DS3

148 22 3
                                    


*Sebelum membaca sebaiknya tekan 🌟 jangan lupa untuk mengomentari, kan gratis gak pungut biaya trus dapat pahala lagi.

-----
Saat ini aku dan kamu belum bisa menjadi kita, nggak tau kalau di masa depan. Semoga tiada hari tanpa 'kita'
-----

Jam istirahat pun tiba, riuh dan ramai mendeskripsikan keadaan kantin SMA Semesta saat ini.

Dipojok kantin terdapat anak brandalz yang sedang menikmati makanan, dan tak lupa pemandangan yang tak mampu mereka dustakan yaitu geng Lily Peach yang berisikan gadis-gadis cantik SMA Semesta, kecuali Cakra Angkasa Aditama yang tidak tertarik sedikit pun pada Lily Peach.

Tak satu pun anggota Lily Peach menarik perhatiannya, sekalipun Stevy Caroline Bramantyo seorang Dewi  layaknya buah persik dan indahnya bunga Lily.

"Gilaaa liat tuhh lesung pipi Stevy manis banget, jadi adem deh abang Tio" celetuk Tio yang melihat senyum Stevy yang hanya ditujukan untuk Angkasanya.

"Ku mau diaaaaa, tak mauuu yang lainnnnn...." Singgung Glen secara tak langsung pada Stevy.

Tak lama gadis itu bangkit dari duduknya dan berahli menghampiri Cakra, bodo amat pada nyanyian Glen.

"Angkasa bulan depan kan ada pertandingan basket di sekolah kita, kita bakalan tampil bareng"

Cakra hanya diam, tak menanggapi Stevy yang bergelayut manja di lengannya.

Untuk apa diladeni, jika yang dituju tidak mendengarkan, pikir Cakra.

"Angkasa kenapa diam aja?"

"Gak penting" telak Cakra, tetapi Stevy malah tersenyum.

"Penting dong, kan nanti aku yang semangatin kamu"

"Udah dehh mendingan Lo balik ke tempat lo, sampai kapan pun Cakra gak bakalan mau sama lo" ucapan Kris yang mampu membuat mood Stevy memburuk.

"Bener" jelas Cakra kemudian berlalu dan meninggalkan teman-temannya juga Stevy.

"Dasar pembawa sial" umpat Stevy pada Kris, lalu kembali ke tempatnya bersama Queen,Alexa, dan Valerie.

Sedangkan ketiga sahabat Stevy hanya menggelengkan kepala, tak tahan lagi melihat kebodohan sahabat mereka sendiri.

***

Akhirnya tiba jam pulang sekolah, seluruh siswa siswi berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing.

"Ehh Stev gue nebeng ke lo ya, mobil gue kempes" ucap Queen

"Siyappp tapi temani gue ke mall ya, gue mau beli perlengkapan mandi"

"Okelah. Yuk"

Stevy dan Queen akhirnya pulang bersama, sedangkan Valerie dan Alexa sudah terlebih dahulu dijemput orang tua mereka.

Terkadang Stevy iri dengan teman-temannya yang mendapatkan perhatian orang tua, sedangkan dia sendiri berbicara dengan mamanya saja dapat dihitung dengan jari.

Stevy memicingkan matanya, disamping mobilnya terdapat Cakra dan geng nya tengah bersiap untuk pulang. Stevy segera berlari menghampiri Cakra.

"Angkasa! Wait jangan pergi dulu. Aku minta tos" ucap Stevy sembari menunjukkan telapak tangannya tak lupa senyum yang mengembang disertai lesung pipinya.

Cakra tak merespon, dan juga tidak membuka helm hitam full facenya.

"Isshh, helmnya buka dulu, biar bisa liat muka aku yang cantik"

"Itu mah bukan cantik, yang ada sok kecantikan" celetuk Kris, salah satu sahabat Cakra yang tidak mendukung hubungannya dengan Stevy.

Stevy hanya melirik sinis, lalu membuka helm Cakra tanpa permisi. Terlihatlah tatapan dingin dan tajamnya.

"Minggir" ucap Cakra namun tetap tenang.

Stevy menggeleng dan senyum manis masih terpampang di wajahnya,tak lupa dengan telapak tangan yang masih menunggu.

Cakra menghela nafas. Gadis ini..... Sungguh... Membuatnya...... Benar-benar tidak menyukainya.

Tos

Setelah melakukan itu, Cakra tanpa pamit langsung menancapkan gasnya, pergi meninggalkan Stevy yang tersenyum puas, sambil menciumi telapak tangannya. Tangannya lagi harum Angkasa soalnya.

***

Stevy pulang, lalu membuka buku hariannya.

-Diary Stevy-

Angkasa punya hal yang nggak dipunyai oleh semua cowok. Dia punya ketulusan untuk seseorang yang benar-benar berpengaruh di hidupnya.
Sayangnya aku belum menjadi yang benar-benar berpengaruh, aku berusaha, berjuang, dan berusaha mengerti. Semua usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kepercayaan tidak akan mengkhianati cinta. Keyakinan akan mendapatkan keberhasilan.

Stevy

Setelah menulis diary, Stevy menutup bukunya dan memasukkan buku itu kedalam kotak khusus untuk menyimpan barang-barang yang berhubungan dengan Angkasanya.

Gelang Cakra yang pernah jatuh ke selokan, sedotan plastik sisa minuman Cakra, helai rambut Cakra, kaos kaki Cakra, dan baju kaos Cakra.

Semua itu Stevy dapatkan dari teman-teman Cakra, kecuali baju kaos itu, karena Cakra sendiri yang memberikannya saat latihan Drumband.

Baju Stevy yang terlalu pendek membuatnya memiliki alasan untuk meminjam baju kaos Cakra. Awalnya Cakra menolak keras, namun karena bujukan teman-temannya, Cakra akhirnya mengalah.

Namun sampai saat ini Stevy tidak pernah mengembalikannya. Karena wangi Angkasanya sangat memabukkan, dan enggan untuk dikembalikan pada pemiliknya.

Gadis bermata hazel itu, menatap langit-langit kamarnya.

'setidaknya menyukai Angkasa membuatku bertahan, dan memiliki harapan'

Mata indah itu akhirnya tertutup, seiring alam mimpi menggantikan kenyataan.

TBC

Sebelum/Setelah membaca sebaiknya menekan 🌟 dan jangan lupa untuk mengomentari hal-hal yang perlu diperbaiki, untuk kelancaran penulisan. Mohon bantuannya my lovely readers. Dukungan dari kalian bantuan yang sangat besar.

Bakalan update lagi kalau komentar dan votnya bikin semangat nulis. Hehehe tengkyuuu, gue banyak bacot yahh? Maap😂.

See yah

Diary StevyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang