12. Zonk

6.1K 452 34
                                    

"Jadi mahasiswa teladan itu susah. Kita merasa teladan belum tentu dosen kita menganggapnya begitu. Emang susah, semua serba salah. Apalagi di mata dosen yang membenci kita lahir batin."

--Curhat Again--


•••♥•••

"Satu, dua, tiga ...."

"Lo ngitung apaan sih, Ja? Perasaan nggak ada mata kuliah menghitung bahasa di jurusan lo."

Senja menoleh, menipiskan bibirnya yang semakin tipis. "N-ngitung berapa dalam sebulan ini aku diusir oleh Pak Naga."

"What?! Serius lo, kok nggak cerita kalau lo sering ditendang sama dosen itu?!" Claris benar-benar buta tentang ini, Senja mana pernah bercerita padanya kalau sering diusir oleh Pak Naga. Biasanya, Senja hanya mengatakan bagaimana sifat Pak Naga itu.

Senja meringis, "Awalnya aku pikir nggak papa, soalnya cuma sekali dua kali diusirnya. Tapi lama-lama nambah aja, nggak tahu tuh sebulan ini berapa kali aku keluar dari dalam kelas Pak Naga."

"Kenapa enggak lo demo aja dosennya? Masa depan lo terancam, Ja. Gue tahu, lo itu orangnya rajin, pinter, suka memperhatikan guru yang ada di depan. Nggak seharusnya lo diusir terus sama dia." Claris menjadi emosi tentang ini, Senja itu murid yang teladan. Selama mengenal Senja ia tidak pernah melihat Senja membolos atau melakukan pelanggaran di kelas. Tidak seharusnya Senja diusir begitu saja.

Ekspresi Senja memburam, Claris memang benar—seharusnya ia berani mendemo Pak Naga, sayang sekali nyalinya ciut. Ia tidak punya keberanian untuk melawan keberingasan Naga kepadanya. Kalau ia orang paling berani di dunia sudah pasti, Senja akan melawan Naga sekuat tenaganya.

Claris berdecak, mengepalkan tangannya kuat. Jika tahu menahu soal kelakuan Pak Naga yang really not good itu. Sudah pasti dia akan membantu memperjuangkan hak-hak Senja. Kasihan Senja harus ditindas mulu sama dosennya itu, apalagi tidak cuma sekali dua kali Pak Naga mengusir Senja.

"Ja, emang lo ngapain kok bisa diusir sama Pak Naga?" Kalau tingkat kenakalan yang dilakukan Senja over, Claris tidak akan berani menentang Pak Naga.

"Melamun."

"Melamun aja?!" Claris benar-benar tak menyangka, hanya karena melamun Senja bisa diusir dari dalam kelasnya. Apalagi yang lebih dari itu, di-blacklist dari deretan mahasiswa YIU bisa jadi nyata. "Dosen lo gila kali, Ja! Cuma ngelamun aja diusir, mending kita demoin aja." Claris menarik lengan Senja.

Senja menggeleng keras, menolak maksud Claris. Mendemo Pak Naga sama saja dengan menghancurkan masa depan kita sendiri. Senja tak mau itu terjadi padanya.

"Please, Ja. Berhenti jadi cemen, kita udah gedhe. Kalau Pak Naga lempar amunisi sama kita, yang balik ladenin aja. Sekalian aja kita bom rumahnya. Beres, 'kan?" Mulutnya memang sudah gatal memaki-maki dosen yang bernama Naga itu. Enak saja sudah menganggu pendidikan Senja, mau Claris tebas apa kepalanya.

"Nggak, Ris. Jangan gitu, kita nggak tahu Pak Naga itu gimana. Lagian, belum tentu Pak Naga di rumahnya. Udahlah, kita diem aja," mohon Senja dengan memelas, ia sangat tidak ingin berurusan dengan Pak Naga walau takdir sudah mengikat keduanya. Tapi untuk sekarang—bolehlah ia tidak bertemu Naga, sekali saja.

"Haduh, Senja! Jelas-jelas suara mobil mewahnya kedengeran sampai sini. Lo mau ngelak apalagi?!"

Tak mau mengurungkan niatnya, Claris tetap menarik kencang lengan Senja. Walau Senja tetap menolak keras, Claris bodo amat.

•••♥•••

Mana seruan lantang yang akan Claris agungkan? Gadis itu malah membeku di balik gerbang rumah Pak Naga. Sepertinya Claris berubah haluan saat mendekat ke rumah mewah itu.

Tidak ada teriakan atau penolakan keras yang ingin Claris ungkapkan, bernapas saja tampaknya Claris enggan. Segitu menyeramkannya aura mistis yang Pak Naga taburkan di sekeliling rumahnya. Sampai-sampai nyali Claris perlahan terkikis.

Senja menghela napas, sudah ia duga ini semua akan berakhir seperti ini. Kebekuan Claris menjawab apa yang selanjutnya akan terjadi, mereka pasti akan kembali ke dalam rumah Budhe Asih tanpa mengeluarkan sepatah kata pun untuk Pak Naga.

"Kita pulang aja," saran Senja yang berbalik menarik kuat lengan Claris. Demo yang akan Claris lakukan tidak akan pernah terwujud kali ini.

"Oh, tidak," tolak Claris. Ia masih punya keinginan mendemo Pak Naga, sekarang ini—Claris sedang mengumpulkan mentalnya. "Tunggu beberapa menit lagi, gue pasti langsung teriakin Pak Naga."

Senja mendesah, sampai nanti sore pun Claris tak akan pernah melakukan niatnya itu. Ia yakin betul, sudah ketahuan sekali kalau Claris ketakutan menemui Pak Naga. Bau-bau kemunduran semakin semerbak saja di hidungnya. "Oke, lima menit lagi. Setelah itu, kita pulang." Senja ingin tahu, seberapa lama Claris dapat bertahan di sini.

Semuanya terdiam menunggu lima menit itu berlalu, bahkan mereka menghiraukan beberapa tetangga yang lewat, dan menatap keduanya heran. Soalnya, urusan Pak Naga lebih penting daripada image mereka.

"Udah lima menit, Ris," ungkap Senja. Namun, belum ada tanda-tanda Claris akan mengeluarkan suaranya.

Ekspresi Claris tampak gusar, sangat kentara jika Claris begitu ketakutan di sana. "Eh? Udah, ya? Hm, tiba-tiba gue kok kebelet. Gue balik dulu ya, babay!" Claris sudah melambaikan tangannya, berlari masuk ke dalam rumah Budhe Asih.

Senja berdecak, mengepalkan tangannya kuat-kuat. Claris, edan! Kenapa malah meninggalkannya seperti ini?

"CLARIS!! JANGAN KABUR!!"

Senja tak sadar jika suaranya lantangnya, bisa saja mengeluarkan naga dari dalam sarangnya.

"Rumah saya bukan hutan, Senja. Kenapa kamu berteriak di sini?"

Senja tersentak, mengapa di saat seperti ini ia juga yang menjadi tumbalnya? Tanpa menoleh ke belakang, Senja melangkahkan kakinya konstan. Ia berlari cepat masuk ke dalam rumah Budhe Asih. Mengabaikan rentetan kata yang disemburkan oleh Pak Naga di sepanjang langkah kakinya.

•••

Author Note's

•Edan : Gila

Bagian kali ini super pendek. Mohon dimaklumi aja, soalnya lagi nggak mood nulisnya. Tapi rencananya Pak Naga sama Senja masih bersambung kok. Part depan aku yakin buat kalian kaget.

Jadi, ditunggu terus updatenya dan jangan lupa vote dan commentnya. Cuma sekecil itu kok.

Terima kasih 🥰

See you on next part!

Naga Senja (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang