DS 21

18 0 0
                                    

Haiii cuma mau bilang, yang udah vote dan komen makasih banget, satu atau dua kata dari kalian udah berpengaruh banget.  Dan yang sider readers makasih juga, karena mau singgah di lapaknya Cakra dan Stevy.

Btw aku kasih fotonya bang Cakra yah, biar semangat bacanya 😊, walaupun aku lama update 😁.

Btw aku kasih fotonya bang Cakra yah, biar semangat bacanya 😊, walaupun aku lama update 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat menikmati🌈🌈🌈🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat menikmati
🌈🌈🌈🌈

MP : Bolbbalgan4 -Lonely-


Sudah beberapa hari terlewati, Stevy akhirnya terbiasa dengan keadaannya yang sekarang. Hidupnya menjadi lebih sederhana, dan mampu memprioritaskan sesuatu yang penting.

Pagi ini ia tidak boleh terlambat, jika sekali lagi ia terlambat maka pihak sekolah tak segan-segan memanggil orang tua dan mengeluarkannya dari sekolah.

Stevy mengecup puncak kepala Clarisa, "Ma Stevy pergi dulu, pulang sekolah Stevy langsung kesini"

Gadis itu terdiam sejenak, lalu tersenyum miris. Tetap tak ada jawaban dari bibir pucat itu.
Berharap jika ucapannya pagi ini bisa menjadi mujizat, tapi ternyata tidak.

Stevy menghela nafas, lalu menutup pintu itu dengan pelan.
Ketika berbalik ia menemukan Ainun, yang menatapnya dengan sebuah tanda tanya.

"Loh siapa yang sakit Stevy?"

Stevy tersenyum kikuk, "mama saya Tante"

Ainun mengangguk prihatin, ekspresi terkejutnya tak mampu ia sembunyikan, "Kenapa nggak bilang-bilang sama Tante, kalau mama kamu sakit. Ruangannya tetanggaan juga sama Omah" ucap Ainun dengan sedikit kecewa, namun tak terlalu terlihat.

Sebenarnya Stevy tak suka dilihat dengan kasihan. Sangat tidak suka. Tetapi apa ia harus marah pada calon mertuanya? Tidak, Ainun terlalu baik baginya dan melihat Ainun membuat Stevy merindukan mamanya.

Stevy tersenyum, "Saya takut merepotkan Tan" jawabnya seadanya.

Ainun menghela nafas, rasa khawatir dan prihatinnya menjelajar, "Tante udah pernah bilang kan, sedikit pun Tante nggak merasa direpotkan. Apalagi kamu udah menolong Omah, kalau kamu nggak ada, saya nggak tau apa yang akan terjadi ke ibu saya. Jadi saya yang seharusnya merasa berutang."

Stevy membalas dengan senyuman yang dapat diartikan bahwa ia tulus membantu. Diam sejenak, lalu Ainun kembali membuka suara

"Jangan-jangan mama kamu yang ditolongin sama Cakra waktu itu?" Tanya Ainun memastikan.

Stevy mengangguk, lalu tersenyum, "iya Tante, maaf merepotkan anak Tante"

Ainun menggeleng cepat, "nggak kok, justru saya senang. Semoga mama kamu cepat sembuh ya sayang. Semangat" ucap Ainun dengan nada ceria.

Stevy mengangguk pelan, "makasih Tante, Saya berangkat sekolah dlu tan" ucapnya lalu menyalami Ainun dan mencium punggung tangannya.

***

Sekolah

TING TONG - suara bel pemberitahuan.

'panggilan kepada Stevy Caroline Bramantyo, agar segera ke ruang BK'

Stevy mendengus sebal, namanya tidak pernah absen dari pengeras suara. Dan ini masih pagi.

"Apalagi sih ini, perasaan seminggu ini gue diam aje dirumah" kesah Stevy, Luna tertawa puas

"Lo ketangkap clubbing lagi?"

"Ya kagak lah. Udah seminggu gue ga ke tempat itu" elak Stevy, memang benar saat mamanya sakit ia jarang terlihat di tempat haram itu.

"Ya udah ayok, kita temenin" celetuk Valerie

"Sekalian bolos kantin" tambah Alexa.

Mereka berlima setuju, dan rombongan Stevy sedang menuju ruang BK, di perjalanan ke ruang BK mereka berlima tak luput dari tatapan terpesona dari kaum Adam maupun kaum hawa yang iri, pastinya.

Apalagi Stevy yang paling mencolok, cewe pembuat masalah yang baru saja dipanggil ke BK melalui pengeras suara.

Mereka melewati kelas 12 IPA 1.
Mata Stevy gencar mencari seseorang yang selalu menganggu pikirannya. Hingga ia melihat salah satu anak buah Cakra dengan senyum mesum yang ia tampilkan pada setiap cewe yang liat.

"Glen, Angkasa mana?" Tanya Stevy pada Glen yang sedang nongkrong di depan kelasnya melihat cewe-cewe semesta yang lewat.

"Kasih tau ga ya"  ucap Glen dengan nada jail, tetapi kakinya segera diinjak oleh Stevy, membuatnya meringis.
"Kasih tau ga, atau Lo mau kaki Lo patah?" Ancam stevyy.

"Iyaaa anjrottt gimana gua mau ngomong, Lo injak kaki gue"

Stevy melepaskan injakannya.

"Cakra lagi nganter Mila ke UKS. Jangan cemburu yee"

Alexa menoyor kepala Glen, "ngomong yang bener, jangan becanda mulu"

"Kapan gue boong anjir, gue aja di tinggal geng gue. Gatau mereka pada kemane, kalau si Cakra si emang di UKS. Katanya si Mila tadi pingsan" balas Glen dengan enteng. Tanpa mereka sadari, hati Stevy memanas tetapi ditutupi dengan raut wajah dinginnya seolah tak peduli dengan yang terjadi.

"Dahlah gua mau nyari geng gua. Bye bidadari bidadari cantik. Muah" pamit Glen yang dibalas dengan tatapan jijik oleh mereka berlima.

"Lo gapapa vy?" Tanya Valerie dengan wajah khawatir.

"Apa kita perlu bully si Mila itu?" Ujar Queen.

"Gua setuju" ucap Alexa dan Luna berbarengan.

Tetapi Stevy menggeleng pelan, kemudian tersenyum licik "Kita ga perlu ngotorin tangan kita untuk upik abu kek dia. Main pelan aja guys, Lily peach ga boleh main tangan untuk hal yang ga penting" jelasnya sembari memperhatikan kuku cantiknya yang telah di poles warna soft pink.

"Ya udah, kita ngikut aja. Rencana licik stepi tong ga pernah gagal sih. Pelan tapi pasti" ucap Valerie dengan lawak. Kemudian mereka melanjutkan tujuannya untuk ke ruang BK.

"Semangat vy"

"Kita tunggu Lo depan sini ya"
Ucap mereka berempat, Stevy pun mengangguk sembari mengancungkan jempolnya.

***

"Kak pelan-pelan ya, tangan mila sakit" ucap gadis cantik yang sedang duduk dipinggir ranjang UKS.

"hmmnn" balas Angkasa singkat, cowo itu mengobati mila dengan telaten dan hal itu disaksikan oleh stevy dari luar kaca UKS.

Sakit seolah olah hatinya ingin menangis dan merebut Angkasanya, tapi dia harus sadar posisinya dimana. Gadis itupun melenggang pergi dengan kecewa dihatinya.

Sedangkan Angkasa menyadari hal itu, gadis yang selalu mengganggunya. ada sedikit cemas, tapi lelaki itu segera menepis rasa cemas yang tak seberapa itu.

***

"Murung amat muka lo, Cakra lagi?" tanya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary StevyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang