29. Masih Abu-abu

5.2K 352 68
                                    

"Astaga! Lo kenapa, Ja?!"

Claris berteriak heboh, saat melihat Senja tiba-tiba menangis sesenggukan di atas lantai. Gadis itu kenapa sebenarnya? Kok bangun-bangun bisa sampai seperti ini? Apa Senja kesurupan?

"Hey!"

Claris berjongkok di depan Senja, gadis itu menarik pelan wajah Senja yang memalingkan muka. Ia melihat bercak air mata yang membasahi kedua pipi gadis itu. Claris tidak tahu harus apa, gadis itu hanya dapat menarik Senja ke dalam pelukannya.

"Tenang, Ja," ujarnya lembut, mencoba menenangkan sahabat baiknya itu.

Senja terisak dengan begitu kencangnya, kenyataan yang ia terima begitu menampar keras relung hati, menyisakan memar yang sulit disembuhkan dalam sekejap. Gadis itu bersedih, takut, dan berduka sangat dalam atas kematian salah satu orang yang pernah menjadi sahabatnya.

Mengingat kenangan lalu yang terpatri indah tak mampu Senja lupakan begitu saja. Walaupun pada akhirnya Ria menjauh dan berlaku kasar padanya, entah mengapa ... Senja tetap menganggap Ria adalah sahabatnya. Walaupun gadis itu menggores hatinya dengan mendekati Pak Naga ... Senja tak dapat menampik kenyataan, bahwa hubungan yang dilandasi cinta dan kasih sayang dua insan berbeda bukan apa-apa dibandingkan dengan persahabatan.

"Ria, Ris ... hikss ... hikss," ujarnya lirih, dengan isakan kencang. Senja mengurung erat Claris dalam pelukan kencangnya.

Hampir saja Claris memukul Senja yang dengan seenaknya mempererat pelukan keduanya sampai membuat napasnya terputus. Namun, itu semua Claris urungkan. Sahabatnya sekarang sedang membutuhkan ketenangan dan sandaran. Sudah sepantasnya sebagai seorang sahabat Claris bisa menjadi sandaran Senja, dan dapat menenangkan hati sahabatnya.

"Ria kenapa?" tanyanya pelan, Claris mengelus-elus punggung Senja dengan lembut, memberikan ketenangan yang menghangatkan sahabatnya itu.

Senja melepas pelukannya, gadis itu menatap sendu Claris dengan dipenuhi linangan air matanya. Senja menghapus kasar bekas air matanya. Namun, lagi-lagi gadis itu tak dapat menahan desakan air mata yang menginginkan jatuh kembali. Akhirnya, air mata pun lolos tanpa seizin empunya.

"Hikss ... hikss ... hikss ... Ria!" raungnya kencang. Senja belum bisa menerima kepergian Ria.

"Ria, kenapa?!" bentak Claris tak sabaran, ia alergi dengan Senja yang terlampau lama untuk mengatakan segalanya.

Senja menatap Claris dalam dengan pandangan memburam akibat air matanya, bibirnya bergetar tak mampu menyatakan kenyataannya. "R-Ria ... R-Ria ... mati dibunuh, Ris."

"APA?!"

Claris melotot menatap Senja tak percaya, "Bagaimana bisa, Ja? Ria masih sehat setahu gue," ungkapnya tak percaya.

Senja menggeleng-gelengkan kepalanya, tak mampu menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Dadanya sakit sekali. Kematian Ria bukanlah hal yang indah untuk dikenang, apalagi untuk dijelaskan. Pelupuk mata Senja kembali memanas dan melelehkan air mata.

"Jelasin, Senja!!" bentak Claris kencang. Perasaannya berubah tidak begitu mengenakan, apalagi saat otaknya mengaitkan berita kematian Ria dengan berita tadi yang baru dilihatnya.

Tidak mungkin! Tidak mungkin! Gadis itu bukanlah Ria! Tidak mungkin Ria menjadi korban pembunuhan!

"Senja, bilang dong! Gue khawatir tahu!" jeritnya tak tahan, Senja menunggu apa sebenarnya? Kenapa sulit sekali mengatakan segalanya? Claris jadi gemas sendiri ingin mencakar wajah Senja.

Naga Senja (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang