DS 5

94 17 3
                                    

*Sebelum membaca sebaiknya tekan 🌟 jangan lupa untuk mengomentari, kan gratis gak pungut biaya trus dapat pahala lagi.

"Angkasa! Tungguin!!!" Teriak Stevy yang tertinggal beberapa langkah dari Cakra.

Cakra berhenti, ia menunggu Stevy.
Stevy akhirnya berhenti juga dan menatap senang Angkasanya.

"Berapa putaran lagi Lo?" Tanya Cakra dengan tenang juga peluh yang membasahi pelipisnya.

"Hmmm sebenarnya sih udah gak ada, tapi aku mau temani kamu lari" jawab Stevy dengan cengiran khas-nya.

Cakra menghela nafasnya, bisa-bisanya gadis dihadapannya terlalu bodoh.

"Pak Arifin" panggil Cakra, yang membangunkan pak Arifin yang sedang tidur.

"Ada apa?"

"Bukannya hukuman cewek ini udah selesai pak?" Tanya Cakra memastikan.

Pak Arifin melihat jam tangannya, seharusnya Stevy dari tadi sudah selesai.

Pak Arifin mengangguk, "Stevy kamu boleh pergi, jangan sampai terlambat lagi!"

"Yahhh pak hukumannya gak bisa ditambah ya pak? Soalnya aku mau temani Angkasa lari pak" ucap Stevy seraya memberi tatapan memohon nya.

Cakra memberi kode pada pak Arifin, dengan gelengan kepalanya.

"Gak bisa! Ini waktunya kamu belajar. Silahkan kamu kembali ke kelas!" Tegas pak Arifin, sedangkan Cakra mulai berlari lagi untuk menyelesaikan hukumannya.

Stevy berdecak kesal, "dasar pak guru peyot" cibir Stevy sekecil mungkin.

"Apa kamu bilang?"
Ternyata telinga pak Arifin terlalu tajam. Stevy tercengang lalu memperlihatkan cengiran nya.

"Bye pak. Stevy cantik pergi dulu" teriak Stevy yang sudah lari jauh dari pak Arifin.

Pak Arifin hanya bisa geleng kepala menanggapi kenakalan siswinya.

Sepatu biru, kaos kaki pink garis-garis, rambut bercat abu-abu, rok diatas lutut, baju ketat, dan jangan lupa tasnya membuat pak Arifin melongo.

Pak Arifin hampir saja pingsan melihat penampilan siswinya, kenapa ia tidak memperhatikannya dari tadi, sungguh bodoh dirinya.

***

Stevy melihat Angkasanya dari koridor lantai 3, Cakra masih menjalani hukumannya. Tetapi Stevy tetap tidak mengikuti kelasnya.

Ditangan Stevy sudah ada air mineral, dan handphone yang digenggam untuk memotret Angkasanya dari atas.

Stevy menggunakan slow motion dan membesarkan kameranya, ia tak mampu menahan teriakannya, rambut dan baju yang basah karena keringat, juga bibir seksi yang terbuka mencari udara, dan jangan lupa otot-otot yang berkontraksi. Semuanya membuat kegilaan Stevy bertambah.

"Siapa diluar?" Teriak salah satu guru, setelah mendengar teriakkan Stevy.

Stevy lari dengan mengendap-endap. Lalu ia turun ingin menyusul Cakra.

Taman belakang. Tujuan pertama Stevy, karena dia tahu Angkasanya sangat suka dengan tempat tenang untuk beristirahat.

Stevy memicingkan matanya mencari seseorang, dan akhirnya ia menemukan Angkasanya yang sedang tiduran dibawah pohon dengan beralaskan rumput hijau yang dirawat.

Didepannya ada sebuah danau, harum semerbak aroma bunga dan daun-daunan merasuk dalam penciuman kedua orang tersebut.

Stevy segera menghampiri Cakra, Cakra sendiri masih berkeringat tetapi nafasnya sudah teratur.

Stevy mengendap-endap, dan air mineral dingin ditangan Stevy ditaruhnya diatas kening Cakra.

Cakra membuka matanya pelan, menyadari siapa yang datang ia langsung bangkit dan menatap heran.

"Ngapain Lo?" Tanya Cakra dengan wajah yang tenang.

Stevy tersenyum, "bawain kamu air, aku tau kamu belum minum"

Cakra berdecak, bisakah ia menikmati waktunya sebentar saja.

Stevy membaringkan tubuhnya di samping Cakra, tetapi Cakra tetap duduk.

Dahi Cakra mengerut, ada apa dengan gadis disampingnya.

"Kalau gue minum air dari Lo, apa Lo bakal pergi?"

"Hmmm oke. Aku bakalan pergi, tapi kamu harus minum!"

Setelah mendengar jawaban Stevy, Cakra langsung meneguk habis air mineral ditangannya.

Stevy meliriknya, 'segitu gak maunya Lo dekat sama gue' batin Stevy.

"Nih udah gue habisin" sambil menunjukkan botol yang kosong.

Stevy tersenyum sendu, ia bangkit dari tidurnya. Lalu menatap Cakra dan memberikan senyuman palsunya. Ia tahu ini menyakitkan, tapi apa gunanya jika ia menunjukkan rasa sakitnya, toh Cakra juga gak akan bereaksi.

"Makasih, aku pergi dulu" pamit Stevy, dengan langkah pelan seakan-akan enggan meninggalkan.

Cakra menatap punggung gadis itu, sebenarnya ia tidak bermaksud menyakiti perasaan Stevy, tetapi semakin Stevy mengejar Cakra, semakin sakit yang akan Stevy terima.

Karena gue udah gak percaya tentang cinta.


Cakra menghela nafasnya dan kembali menikmati ketenangannya

***

-Diary Stevy-

Hai luv, kenapa semakin aku mendekat semakin ia menjauh. Kenapa semakin lama menyukainya, semakin banyak sakit yang aku terima. Angkasa, kapan dia akan luluh? Kenapa rasa percaya diri ku berkurang? Sepertinya aku kurang berusaha.

Stevy cantik

***

TBC

Sebelum/Setelah membaca sebaiknya menekan 🌟 dan jangan lupa untuk mengomentari hal-hal yang perlu diperbaiki, untuk kelancaran penulisan. Mohon bantuannya my lovely readers. Dukungan dari kalian bantuan yang sangat besar.

Bakalan update lagi kalau komentar dan votnya bikin semangat nulis. Hehehe tengkyuuu, gue banyak bacot yahh? Maap😂.

See yah

Diary StevyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang