Lelaki itu menyipitkan kedua manik matanya, menatapku sembari meraih jemariku. Namun, aku kembali menjauhkan jemariku darinya.

Lelaki bernama Jason yang kini sudah menjadi suamiku itu menatapku penuh tanya. Keningnya berkerut, menandakan bahwa ia benar-benar bingung. "Apa aku berbuat salah?"

"Apa kau tidak menyadari perkataanmu?"

"Apa salahnya? Aku sudah bilang jika aku hanya mengatakannya asal"

"Tapi, aku tidak mempercayainya. Aku merasa jika perkataanmu cukup menyinggungku"

Lelaki itu menghela napas kasar hingga aku dapat mendengarnya. "Mengapa? Mengapa kau tidak mempercayai perkataanku?"

"Karena aku sudah lelah mendengar dan mempercayai semua celotehanmu. Aku sudah tak ingin mempercayai semua perkataanmu karena aku anggap semua itu hanya bualan semata"

Lelaki itu terlihat frustasi beberapa saat setelah aku mengatakan hal itu padanya. Ia mengacak rambutnya yang tertata rapi itu sembari menghela napas panjang. "Aku masih tidak mengerti dengan apa yang kamu ucapkan"

"Sudahlah, jangan berpura-pura bodoh. Aku sudah mengetahui semuanya, Jason"

Jason tersenyum miring padaku, menatapku dengan mata menyipit. "Memangnya apa yang aku sembunyikan padamu? Dan apa yang kamu ketahui tentang rahasiaku?"

"Laura adalah kekasih gelapmu, kan?"

Married With Mr. Dangerous Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang