DS 12

71 7 1
                                    

BACA!BACA! ;-)

Gak suka banget sama yang namanya 'Silent Readers'. Tekan 🌟, dan komentarnya kan gak dipungut biaya. Hufttt suka sedih :-(. Yang benar-benar suka sama cerita ini boleh absen gak?

Silahkan menikmati B-)
--------------------------------------------------

Pagi-pagi buta terlihat seorang gadis mengendap-endap memasuki kelas 12 IPA 1, siapa lagi kalau bukan Stevy Caroline Bramantyo pemuja si Cakra ketua geng Brandalz, seorang most wanted boy di SMA  Semesta.

Yoghurt, sandwich, dan vitamin, tak lupa sepucuk surat berwarna kuning. Berisi deretan kalimat 'have a nice day Angkasa'.

Kebiasaan yang dilakukan Stevy semenjak menyukai Cakra, cowok yang mengubahnya untuk bangun lebih pagi menyiapkan bekal, mencoba menjauhi dunia malam, dan mencoba menyentuh buku walaupun hanya dijadikan bantal tidur, tak lupa untuk menemukan Angkasanya Stevy biasa ke perpustakaan.

Semua itu dilakukan untuk menjadi lebih baik, tetapi tidak merubah jati diri seorang Stevy Caroline Bramantyo, seorang mayoret yang ceroboh, tidak tahu malu, terkesan bad girl tapi hati seimut hello Kitty.

Setelah melakukan kebiasaan paginya, Stevy dengan santai keluar dari kelas itu lalu menuju ke kelasnya, 12 IPA 7.

Terlalu sering menjadi yang pertama disekolah, mengharuskan Stevy membawa sebagian perlengkapan tidurnya.

Kursi pun disusun menjadi deretan, lalu ia mengambil bantal dan selimut kecil, dan melanjutkan bobo cantiknya.

"Senangnya bobo lagi" ucapnya lalu menyesuaikan tempat ternyaman untuk tidur.

Untuk beberapa menit ia masih tertidur dengan lelap, tapi.........
tak lama setelah kedatangan pak Harjono seorang guru yang sedang piket untuk mengawasi sekolah, tidur yang awalnya menjadi surga akhirnya menjadi neraka.

"Aduhduh sakit pak, orang lagi tidur juga kok dijewer. Gak sopan tau pak"

"Emangnya ini rumah kau, kau enak-enak tidur disini sementara teman kau mau duduk. Macam mana pulak kau ini ferguso"

Stevy melihat sekitarnya, lalu melirik arloji mahalnya. 07.05, Matanya mebelalak, pantas saja pak Harjono mendapatinya.

"Kau bawak pulak selimut kau dan bantal kau, kau ini mau sekolah atau mau tidur"

Stevy menyengir, ia lupa jika hari ini tugas piket pak Harjono, orang yang harus dihindarinya saat ingin tidur di sekolah, karena terlalu detail untuk memeriksa.

"Cengar-cengir lagi kau. Sekarang kau ikut saya ke kantor" ucap pak Harjono sambil menarik daun telinga Stevy agar mengikutinya.

Sedangkan Stevy meringis dan berusaha membujuk pak Harjono untuk melepaskan jewerannya, tidak di jewer pun dia akan ikut.

"Duhh pak, pak sakit nih telinga Stevy, kalau putus ntar gimana? Nggak bisa diganti nih pak" ringis Stevy, sambil memegang telinganya yang ditarik.

Tak jauh dari koridor tempatnya ditarik, terlihat Cakra beserta teman-temannya yang baru datang berjalan berlawanan dengannya. Stevy merutuki dirinya sendiri, harus kah ia terlihat oleh Cakra and the gang.

"Selamat pagi pak" sapa Gerald yang dibuat-buat, sekaligus mewakili sahabat-sahabatnya.

Tio memperhatikan seorang gadis yang tengah ditarik pak Harjono, dari gayanya dia sudah tahu.

"Ehh Cak, pasangan Lo lagi dihukum tuh, nggak niat nolongin nih?"

Siapa lagi kalau bukan Stevy.

Diary StevyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang