9.0

157 2 0
                                    

Happy Reading 😊
Jangan lupa tinggalkan jejak ❤

Perkataan Rian beberapa hari yang lalu masih terus mengiang di otakku. Aku tak tau siapa yang Rian katakan. Kami menghentikan pembicaraan hanya sampai disitu, atau lebih tepatnya akulah yang mengalih pembicaraan karena aku tak tau harus berkata apa pada Rian.

Regan atau yang lebih sering kupanggil dengan nama Rian itu sedikit bingung dengan tingkahku yang tidak pernah mengalihkan pembicaraan. Bahkan, ia mengatakan bahwa aku tidak seperti yang ia kenal dulu. Padahal, bukan itu yang terjadi.

Jasonlah yang berubah, bukan aku.

Perkataan Regan beberapa hari yang lalu semakin meyakinkan diriku jika foto-foto yang aku dapat dari orang misterius itu adalah benar. Dan mengenai penglihatanku saat itu di mall, dimana aku mendapati lelaki yang mirip dengan Jason tengah bersama seorang yang bergelayut manja pada lelaki itu.

Pada saat itu, Jason mengelak dan mengatakan bahwa lelaki yang aku lihat bukanlah dirinya dan aku percaya akan perkataannya. Namun, rasa percayaku kembali memudar ketika ia mulai berubah secara perlahan ditambah dengan foto dari pengirim misterius itu yang terus menghantuiku.

Semuanya terasa sesak dan penuh. Aku tak dapat berpikir apa pun. Bahkan, akhir-akhir ini aku mulai sedikit lalai menjaga Beno dan Lea. Ini semua karena Jason. Aku merasa bahwa ia menutupi sesuatu dariku, entah apa itu.

Akhir-akhir ini, aku juga tak bisa fokus melakukan semua yang aku lakukan. Untuk berkumpul dengan teman-teman saja rasanya aku tak sanggup. Aku selalu tak datang ketika para sahabatku mengajak bertemu. Aku selalu beralasan jika aku sibuk mengurus keperluan rumah.

Bahkan, untuk melakukan hobiku, aku sangat enggan. Semua pekerjaan yang aku lakukan selalu berantakan hanya karena hal itu. Aku tak tau apakah aku keterlaluan yang percaya orang lain atau memang seharusnya aku perlu memikirkan keganjalan dalam rumah tanggaku.

Perlakuan Jason semakin hari semakin membuat hatiku tersayat. Perlahan namun pasti, ia selalu menyakiti perasaanku. Mungkin, bagi sebagian orang hal itu terlihat biasa saja. Namun, perasaanku semakin sensitif semenjak menikah.

Jason yang dulunya ramah denganku, kini berubah menjadi sosok seperti yang tak kukenal. Ia menjadi dingin bahkan lebih dingin daripada pada saat kami pertama kali bertemu dahulu. Sungguh, ia berubah seratus delapan puluh derajat.

Awalnya, ia hanya bersikap jutek padaku, aku hanya menganggap bahwa ia sedang pusing dengan urusan kantor. Namun, semakin hari semuanya semakin parah. Ia juga sering pulang larut dengan alasan banyak kerjaan di kantor. Karena hal itu, hubungan dirinya dengan Beno dan Lea sedikit renggang walau beberapa kali aku selalu mencoba memperbaiki kembali, namun Jason dengan mudah menghancurkan hal itu.

Bunyi percikan air terdengar jelas ditelingaku. Jason tengah berada di kamar mandi. Ia pulang lebih cepat dari biasanya karena ada suatu acara setelah ia pulang dari kantor. Ia juga mengajakku untuk menghadiri acara tersebut.

Awalnya, aku cukup terkejut ketika mendapati Jason pulang lebih awal. Aku senang melihatnya, sangat senang walau wajahnya terlihat jika ia kelelahan. Jason juga ikut makan siang bersama kami, Beno dan Lea. Ini adalah hal yang aku tunggu sejak hubungan kami mulai renggang.

Bahkan, aku memasak makanan khusus untuknya. Rendang, makanan favoritnya. Perasaan sakit yang selalu aku rasakan terhapus seketika ketika melihat dirinya memakan rendang buatanku dengan lahap. Ia bahkan menghabiskan semangkuk rendang itu sendirian. Beno dan Lea bahkan belum sempat mencicipinya. Jason sudah terlebih dahulu menghabiskannya.

Tanpa aku sadari, aku tersenyum begitu saja melihat suamiku, Jason makan dengan lahap. Sungguh, itu adalah pemandangan yang sangat indah. Jarang sekali aku menemukan pemandangan seindah itu. Bahkan, seluruh koleksi foto yang kupunya tidak sebanding dengan pemandangan yang berada dihadapanku.

Kedua kelopak mataku berkedip ketika seseorang membangunkanku dari lamunan. Kedua manik mataku mendapati lelaki bertubuh jangkung yang dapat kulihat dari pantulan cermin didepanku. Disana, Jason menatapku dengan wajah datar dan tatapannya yang tajam. Tanpa sadar, aku menelan air liur ketika ia menatapku seperti itu. Entahlah, auranya berbeda dari biasanya.

"Kau sudah siap?" tanyaku setelah beberapa saat aku diam mematung

Lelaki yang mengenai setelan jas bewarna biru itu, mengangguk dengan tatapan yang tajam. Ia bahkan diam saja, tak mengeluarkan sepatah kata pun. Perilakunya membuatku berpikir jika aku melakukan suatu kesalah yang fatal hingga membuatnya menjadi seperti ini.

Aku segera bangkit dari kursi rias, menghampirinya namun ia justru meninggalkanku. Aku mendesah pelan melihat perilaku Jason yang berubah dalam seketika. Padahal, tadi sebelum ia mandi ia masih terlihat biasa saja. Namun, setelahnya ia berubah seperti seseorang yang baru saja kerasukan makhluk halus.

Lelaki bertubuh jangkung itu berpamitan pada Beno dan Lea, mencium kening mereka sejenak dan setelahnya ia kembali meninggalkanku. Aku kembali mengehela napas, merasa jika Jason sangatlah labil, berubah mood dalam sesaat.

Aku tak tau kapan Jason masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja aku sudah mendapatinya dengan seat belt yang melekat ditubuhnya. Untuk yang kesekian kalinya, aku dibuat bingung dengan dirinya.

"Bagaimana kau sudah berada disini?" tanyaku bersamaan dengan kakinya yang menginjak pedal gas

Aku memekik ketika ia menjalankan mobil dengan kecepatan diatas rata-rata, padahal kita baru saja meninggalkan halaman. Maksudku, kita masih berada di jalan yang kecil, bukan jalan raya, tapi Jason sudah menjalankan dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Jason, pelankan kecepatannya" ujarku, takut jika hal buruk menimpa kami.

Lelaki itu sama sekali tidak menggubrisku, ia tetap manjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kedua manik mataku memejam, menahan napas, dan merapalkan beberapa doa, berharapa jika kami dapat pulang sampai rumah dengan keadaan selamat.

Aku mulai berpikir jika Jason sudah benar-benar berubah. Untuk hal yang penting sekalipun, ia tidak mengindahkan perkataanku, demi keselamatan kita. Aku tak ingin mati muda dan meninggalkan Beno dan Lea sendirian.

Tak lama setelahnya, mobil yang kami tumpangi berhenti disebuah tempat. Sebuah pesta outdoor. Itulah yang mendiskripsikan tempat ini sesaat setelah aku turun dari mobil dan mengamatinya dengan seksama.

Tubuhku tersentak terkejut ketika Jason tiba-tiba meraih jemariku, membawanya pada lengannya yang kekar. Lantas, aku merekatkan jemariku pada lengannya dengan senyum simpul yang terulas begitu saja. Hatiku bergejolak gembira ketika Jason melakukan hal yang sudah lama tidak kami lakukan. Sungguh, aku sangat merindukan saat seperti ini.

Kami melangkah masuk kedalam kerumunan itu, banyak orang yang tengah berbincang sembari meneguk air bewarna di masing-masing gelas yang mereka bawa. Namun, kami tidak melakukan hal itu.

Jason justru menuntunku ke suatu tempat. Disana, dihadapakan kami berdiri berjarak beberapa meter saja, terdapat segerombolan orang dengan seorang wanita yang mengenakan gaun yang sangat indah. Bahkan, paling indah dari semua tamu yang ada disini.

Perempuan itu menoleh sesaat setelah kami berdiri tak jauh darinya. Wajahnya cantik. Sangat cantik dan juga anggun. Terlihat dari perilakunya bak seorang model.

"Selamat ulang tahun, Laura"

~~~~~~~~~

Mohon maaf lahir dan batin ya semuanya 🙏

Terima kasih untuk kalian semua yang udah membaca ceritaku dan tetap berada di rumah serta mematuhi himbauan pemerintah demi diri kita sendiri 😁

Btw, kontemplasi juga udah update. Selamat membaca 😊

Married With Mr. Dangerous Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang