7. Failed Date

8.6K 586 145
                                    

"Ingin tahu cara manjur meruntuhkan Naga? Bunga jawabannya."

--Spoiler Untuk yang Membenci Naga--


•••♥•••

Agaknya kurang pas kalau kencan dengan keterpaksaan. Apalagi dengan muka kusut layaknya pakaian yang di-uyel-uyel habis dicuci. Nah, di sini Senja tersangkanya, si muka kusut yang ogah atau tak rela kencan dengan lawan jenisnya.

Rasanya, Senja ingin duduk tanpa membuka suara saja saat berhadapan dengan Ardo. Ardo dari tadi menggandeng tangannya mulu, mengajaknya ke sini-ke situ tanpa mandek dulu. Senja benar-benar rindu bangku, kalau pada akhirnya mondar-mandir tidak jelas seperti ini.

Heran sebenarnya, mengapa Ardo tidak lelah ya? Mondar-mandir ke sana-ke mari tanpa henti. Apa karena saking bahagianya dia bisa kencan dengan Senja? Makanya, rasa lelah lenyap begitu saja. Khas orang lupa segalanya, karena terlalu cinta. Agak bullshit sebenarnya, tidak bisa apa-apa kalau sudah jatuh cinta—yang baik jadi baik, yang buruk jadi baik. Bodo amatlah yang namanya cinta.

"Ardo, di sana ada bangku. Kita duduk dulu, ya?" tawar Senja. Kakinya sudah lemas tak bertenaga. Ingin sekali beristirahat sejenak, untuk mengistirahatkan kakinya, tentunya. 

"Yakin? Kita belum keliling semuanya?" tanya Ardo memastikan, dirinya belum puas mengunjungi pasar malam yang buka sore hari seperti ini. Satu lagi, Ardo belum puas juga merasakan sensasi menggenggam tangan mungil milik Senja. Kalau bukan sekarang puas-puasinnya, kapan lagi coba? Mumpung ada kesempatan, hehe.

"Yakin, kaki aku udah lemas, Do. Kita duduk dulu." Senja menarik tangan Ardo menuju bangku yang ia tunjuk, kalau tidak begitu Ardo pasti tidak mau.

Ardo sejujurnya mau-mau saja jika diminta Senja untuk istirahat sejenak, kesehatan gadis itu lebih utama daripada ambisinya. "Gue beliin minum dulu, mau?" Ardo tak enak hati melihat banyaknya peluh yang bercucuran di pelipis Senja.

Senja mengangguk lemah, nggak perlu malu—ia benar-benar dehidrasi saat ini, sangat butuh yang namanya air. "Jangan lama-lama!"

Ardo mengacungkan jempolnya, segera berlari menuju stand minuman dingin terdekat.

Senja mengusap peluhnya, sambil mengipas-ngipasi badannya yang terasa gerah efek berjalan terlalu lama dan keras, soalnya Senja jarang olahraga mungkin ini akibatnya. Ia mudah letih dan lemas dalam kurun waktu tak lama. Besok-besok, Senja mau olahraga pokoknya supaya tidak keletihan seperti ini. Rasanya, menyiksa tahu.

Sambil berusaha meredakan rasa gerahnya, Senja menengok ke sekeliling yang sangat ramai—tadi Senja tak sadar akan itu soalnya Ardo membuat dirinya fokus pada pemuda itu saja. Bahkan Senja lupa waktu, kalau awan sudah berubah warna dari biru laut menjadi jingga. Segitu lamanya ya, ia keliling bersama Ardo? Sampai-sampai awan pun sudah berubah lagi.

Rasa ingin go home tiba-tiba menghampiri nuraninya, budhe-nya di rumah pasti ngamuk kalau ia pulang kesorean begini. Apalagi tadi, Senja pamitnya hanya kuliah sampai jam dua siang, dan sekarang sudah lebih dari jam lima sore. Haduh, siap-siap deh kena semprotan ala emak-emak again.

Naga Senja (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang