SIDER : JOMBLO
TEKAN 🌟 SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK SEBANYAK-BANYAKNYA
✨✨✨✨
"Nggak semudah itu" ucap Vito dengan senyum meremehkan. Oh shit dia ingin cari mati.
Untungnya Lion sedang keluar kota, jika tidak laki-laki itu akan menuntaskan Vito sampai ia tidak mampu merasakan segarnya udara.
Cakra maju dengan langkah santai, namun tatapan tajamnya mampu membuat nyali Vito sedikit menciut.
Tanpa basa-basi Cakra memberikan Bogeman pada Vito di bagian pelipisnya, sontak laki-laki itu terhempas karena tak siap menerima gerakan gesit dan cepat ala Cakra.
"Gue nggak bakal ngotorin tangan gue, kalau Lo turutin perintah gue"
Vito menggeram, salah satu impiannya yaitu membunuh cowok yang bernama Cakra.
Ia bangkit, dan hendak membalas, sudah dekat. Namun perkataan ketuanya itu membuat tangannya berhenti tepat didepan mata tenang Cakra.
"VITO! CUKUP!"
Rey sadar mereka kurang pasukan, ia sudah terkulai lemas karena Kris. Cakra terlalu pandai mengatur siasat.
Dan akan ada saatnya, Brandalz akan menerima kekalahan, itu impian Rey.Melihat tatapan Rey, sudah pasti cowok itu mengode Vito untuk segera pergi. Benar, akhirnya mereka pergi, dengan meninggalkan Stevy yang masih terikat dan matanya yang tertutup oleh kain hitam.
Cakra menatap datar gadis didepannya tanpa bergeming. Kenapa harus gadis gila ini?
"Angkasa, tolong bukain ikatannya" rengek Stevy, saat ini hatinya sedang berbunga-bunga walaupun sakit diperutnya akibat pukulan Vito masih terasa.
Cakra menghela nafas, kali ini ia harus mengalahkan egonya. Dia adalah ketua, dan seorang ketua tidak boleh melepaskan tanggung jawab yang berkaitan dengan gengnya, atau bermasalah karena gengnya.
Akhirnya ikatan Stevy terlepas dan juga kain yang melilit di kepalanya.
Kejadian itu dilihat oleh anggota brandalz lainnya, mereka sibuk menggoda Cakra dan Stevy.
"Duhh neng Stevy pasti trauma, masih takut kan" ucap Tyo dengan nada khawatir yang dilebih-lebihkan.
Stevy mengangguk.
"Takut pulang sendirian kan" kini giliran Glen.
Stevy mengangguk cepat sambil melirik Angkasanya.
"Intinya nggak bisa bawa mobil, karena perutnya ditonjok" imbuh Gerald
Stevy kembali mengangguk, namun kali ini wajahnya terlihat imut. Sengaja.
"Kalau gitu biar Cakra yang anter pulang" ucap Davin dengan santai, Stevy bersyukur Davin mau mendukungnya. Karena Davin milik sahabatnya, Luna.
Sedangkan Kris memilih untuk tak berbicara, akan lebih panjang jika ia harus berdebat. 4 lawan 1, bagaimana mungkin?
Cakra menghela nafasnya berat, ia berbalik dan melangkah menuju motornya, ia tahu sahabat-sahabatnya lagi memojokkannya, sedangkan Stevy sedikit kecewa, Cakra tak mau merespon ucapan teman-temannya, dan ia masih terdiam ditempatnya, menatap sang pujaan dengan harapan.
"Jadi ikut nggak?"
Seketika senyum gadis itu mengembangkan dan mengangguk, memperlihatkan lesung pipinya.
Segera ia berlari kecil, namun ia kesulitan untuk naik ke motor Cakra yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Stevy
Dla nastolatkówhttps://my.w.tt/R7fGERVCs5 Stevy Caroline Bramantyo, seorang gadis bak Dewi di sekolahnya. Hampir seluruh cowok di SMA SEMESTA bertekuk lutut padanya, dan jangan lupa dia seorang wakil ketua geng para gadis-gadis cantik dan berbakat di SMA SEMESTA...